Rabu, 14 Februari 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 4. Bersyukur-Tak ada Rotan, Akar pun Jadi


Ketika melewati sebuah sungai yang banyak batunya, Jaka Someh memutuskan untuk beristirahat sejenak di tempat itu. Dia duduk di atas sebuah batu besar yang berada di pinggir sungai. Tiba-tiba dia ingat dengan bekalnya yang belum sempat di makan. Jaka Someh pun segera membuka bekalnya, lalu dengan lahap menyantap bekal tersebut sampai kenyang. Selesai makan, dia merebahkan diri di atas batu besar tadi, memandang ke arah langit yang akan senja. Tiba-tiba dia teringat kepada pak Rohadi. Dalam hati dia berucap,

” Ah iya…saya koq lupa… belum berpamitan kepada Pak Rohadi…...tidak enak juga, beliau sudah begitu baik kepada saya...mending saya sekarang ke rumahnya saja…untuk berpamitan...”

Jaka Someh kemudian turun dari batu besar itu dan berjalan menuju arah perkampungan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah sampai di halaman rumah pak Rohadi. Jaka Someh kemudian mengucapkan Salam, yang segera di balas hangat oleh tuan rumahnya.

Setelah dipersilahkan masuk, Jaka Someh masuk ke dalam rumah pak Rohadi. Saat itu ternyata sedang ada tamu. Seorang kakek yang sudah sangat tua dengan pakaian pangsi serba hitam.  Pak Rohadi kemudian memperkenalkan Jaka Someh kepada tamunya tersebut.

“Eh  nak someh…kenalkan ini Aki Sudin…beliau dari kampung Cinangka…kebetulan tadi Aki sudin sedang ada keperluan di kampung Cikaret…makanya beliau mampir ke rumah bapak…Punteun Aki... ini  nak someh anaknya Sabarudin…”.

Jaka someh pun bersalaman dengan aki sudin,

“Kumaha Damang aki…?”

Kata Jaka someh berbasa-basi.  Aki Sudin menjawab Salam dari Jaka Someh. Dia tersenyum hangat memamerkan giginya yang sudah ompong

“Alhamdulillah…ujang…Aki sehat…wach…kamu  anaknya  Sabarudin ya….?. Sekarang sudah jadi pemuda begini…. Kumaha kamu  sehat…?”

Sambil tetap tersenyum, Jaka someh menjawab aki sudin

“Alhamdulillah Aki…saya sehat…”

Setelah itu mereka pun kembali duduk di atas bale-bale rumah Pak Rohadi. Pak Rohadi berkata kepada Jaka Someh

” Bagaimana sudah berhasil jadi muridnya ki Jaya Kusuma?”

Jaka Someh terdiam, ada keraguan dan rasa malu untuk bercerita kepada Pak Rohadi. Dengan senyum yang dipaksakan Jaka Someh menggelengkan kepalanya. Pak Rohadi terkejut dengan jawaban Jaka someh, kemudian bertanya kepada jaka someh

“Hah…?apakah kamu tidak di terima jadi murid Ki Jaya Kusuma, bagaimana bisa….? Coba ceritakan ke Bapak….!”

Karena merasa tidak enak melihat wajah pak Rohadi yang nampak penasaran, Jaka someh kemudian menceritakan pengalaman pahit yang baru saja di alaminya saat berkunjung ke perguruan Maung Karuhun. Mendengar cerita Jaka Someh, Pak Rohadi merasa heran dan berempati.

Dalam hati dia merasa sangsi apakah benar Ki Jaya Kusuma tega menolak Jaka Someh. Pak rohadi mengenal Ki Jaya Kusuma sudah lama dan mengetahui kepribadaiannya yang baik.  Ki Jaya Kusuma adalah seorang pendekar yang memiliki budi pekerti yang baik. Tentu aneh kalau dia sampai menolak Jaka Someh yang ingin berguru di Perguruannya. Melihat wajah Jaka Someh yang nampak sedih penuh kekecewaan, Pak Rohadi mencoba menghibur Jaka Someh

 “ya...sudah lah ...kamu bersabar saja, mungkin memang belum jodoh kamu untuk berguru di sana, kamu tidak usah kawatir…masih banyak perguruan silat di dunia ini…kamu bisa belajar di mana saja yang kamu mau...tidak perlu susah…dunia tak sesempit daun kelor…”

Jaka Someh mengiyakan ucapan pak Rohadi. 

Tiba-tiba Aki Sudin ikut bertanya kepada Jaka Someh,

“Memang tadi kamu mau belajar silat di perguruan mana...ujang? “.

Jaka Someh melirik Aki sudin, lalu menjawab pertanyaannya dengan perasaan malu-malu

“Tadinya sih saya mau berguru ke Ki Jaya Kusuma, Aki. Tapi ternyata saya tidak di terima oleh beliau, he...he...malah saya nyaris di keroyok di sana.”

Aki Sudin yang mendengar jawaban Jaka Someh seperti itu, hanya menganguk-anggukan kepala, sambil menghiburnya

“Hee...sabar saja  ...tidak apa-apa...Barangkali memang belum jodoh kamu untuk berguru di sana...”

Jaka Someh mengiyakan perkataan Aki Sudin sambil berkata,

“Iya aki...Insya Allah saya masih sabar koq aki...”

Aki Sudin kembali berucap

“Aki kenal dengan Ki Jaya Kusuma…. orangnya baik…Aki yakin pasti ada alasan khusus dia tidak menerima murid lagi …APA mungkin saat ini dia sedang mengalami masalah ya…?”

Jaka Someh merasa penasaran dengan perkataan Aki Sudin

“Maksud aki bagaimana …?”

Aki Sudin melanjutkan ucapannya lagi untuk menjelaskan perihal Ki Jaya Kusuma

“Ilmu silat Ki jaya Kusuma sebenarnya masih satu aliran dengan silat Aki….begini, gurunya itu  masih satu perguruan dengan aki, namanya Ki Lodaya… Aki bersama Ki Lodaya serta Ki Lampah adalah murid dari ki Buyut Leuweung Cadas…Di antara kami bertiga, Ki Lodaya lah yang berhasil mewarisi jurus pamungkas dari Ki Buyut Leuweung Cadas yaitu jurus Macan Pangaduan…yang kemudian diturunkan ke murid kesayangannya, yaitu Ki Jaya Kusuma…Sekarang Ki Lodaya dan Ki Lampah sudah lama meninggal, hanya tinggal aki yang masih hidup, sampai sekarang….".

Aki Sudin menghentikan ceritanya, sambil menghela nafas. Matanya menjadi kosong seakan-akan sedang mengingat kenangan masa lalunya. Suasana menjadi hening.

Tiba-tiba Pak Rohadi memecah keheningan tersebut dengan berseru kepada Aki sudin

“Walaah saya baru kepikiran…kenapa aki tidak terima saja jang  Someh menjadi murid aki...”

Aki Sudin dan Jaka Someh sama-sama terperanjat mendengar ucapan Pak Rohadi. Jaka Someh melirik ke Aki Sudin yang nampak terlihat ragu.  Pak rohadi kembali menegaskan perkataannya

jang Someh…Aki Sudin ini, dulu, sewaktu bapak masih anak-anak, beliau adalah jawaranya kampung sini... Beliau pernah mengalahkan gerombolan perampok yang akan menjarah kampung kita…hanya sendirian saja...Aki sudin membabat habis para perampok itu…padahal jumlah mereka ada belasan orang dengan bersenjatakan golok dan kampak…”

Mendengar penjelasan Pak Rohadi tentang kehebatan aki sudin, Jaka someh merasa takjub.  Aki sudin tertawa mendengar perkataan Pak Rohadi, lalu dia berkata kepada Pak Rohadi

“Wah itu  masa lalu  jang  Rohadi, sekarang  Aki sudah tua... bukannya tidak mau mengajari  jang someh, tapi aki sekarang  sudah tidak kuat, nafas aki saja sudah ngos-ngosan, bagaimana bisa aki melatih ilmu silat...”

Mendengar perkataan Aki Sudin, Pak Rohadi mengerti bahwa Aki Sudin menolak untuk melatih Jaka Someh, karena kondisi fisiknya yang sudah melemah. Tapi Pak rohadi tidak kehabisan akal, dia pun kembali berkata kepada aki sudin,

“Begini saja Aki…Aki tidak usah melatih pake gerak fisik, cukup turunkan saja pengetahuan aki tentang ilmu silat ke nak Someh...biar dia berlatih sendiri...aki cukup memberi petunjuk ke nak  someh, ajarin  dia bagaimana cara melatih ilmu silat yang benar...begitu saja aki…bagaimana mau kan kalau cuma mengajarkan teorinya saja?”

Aki Sudin terdiam sebentar, seakan-akan sedang berpikir, lalu dia pun berkata,

Baiklah… kalau begitu, Aki setuju…hitung-hitung supaya ilmu aki  tidak hilang di telan bumi...Aki akan mengajarkan teorinya saja, teori ilmu silat yang Aki tahu...tapi jang Someh harus melatihnya sendiri ya...!”

Pak Rohadi nampak senang mendengar ucapan Aki Sudin, terus berkata kepada Jaka Someh

” Ayo ...kamu cium tangan Aki sudin dulu...biar beliau yang menjadi gurumu...sekarang kamu beli tembakau ke warung Bi Cicih...warungnya ada di belakang rumah bapak... nanti kamu kasihkan tembakau tersebut ke aki sudin sebagai tanda bahwa kamu sudah resmi di terima jadi murid aki...ini  cuma tradisi di kampung kita saja …nah ini uang untuk membeli tembakaunya...”.

Mendengar perkataan Pak Rohadi kepada Jaka Someh, Aki sudin ikut menimpali,

“Wach…tidak usah pake begitu-begituan  Jang  Rohadi…begini saja tolong belikan daun sirih saja…biar aki peureuh mata  jang Someh…supaya kotoran yang ada di matanya keluar semua…sehingga pandangan matanya bisa jelas dan bersih…serta awas terhadap gerakan musuh…”.

Pak Rohadi menuruti permintaan Aki Sudin, kemudian menyuruh Jaka someh untuk membeli dauh sirih di warung Bi Cicih. Jaka Someh menuruti kata-kata pak Rohadi tanpa membantah sepatah kata pun juga. Setelah menerima uang dari pak Rohadi, Jaka Someh langsung berangkat ke warung Bi Cicih untuk membeli beberapa lembar daun Sirih. Tidak lama kemudian dia sudah datang membawa daun sirih tersebut dan langsung diberikan ke Aki Sudin sambil mencium tangan aki sudin. Aki Sudin menerima daun sirih tersebut dengan senang hati. Setelah di cuci, sebagian daun itu pun di rebus. Setelah rebusannya matang, air rebusannya pun mulai di angin-anginkan agar panasnya berkurang. Setelah suhunya hangat, beberapa lembar daun lainnya yang masih segar ikut dimasukan ke dalam rebusan air tersebut. Mulut Aki sudin nampak berkomat-kamit karena membacakan DOA untuk menyuwuk mata Jaka someh dengan rebusan daun sirih. Kedua mata Jaka Someh ditetesi air ramuan daun sirih. Jaka someh terdiam sambil memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba matanya terasa perih, dan mencucurkan banyak air mata. Kotoran yang ada di matanya pun keluar begitu banyaknya.  Pandangannya serasa lebih terang dan ringan.

Jaka Someh tidak menyangka akan belajar silat ke Aki Sudin, tidak ada rotan akar pun jadi. Tidak jadi berguru di Perguruan Silat yang paling terkenal di kampungnya, justru berguru ke mantan jawara. Hal tersebut tetap membuatnya senang. Sekarang dia sudah resmi menjadi murid Aki Sudin. Aki Sudin berkata kepada Jaka Someh

“Sini ...tolong dengarkan baik-baik...aki cuma bisa mengajarkan teori silat saja kepada kamu... ini  tentang dasar-dasar dari ilmu silat yang aki pernah pelajari...selanjutnya kamu bisa melatihnya sendiri...!”

Aki Sudin kemudian memulai pelajarannya

“Sebenarnya belajar silat itu bisa kemana saja...bahkan kamu juga bisa belajar kepada alam di sekitar kita... alam adalah guru yang hebat untuk kita... mengajarkan banyak hal...salah satunya mengajarkan tentang ilmu silat ini…yang penting kamu bisa iqro, bisa membaca

Walau masih belum mengerti dengan ucapan Aki Sudin, Jaka Someh tetap mengiyakan

“Iya Aki...”

Aki Sudin berkata lagi

“Dasar-dasarnya silat aki  cuma ada tujuh, jang Someh...yang pertama kamu harus bisa egos (menghindar dari serangan), kedua kamu harus bisa tangkisan, ketiga kamu harus bisa memukul, ke empat kamu harus bisa tajongan (tendangan rendah), ke lima kamu harus bisa masang kuda-kuda yang kokoh, ke enam kamu harus bisa langkah, dan ke tujuh kamu harus bisa tawakal...pasrah pada sang Maha Pencipta...”

Kemudian Aki Sudin pun menjelaskan ke tujuh dasar-dasar dari ilmu silatnya. Selain menjelaskan, aki sudin juga mempraktekan berbagai macam caranya egos, cara menangkis, cara memukul, dan cara menendang. Kemudian Aki Sudin juga mengajarkan bagaimana cara memasang kuda-kuda yang benar, macam-macam langkah kaki dalam silat, serta sikap tawakal dalam silat. Jaka someh baru faham bahwa peran langkah kaki itu juga sangat penting untuk mengatur posisi strategis terhadap kedudukan lawan. Selain ke tujuh prinsip dalam ilmu silatnya tadi, aki sudin menambahkan pemahaman kepada Jaka Someh tentang ilmu kuncian dan bagaimana cara melepaskan diri dari kuncian musuh.

Semalaman Aki Sudin dan Jaka Someh mempraktekan gerakan-gerakan silat, sedangkan Pak Rohadi hanya ikut menonton saja. Jaka Someh banyak menyerap pelajaran yang diberikan oleh aki sudin. Mungkin karena bersemangat dan memiliki ketertarikan yang luar biasa, membuat dia mampu mengingat hampir semua pelajaran dari Aki Sudin.

Tanpa terasa malam pun sudah hampir digantikan oleh waktu fajar. Mereka beristirahat sambil menunggu waktu shalat subuh. Setelah shalat subuh, Jaka Someh mengulangi lagi berbagai gerakan yang telah di ajarkan oleh Aki Sudin semalam. Aki sudin hanya memperhatikan saja dan sesekali membetulkan gerakan Jaka Someh yang di anggapnya masih kurang pas. Paginya mereka sarapan di warung Bi Cicih, karena Pak Rohadi memang tidak memasak pada hari itu.

Setelah sarapan, mereka kembali lagi ke rumah pak Rohadi, sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang,  Aki Sudin berpesan kepada Jaka Someh

“Ingat ya, kamu harus rajin berlatih...pahami semua gerakan-gerakan yang telah aki ajarkan...sebenarnya kamu dapat belajar kesiapa saja, termasuk belajar ke alam yang ada disekitarmu...berlatih yang giat supaya kamu mencapai kesempurnaan, bisa memiliki jiwa raga yang sehat dan kuat, bisa tangkas dan gesit serta memiliki gerakan yang harmonis...Kalau bisa sebulan sekali kamu datang ke rumah Aki di desa Cinangka, aki ingin melihat perkembangan latihan kamu...sekalian kita berdiskusi dan berlatih bersama...”.

Jaka Someh pun menjawab ucapan Aki Sudin

“Iya aki, dengan senang hati, saya akan berkunjung ke rumah aki...meskipun Cuma sebulan sekali... terima kasih aki telah menerima saya sebagai murid...”.

Jaka someh membungkukan badannya untuk menghormat kepada aki sudin.

Aki Sudin tersenyum, senang melihat Jaka Someh yang bersikap penuh kesopanan.

Tidak lama setelah itu, Aki Sudin pun berpamitan pulang kepada Pak Rohadi dan Jaka Someh. Jaka Someh masih menemani pak Rohadi sampai siang, kemudian setelah itu, Jaka Someh juga berpamitan kepada pak Rohadi untuk pulang ke gubuk sederhananya yang ada di lereng gunung halimun.

Sesampai di gubuknya, Jaka Someh langsung merebahkan diri di bale-bale, beristirahat dengantidur terlelap sampai esok paginya.

Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Novel|Novel Adalah|Novel Kkn Desa Penari|Noveltoon|Novel Romantis|Novel Laskar Pelangi|Novel Ringan|Novel Tere Liye|Novel Terbaru|Kisah Kkn Di Desa Penari|Kisah Nyata Kkn Desa Penari|Buku Fiksi|Buku Non Fiksi|Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Film Kkn|Filmapik|Film|Film Horor Indonesia|Film Bioskop Terbaru 2022|Film Terbaru 2022|Film Terbaru 2021|Film Indonesia|Film Doctor Strange|Film Bioskop Terbaru 2021}

Bersambung ke bagian 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...