Keesokan paginya, Jaka Someh berpamitan kepada Raden Surya Atmaja, bersiap untuk segera pergi ke Sumedang Larang untuk mengambil pusaka kujang yang diminta oleh mertuanya itu. Dewi Sekar mengantarnya sampai pintu padepokan.
Sebelum berpisah Dewi Sekar
mencium tangan suaminya. Entah kenapa dia merasa berat ketika melihat suaminya
akan pergi cukup jauh. Dewi Sekar merasa seakan-akan bakal terjadi sesuatu yang
tidak baik dengan kepergian jaka Someh saat itu.
“Nyai...akang
pamit dulu ya...kamu
jaga diri baik-baik...doakan supaya kita
semua selalu dalam perlindungan Yang Maha Kuasa...”.
Dewi Sekar
hanya menganggukan kepala, meskipun bibirnya tersenyum namun sebenarnya dia
merasa berat untuk berpisah dengan suami yang baru dinikahinya itu.
“Ya Kang Someh, akang juga harus bisa menjaga diri baik-baik...segera pulang kalau sudah selesai mengerjakan tugas dari
Rama...”.
“Iya, nyai...”.
Jaka Someh tersenyum kepada Dewi Sekar. Setelah melambaikan tangan, dia segera berjalan menuruni Gunung Tampomas
Jaka Someh tersenyum kepada Dewi Sekar. Setelah melambaikan tangan, dia segera berjalan menuruni Gunung Tampomas
Ada perasaan hampa dalam hati Dewi Sekar ketika suaminya mulai menghilang di
balik pepohonan. Meskipun kebersamaannya dengan Jaka Someh masih terbilang singkat, namun telah meninggalkan kesan
mendalam di dalam hatinya.
Jaka Someh memang sudah tidak
kelihatan, tapi Dewi Sekar
masih tetap berdiri diam sambil
memandang ke arah
menghilangnya Jaka Someh. Tak lama
kemudia Arya Rajah datang ke tempat itu. Melihat
sikap kakaknya yang sedih karena
di tinggal pergi oleh suaminya, dia mencoba menghibur dengan memegang pundak Dewi Sekar. Tidak banyak kata
yang bisa dia ucapkan kecuali hanya mengajaknya untuk segera kembali ke dalam
padepokan
“Ayo teh, mendingan sekarang mah kita
kembali ke padepokan…Kang Someh Insya
Allah bisa menjaga diri...”.
Dewi Sekar
menganggukan kepala. Mereka kembali masuk ke dalam padepokan Ki Buyut Putih.
Setelah mengantar kakaknya
masuk ke dalam pondok, Arya Rajah berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Dewi
Sekar menganggukan kepala.
“Iya, adik...terima kasih sudah
menemani teteh...”.
Arya Rajah hanya membalasnya
dengan senyuman. Kemudian dia segera keluar dari pondok kakaknya.
Baru saja dia berjalan beberapa
meter dari pondok kakaknya, tiba-tiba dia melihat Raden Jaya Permana yang
sedang berjalan tergesa menuju arah pondok yang di tempati oleh Raden Surya
Atmaja. Arya Rajah merasa penasaran. Dia pun mengikuti Jaya Permana secara
diam-diam.
Sesampainya di pondok Raden Surya
Atmaja, Jaya Permana langsung masuk ke dalam tanpa mengucapkan salam. Rupanya
Raden Surya Atmaja sudah menunggunya dari tadi.
“Bagaimana Paman, apakah si
Someh sudah berangkat ke Sumedang Larang...?”.
Jaya Permana langsung menanyakan Jaka Someh kepada Surya Atmaja.
Jaya Permana langsung menanyakan Jaka Someh kepada Surya Atmaja.
“Iya Raden, dia sudah berangkat
beberapa saat yang lalu...lalu bagaimana rencana raden...selanjutnya...?”
Raden Surya Atmaja, mengiyakan pertanyaan Jaya Permana, kemudian menanyakan rencana selanjutnya. Rupanya di antara mereka telah terjadi suatu persekongkolan.
Raden Surya Atmaja, mengiyakan pertanyaan Jaya Permana, kemudian menanyakan rencana selanjutnya. Rupanya di antara mereka telah terjadi suatu persekongkolan.
“Baguslah kalau begitu, berarti
sore ini saya dan beberapa teman akan turun gunung untuk mengejar Si Someh,
Paman jangan kuatir, saya akan membunuh si Someh di tempat yang agak jauh dari
gunung Tampomas, biar tidak ada yang curiga...”. Kata Jaya Permana.
“Baguslah raden, tapi kamu
harus hati-hati, jangan sampai ada orang lain yang tahu, apalagi putri paman Dewi Sekar...bisa marah besar, nama baik Paman juga akan menjadi rusak...paman pastinya akan di musuhi oleh anak
paman sendiri...”
“Tenang paman...tenang...saya
sudah merencanakan ini dengan matang...paman tidak usah khawatir...pokoknya
Paman terima beres saja ...ya sudah kalau begitu saya pamit dulu...nanti sore menjelang
malam saya dan
teman-teman akan pergi menyusul si someh...” Kata Jaya Permana berusaha
meyakinkan Raden Surya Atmaja.
“Iya Raden, Paman percaya
sepenuhnya kepada kamu...” Raden Surya atmaja tersenyum puas mengetahui rencana
Jaya Permana yang akan membunuh Jaka Someh.
Tidak lama kemudian Jaya
Permana berpamitan kepada Raden Surya Atmaja untuk kembali ke
pondok tempat tinggalnya. Mereka tak sadar bahwa ada sepasang mata yang
memperhatikan tingkah laku mereka.
Arya Rajah berjalan tergesa
menuju kamar Dewi Sekar. Sesampainya di sana dia langsung memanggil kakaknya
“Teh...teteh...tolong buka
pintu...ini Arya Rajah, ada hal penting yang ingin di sampaikan ke teteh...”
Dewi Sekar merasa heran kenapa
adiknya kembali datang ke kamarnya, padahal baru beberapa waktu lalu dia
berpamitan untuk pulang ke kamarnya.
“Adik, ada apa...?” Tanya Dewi
Sekar.
“Maaf teh mengganggu...ada hal
penting yang ingin saya sampaikan...”. Arya Raja kemudian mendekati kakaknya,
dan berbisik di telinga kakaknya.
Dewi Sekar terperanjat mendapat
kabar sesuatu dari adiknya
“Apakah benar... apa yang kamu
sampaikan ini...adik?” Dewi Sekar masih belum percaya dengan kabar yang di
sampaikan oleh adiknya.
“Iya...teh...saya mendengarnya
sendiri...apa yang Rama dan Jaya permana obrolkan...Ssst...pokoknya teteh
jangan rame dulu...saya masih akan terus menyeidik lagi...”. Kata Arya Rajah
sambil meyakinkan kakanya. Dewi Sekar
masih terdiam, seakan tak percaya dengan ucapan adiknya sendiri .
Lanjutannya dimana kang
BalasHapusKang nuhun dilanjutin atuh, seru euy
BalasHapusHatur Nuhun, Kang...he he... Lanjutan masih di proses. Sebenarna sih sudah sampe akhir cuma masih aya nu perlu di perbaiki deui...
Hapus