![]() |
Cerita Novel Silat Ksatria Ilalang |
Perguruan maung Karuhun adalah
perguruan silat yang sangat terkenal di wilayah Kampung Cikaret. Bahkan
terkenal sampai ke kampung-kampung lainnya. Banyak para pemuda, baik yang
berasal dari kampung Cikaret maupun dari kampung lainnya berguru di perguruan
tersebut. Namun karena Jaka Someh memang seorang yang kuper, tidak mengetahui
tentang Perguruan tersebut.
Mang engkos kemudian bercerita kepada Jaka someh perihal Ki Jaya Kusuma yang memiliki perawakan tinggi besar dan memiliki ilmu tenaga dalam yang sangat luar biasa. Konon katanya dia memiliki Jari-jari yang sangat kuat, hasil dari latihan khusus jurus cakar harimau yang terkenal ganas. Sorot matanya juga sangat tajam seperti sorot mata harimau yang sedang marah. Membuat orang lain menjadi segan untuk berurusan dengannya. Mendengar penjelasan Mang Engkos, Jaka Someh menjadi semakin mantap untuk berguru kepada Kijaya Kusuma. Keesokan harinya, Jaka Someh sudah bersiap-siap berangkat menuju perguruan Maung Karuhun. Tekadnya sudah demikian kuat untuk belajar silat kepada Ki Jaya Kusuma, supaya menjadi seorang pendekar hebat dan yang di takuti oleh musuh-musuhnya. Dia membayangkan kalau dia sudah menjadi pendekar hebat dia akan membalas dendam kepada Ki Marta dan kawan-kawannya.
Mang engkos kemudian bercerita kepada Jaka someh perihal Ki Jaya Kusuma yang memiliki perawakan tinggi besar dan memiliki ilmu tenaga dalam yang sangat luar biasa. Konon katanya dia memiliki Jari-jari yang sangat kuat, hasil dari latihan khusus jurus cakar harimau yang terkenal ganas. Sorot matanya juga sangat tajam seperti sorot mata harimau yang sedang marah. Membuat orang lain menjadi segan untuk berurusan dengannya. Mendengar penjelasan Mang Engkos, Jaka Someh menjadi semakin mantap untuk berguru kepada Kijaya Kusuma. Keesokan harinya, Jaka Someh sudah bersiap-siap berangkat menuju perguruan Maung Karuhun. Tekadnya sudah demikian kuat untuk belajar silat kepada Ki Jaya Kusuma, supaya menjadi seorang pendekar hebat dan yang di takuti oleh musuh-musuhnya. Dia membayangkan kalau dia sudah menjadi pendekar hebat dia akan membalas dendam kepada Ki Marta dan kawan-kawannya.
Meskipun perguruan Maung Karuhun
masih terbilang satu kampung dengan gubuk Jaka Someh, namun perjalanan untuk
mencapai perguruan tersebut memakan waktu setengah harian.
Karena tidak memiliki uang
sepeserpun, Jaka someh menyiapkan bekal sendiri. Yaitu nasi yang di bungkus dengan daun
pisang, di tambah dengan lauk pauk seadanya berupa pepes peda dan sambal
bawang. Bekal makanan dan sepasang pakaian yang bersih sudah dia simpan dalam sarung bututnya. Setelah
siap, Jaka someh pun segera meninggalkan gubuknya yang sederhana.
Satu jam lebih, Jaka Someh berjalan.
Dia telah melewati area pesawahan dan hutan kayu yang sudah nampak mengering.
Dia berjalan di sebuah jalan setapak, di atas bukit yang di apit oleh dua buah jurang kecil. Meskipun jalanannya
tampak sepi, tapi dia begitu menikmati perjalanannya tersebut. Pemandangannya
yang hijau dan indah sangat memanjakan matanya. Tak terasa sudah empat jam dia
berjalan, Jaka Someh pun mulai memasuki lahan perkebunan kopi dan cengkeh milik
warga. Setelah itu, dia pun mulai
memasuki pemukiman warga. Di sana banyak sekali rumah rumah panggung milik
warga. Rumah-rumah yang berdindingkan bilik bambu. Terlihat ada beberapa warga
yang sedang menjemur gabah padi yang baru saja di panen. Mereka menjemur di
atas bahan yang berupa anyaman tikar dari daun
kelapa. Beberapa orang, sedang duduk santai di dalam rumahnya, sambil di temani
kopi dan camilan goreng pisang ataupun rengginang. Beberapa anak terlihat
bermain bersama teman-temannya. Mereka sibuk dengan aktivitasnya
sendiri-sendiri, tidak peduli dengan Jaka Someh yang sedang berjalan santai
kearah barat kampong mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar