Cerita Novel Silat Ksatria Ilalang |
Dua hari dua
malam Jaka Someh tak sadarkan diri. Menjelang hari ketiga, kesadarannya berangsur-angsur pulih. Ketika
membuka matanya, tiba-tiba dia merasa
pusing, dunia dan isinya seakan
berputar-putar. Jaka Someh kembali memejamkan matanya.
Setelah
pusingnya sudah mulai menghilang, dia pun
membuka kembali matanya. Di sadarinya bahwa sekarang dia berada di suatu
ruangan kecil, di dalam sebuah gubuk
yang dindingnya terbuat dari bilik bambu yang sudah usang. Jaka Someh merasa
heran bagaimana bisa dirinya berada di tempat itu, dia berusaha untuk mengingat peristiwa yang
baru di alaminya. Setelah beberapa saat ingatannya pun mulai pulih.
Dia ingat, terakhir kali dia terperosok di lereng bukit
setelah bertarung dengan eyang karuhun. Dia telah dikalahkan oleh eyang karuhun
dan sekarang mengalami luka dalam yang sangat serius. Tiba-tiba dia kembali
menyadari keberadaannya yang ada di sebuah gubuk asing, dalam hati dia berkata
"Saya ada
dimana ini? Apakah saya sudah mati dan sekarang berada di alam akhirat kah?
Tapi, koq tempat ini seperti ruangan gubuk ya, ".
Tiba-tiba pintu
gubuk itu terbuka, seorang lelaki
setengah baya masuk ke dalam ruangannya, dia tersenyum kepada Jaka Someh sambil berkata,
"Sudah
sadar jang, ? Alhamdulillah atuh, tiga hari ujang mengalami pingsan, Abah
menemukan ujang tergeletak di dekat sungai di bawah bukit karuhun, kondisi ujang waktu itu parah sekali, makanya
badan ujang langsung abah balur pake ramuan obat yang abah buat, apakah ujang
teh habis bertarung, ?"
Jaka Someh
merasa bersyukur telah diselamatkan oleh lelaki itu, dia pun berkata kepada lelaki yang telah
menyelamatkannya untuk mengucapkan rasa terima kasih
"Terima
kasih abah, telah menyelamatkan nyawa saya, aduh, bagaimana caranya saya
berterima kasih dan membalas kebaikan abah, , mohon maaf abah teh siapa, koq bisa tinggal di
sini?"
Lelaki itu
tertawa kecil, sambil berkata
"Hehehe, kebetulan
saja atuh jang, ya memang sudah kewajiban kita untuk saling tolong menolong
dengan sesama, oh ya abah teh biasa di panggil Ki Thiban, abah tinggal disini, kebetulan abah senang mengumpulkan berbagai
tanaman yang ada di bukit ini untuk dijadikan ramuan obat-obatan. Rumah abah
sendiri sebenarnya berada di kampung yang berada di bawah bukit ini jang".
Jaka Someh
sekali lagi mengucapkan terima kasihnya pada Ki Thiban
"Sekali
lagi saya ucapkan terima kasih, abah, karena
telah menolong saya".
Ki Thiban hanya
membalasnya dengan tersenyum. Tiba-tiba Jaka Someh ingat dengan cerita dari Pak
Supar tentang tabib hebat yang telah menolong pendekar karuhun yang terluka, dalam hatinya dia berkata
" Untung
saya masih selamat dan di tolong oleh ki Thiban, saya yakin beliau ini pastinya adalah cucu ki
Sapri yang telah menolong pendekar karuhun dulu, duh beruntungnya saya bisa
bertemu dengan ki Thiban secara langsung, "
Jaka Someh pun
kemudian terdiam. Ki Thiban berkata kepada Jaka Someh
"Jang
sekarang diminum dulu ya, ramuan obat dari abah ini, biar luka ujang cepat
pulih dan kesehatan ujang bisa kembali seperti sedia kala, "
Jaka Someh
menuruti kata-kata Ki Thiban, dia pun
meminum ramuan obat dari ki Thiban. Obat itu terasa pahit namun mengandung rasa
hangat dalam tubuhnya.
"Terima
kasih banyak aki telah menolong saya, kalau tidak, mungkin saya sudah meninggal, ".
Jaka Someh
mengucapkan terima kasih kepada KiThiban.
"hehehe, sama-sama
ujang, tidak boleh berbicara begitu, masalah hidup dan mati mah sudah ada yang
mengatur, yaitu Gusti Allah, aki mah cuma melaksanakan kewajiban aki sebagai
sesama manusia untuk saling tolong menolong, "
Ki Thiban
tersenyum kepada Jaka Someh.
"Oh iya, ujang
teh sebenarnya kenapa bisa terluka parah, seperti ini?"
Ki Thiban
bertanya kepada Jaka Someh.
Mendapat
pertanyaan ki Thiban, Jaka Someh terdiam
sesaat, setelah menghela nafas, dia
menceritakan pengalamannya bertemu dengan eyang Karuhun dan berduel dengannya.
"Saya
kalah bertarung dengan seseorang yang di panggil sebagai eyang karuhun, aki, Dia benar-benar sakti, selama ini saya belum pernah kalah selama
melakukan pertarungan, banyak penjahat
dan pendekar aliran hitam yang telah saya binasakan, tapi ternyata eyang karuhun kekuatannya
di atas saya, "
Jaka Someh
memuji kesaktian Eyang Karuhun yang telah mengalahkannya hingga nyaris tewas.
Jaka Someh juga menceritakan perihal dirinya yang sedang berkelana dan telah
banyak membasmi dan membunuh para penjahat yang dianggap meresahkan masyarakat.
Ki Thiban hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jang, saya
juga sebenarnya merasa prihatin dengan kondisi masyarakat kita ini, kemiskinan
dan kriminalitas merajalela di berbagai pelosok negeri ini, banyak masyarakat
yang menderita karena korban kemiskinan dan kejahatan, yang kuat menindas yang lemah, seakan-akan yang berlaku adalah hukum rimba
tapi jujur saja saya tidak setuju kalau ujang menggampangkan membunuh orang, kasihan
jang, meskipun mereka seorang penjahat sekalipun, kalau memang mereka masih
bisa di nasehati ya cukup di nasehati, di ajari ilmu yang baik dan bermanfaat, kalau
pun terpaksa harus dengan cara kanuragan sebaiknya ujang cukup mengalahkan
mereka saja, tanpa harus membunuh, kecuali kalau memang tidak ada jalan lain, ".
Ki Thiban
meneruskan lagi perkataannya
"Jang
Someh, Ada dua jenis musuh yang keduanya
memiliki cara yang berbeda untuk menghadapinya. Yang pertama adalah musuh dari
jenis manusia dan yang kedua adalah setan yang berasal dari bangsa jin yang
telah menjadi sekutunya iblis.
Untuk menghadapi
manusia yang memusuhi kita, Allah
menasehati kita agar ber- muhsonaah dan ikhsan kepada mereka. Muhsonaah adalah
dengan memberikan nasehat yang baik, memberikan bujukan , rayuan yang baik, memberi pengajaran ilmu atau pun dengan
melakukan negoisasi sehingga mereka tidak lagi meneruskan perbuatan jelek atau
jahatnya kepada kita. Sedangkan ikhsan adalah berbuat baik secara fisik seperti
memberikan hadiah yang baik, meringankan
beban kehidupannya, menolongnya dari
kesusahan dan segala apapun itu, yang
sifatnya adalah bisa memberikan kebaikan kepadanya.
Harapannya adalah agar
mereka bisa kembali kepada fitrohnya manusia yaitu bisa saling memaafkan, saling kasih sayang dan bisa saling menghormati
serta tolong menolong di antara kita semua.
Berbuat baiklah
kepada mereka, hingga dapat berubah
tabiat dan kebiasaan musuh yang selalu mengganggu kita.
Berdasakan
dalil alQuran seperti pada ayat 96 surat almuminuun berikut ini
"Idfa'
billatii hiya ahsanus sayyiata nahnu a'lamu bimaa yashifuun"
Secara
terjemahan bahasa, arti ayat tersebut
adalah:
"Tolaklah
perbuatan buruk mereka dengan perbuatan yang baik. Kami lebih mengetahui apa
yang mereka sifatkan"
Ayat tersebut mengandung arti kurang lebih seperti ini, jang someh:
"Balaslah
orang yang berbuat buruk kepadamu dengan cara dan akhlak yang lebih baik, dengan memaafkan mereka dan bersabar terhadap
celaan dan kezalimannya. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan kepada
Allah berupa tuduhan kesyirikan dan kedustaan, dan apa yang mereka sifatkan pada dirimu
berupa tuduhan yang tidak pantas kepadamu, seperti pada kasus nabi Muhammad, orang musrik quraisy dulu pernah menuduh nabi
Muhammad sebagai tukang sihir atau orang gila, padahal Beliau adalah seorang utusan Allah"
Dalil dari
surat al Araf ayat 199 juga mendukung pengertian itu
"Khużdil-'afwa
wa'mur bil-'urfi wa a'riḍ 'anil-jāhilīn"
Artinya
"Jadilah
engkau orang yang memaafkan dan serulah orang-orang untuk mengerjakan kebaikan
(makruf) serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh"
Kejelekan tidak
mesti harus di balas dengan kejelekan tapi bersabarlah jang, balaslah kejelekan dengan kebaikan. Agar dunia
ini bisa tentram dan damai. Itu adalah salah satu upaya kita untuk mewujudkan
agama Allah rahmatan lil alamiin.
Namun berbeda
untuk musuh kita yang berupa setan dari golongan jin yang telah menjadi bala
tentara iblis, hakekatnya mereka memang
ingin selalu menjadikan manusia agar tersesat dari jalan kebenaran, maka Allah berfirman dalam surat Araf ayat ke
200 tentang bagaimana cara menghadapi mereka
Wa immā
yanzagannaka minasy-syaiṭāni nazgun
fasta'iż billāh, innahụ samī'un 'alīm
Artinya
"Dan
apabila setan menimpamu dengan godaan atau gangguan maka mintalah perlindungan
kepada Allah"
Jadi jang Someh,
kalau musuh yang kita hadapi itu adalah
Setan yang memang secara fisik tidak terlihat oleh mata lahir kita, maka satu-satunya cara untuk menghadapinya
adalah hanya dengan berdoa, memohon
perlidungan kepada Tuhan seluruh alam. Berlindung dari segala perbuatan
jeleknya setan tersebut, karena
Allah-lah sang Maha pencipta, pemilik
dan penguasa seluruh makhluk, termasuk
juga setan.
Jadi untuk
menghadapi setan pastinya berbeda dengan menghadapi musuh berupa manusia. Kita
tidak lagi membalas perbuatan jahat setan dengan memberikan kebaikan. Karena
setan memang adalah musuh sejati kita yang akan terus berusaha untuk
mencelakakan diri kita, menyesatkan kita
jauh dari jalan kebenaran, tidak mungkin
mereka akan mengasihi dan berbuat baik kepada kita meskipun kita berbuat baik
kepada mereka seperti memberikan suatu hadiah kepada mereka.
Setan tidak
menerima suatu pemberian dan tidak dapat dipengaruhi oleh kebaikan yang kita
berikan. Tabiat mereka memang jahat dan tidak ada yang dapat mencegahnya dari
diri kita kecuali Tuhan yang menciptakannya. Beriman dan bertawakalah Jang, karena
kekuasan setan tidak akan mampu mencapai pada diri orang yang meminta
perlindungan kepada Tuhan seluruh alam,
Makanya jang
Someh, jangan jadikan setan sebagai
kekasih tapi jadikanlah setan sebagai musuh yang memang harus kita jauhi, Berlindunglah
kepada Allah SWT. Jangan takut kepada mereka tapi takutlah pada Yang
Menciptakannya.
Manusia adalah
makhluk Allah yang paling sempurna. Bahkan Allah menciptakan nabi Adam, Bapak moyang kita, langsung dengan menggunakan TanganNya Allah
sendiri, berbeda dengan makhluk-makhluk
Allah lainnya, Allah menciptakan mereka
melalui Kehendaknya, hanya dengan hanya
mengucapkan kalimat "kun" maka jadilah mereka menjadi makhluk yang
sesuai dengan kehendakNya,
JangSomeh saya
nasehatkan, jangan lagi menggampangkan
melakukan pembunuhan kepadamanusia, "
Ki Thiban
berhenti sejenak, kemudian kembali meneruskan
wejangannya.
"Jang , Nyawa
manusia itu bukanlah barang yang remeh, bahkan terhadap binatang saja kita
tidak boleh sembarangan membunuh, boleh membunuh kalau memang ada alasannya, seperti untuk kita makan atau karena khawatir
akan bahayanya. Kita menyembelih ayam, kambing atau kerbau supaya dagingnya bisa kita
makan, sehingga kita memiliki tenaga
untuk tetap melanjutkan kehidupan kita yang berharga, kita boleh membunuh ular atau binatang
berbahaya lainnya, karena khawatir
mereka akan mencelakakan atau membunuh kita, tapi untuk nyawa manusia, seyogyanya kita harus berusaha menjaga dan
menghargainya, Hukum Qisos adalah sebagai lambang bahwa kita tidak boleh
sembarangan menghilangkan nyawa orang lain, kalau sampai membunuh tanpa haq
maka hukuman yang setimpal untuk dosa itu adalah dengan hukuman mati, itulah
yang paling setimpal dalam menghilangkan nyawa manusia, Hukum qisos itu
sebenarnya adalah untuk melindungi nyawa setiap insan kehidupan, agar kita
selalu hati-hati untuk tidak berbuat aniaya kepada orang lain, apalagi sampai membunuhnya. Untuk itu Jang, kalau bisa jadikanlah hidup kita ini agar
bermanfaat untuk kehidupan masyarakat pada umumnya, memelihara kehidupan supaya
bisa lestari, bukan justru untuk
menghilangkan kehidupan orang lain, tegakanlah keadilan, dan sejahterakanlah
umat manusia, agar bisa hidup tentram dalam keridhoan Allah Yang Maha Mulia, Allah
menciptakan makhluk-makhluk nya tersebut bukan untuk di sia-siakan, "
Jaka someh
terkesima mendengar pituah dari Ki Thiban. Dia hanya bisa menganggukan
kepalasebagai tanda setuju kalau dia juga menghargai pada nilai-nilai
kehidupan.
"Iya , kyai, terima kasih atas pituahnya, Insya Allah
mulai sekarang saya akan mencoba untuk menghindari pembunuhan, ".
Ki thiban
tersenyum mendengar ucapan Jaka someh. Ki Thiban melanjutkan lagi ucapannya
"Sebenarnya
kalau kita mampu mewujudkan pemerintahan yang berdaulat, yang memiliki hukum yang adil dan tegak, yang di dukung oleh kekuatan yang baik, Insya
Allah akan tercipta kehidupan masyarakat yang madani, dimana satu sama lain
bisa saling menghormati, rukun dan guyub, saling mengerti hak dan kewajiban, sehingga tingkat kriminalitas juga Insya Allah
akan berkurang jauh, rakyat bisa hidup sejahtera dan merasa aman tentram, ".
Jaka someh
terdiam mendengarkan ucapan Ki Thiban. Entah kenapa dia merasa hormat kepada Ki
Thiban, apalagi jaka Someh mendengar
bahwa Ki Thiban juga seorang kyai yang pernah belajar ilmu agama di mekkah atau
madinah. Beliau pernah bermukim selama kurang lebih sepuluh tahun di sana.
Setelah
beberapa minggu, Jaka Someh sudah
kembali sehat seperti sedia kala. Luka-lukanya sudah seratus persen sembuh.
Namun dia tidak berniat untuk pergi meninggalkan tempat itu. Dia meminta ijin
kepada Ki Thiban untuk belajar ilmu agama sekaligus ilmu pengobatan. Ki Thiban
pun mengijinkan keinginan Jaka Someh tersebut. Sungguh beruntung Jaka someh
dapat mendalami ilmu agama dari Ki Thiban. Bahkan dia juga belajar ilmu
pengobatan.
Jaka someh
banyak di kenalkan dengan berbagai jenis tanaman yang di anggap memiliki
khasiat untuk kesehatan dan pengobatan. Hatinya begitu senang, dari semenjak kecil Jaka Someh sudah menyukai
dengan dunia tanam-tanaman dan sekarang dia memiliki kesempatan untuk
mempelajari berbagai manfaat atau khasiat yang terkandung di dalam
tanam-tanaman tersebut. Berbeda tanaman maka berbeda pula zat kandungan dan
manfaatnya bagi tubuh manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar