Minggu, 11 Februari 2018

Cerita novel Silat "Sang Pendekar" Bab 3. Ki Jaya Kusuma


Cerita Novel Silat Ksatria Ilalang


Perguruan maung Karuhun adalah perguruan silat yang sangat terkenal di wilayah Kampung Cikaret. Bahkan terkenal sampai ke kampung-kampung lainnya. Banyak para pemuda, baik yang berasal dari kampung Cikaret maupun dari kampung lainnya berguru di perguruan tersebut. Namun karena Jaka Someh memang seorang yang kuper, tidak mengetahui tentang Perguruan tersebut. 

Mang engkos kemudian bercerita kepada Jaka someh perihal Ki Jaya Kusuma yang memiliki perawakan tinggi besar dan memiliki ilmu tenaga dalam yang sangat luar biasa. Konon katanya dia memiliki Jari-jari yang sangat kuat, hasil dari latihan khusus jurus cakar harimau yang terkenal ganas. Sorot matanya juga sangat tajam seperti sorot mata harimau yang sedang marah. Membuat orang lain menjadi segan untuk berurusan dengannya. Mendengar penjelasan Mang Engkos, Jaka Someh menjadi semakin mantap untuk berguru kepada Kijaya Kusuma. Keesokan harinya, Jaka Someh sudah bersiap-siap berangkat menuju perguruan Maung Karuhun. Tekadnya sudah demikian kuat untuk belajar silat kepada Ki Jaya Kusuma, supaya menjadi seorang pendekar hebat dan yang di takuti oleh musuh-musuhnya. Dia membayangkan kalau dia sudah menjadi pendekar hebat dia akan membalas dendam kepada Ki Marta dan kawan-kawannya. 
Meskipun perguruan Maung Karuhun masih terbilang satu kampung dengan gubuk Jaka Someh, namun perjalanan untuk mencapai perguruan tersebut memakan waktu setengah harian.
Karena tidak memiliki uang sepeserpun, Jaka someh menyiapkan bekal sendiri.  Yaitu nasi yang di bungkus dengan daun pisang, di tambah dengan lauk pauk seadanya berupa pepes peda dan sambal bawang. Bekal makanan dan sepasang pakaian yang bersih sudah dia simpan dalam sarung bututnya. Setelah siap, Jaka someh pun segera meninggalkan gubuknya yang sederhana.
Satu jam lebih, Jaka Someh berjalan. Dia telah melewati area pesawahan dan hutan kayu yang sudah nampak mengering. Dia berjalan di sebuah jalan setapak, di atas bukit yang di apit oleh dua buah jurang kecil. Meskipun jalanannya tampak sepi, tapi dia begitu menikmati perjalanannya tersebut. Pemandangannya yang hijau dan indah sangat memanjakan matanya. Tak terasa sudah empat jam dia berjalan, Jaka Someh pun mulai memasuki lahan perkebunan kopi dan cengkeh milik warga.  Setelah itu, dia pun mulai memasuki pemukiman warga. Di sana banyak sekali rumah rumah panggung milik warga. Rumah-rumah yang berdindingkan bilik bambu. Terlihat ada beberapa warga yang sedang menjemur gabah padi yang baru saja di panen. Mereka menjemur di atas bahan yang berupa anyaman tikar dari daun kelapa. Beberapa orang, sedang duduk santai di dalam rumahnya, sambil di temani kopi dan camilan goreng pisang ataupun rengginang. Beberapa anak terlihat bermain bersama teman-temannya. Mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, tidak peduli dengan Jaka Someh yang sedang berjalan santai kearah barat kampong mereka. 
HALAMAN KE___: 12345 ----KLIK DI SINI UNTUK HALAMAN SELANJUTNYA----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...