Cerita Novel silat Ksatria Ilalang |
Tiga minggu setelah kebakaran hutan,
kampung Cikaret di hebohkan oleh hilangnya beberapa kerbau peliharaan mereka.
Menurut warga yang menyaksikan, kerbau-kerbau tersebut telah di mangsa oleh
harimau. Suasana kampung menjadi
mencekam karena teror maung alias harimau liar yang siap memangsa mereka. Jaka Someh mendengar
peristiwa tersebut dari seorang warga yang ia jumpai sewaktu pulang ke
gubuknya. Warga tersebut memperingatkan Jaka Someh
“jang hati hati, ada maung yang sedang berkeliaran sampai
masuk kampong, sudah ada tiga kerbau yang menjadi mangsanya...”.
Jaka Someh menjadi penasaran, dia
bertanya kepada orang itu
“Maungnya masuk kampung tidak, pak? apakah
ada korban dari warga...?”.
Bapak itu menjawab pertanyaan Jaka
Someh
“iya maungnya masuk ke kampung,
jang. Tapi untungnya dia hanya memangsa hewan ternak saja...sampai sekarang maung
itu masih berkeliaran...belum
tertangkap...tidak ada yang berani untuk menangkapnya…yang ada malah kita nanti di mangsanya...”.
Setelah mendengar ucapan orang itu,
Jaka someh mengucapkan terima kasih karena telah diperingatkan
“iya pak, terima kasih banyak atas informasinya. Insya Allah saya
akan berhati-hati...”
Bapak itu pun pulang menuju rumahnya
di kampung Cikaret. Dia berjalan tergesa-gesa meninggalkan Jaka Someh yang
sedang sendirian. Jaka Someh berkata dalam hatinya
“Koq tumben baru sekarang
ada maung masuk ke
perkampungan warga...?”
Jaka Someh menjadi terus memikirkan maung itu
“jangan-jangan ini gara-gara
kebakaran hutan tempo hari itu ya...? iya,
tampaknya memang
gara-gara itu...Kalau hutannya rusak, tentunya hewan-hewan jadi kehilangan tempat
tinggal, sebagian mungkin ada yang mati terbakar, lainnya yang masih hidup akan
pindah mencari tempat tinggal baru dan meninggalkan hutan ini, sehingga jumlah
populasi hewan pun akan berkurang drastis, makanya maung itu merasa kesulitan
mencari mangsa sehingga nekat masuk ke perkampungan warga...mungkin karena kelaparan...wah bisa bahaya ini...”.
Setelah berpikir beberapa saat, Jaka
Someh kembali melanjutkan perjalanannya menuju gubuk yang sangat dia cintainya.
Tiga hari setelah bertemu warga yang
memperingatkan tentang maung yang masuk perkampungan, Jaka Someh mendapat
informasi lagi bahwa sekarang sudah ada warga yang telah di mangsa maung. Warga
itu meninggal dalam keadaan yang tragis, tubuhnya terkoyak-koyak. Sebagian
anggota badannya telah hilang, yaitu dari kaki sampai bagian bawah
perutnya. Suasana kampung menjadi
semakin mencekam. Para warga menjadi was-was untuk beraktivitas di malam hari,
mereka takut menjadi mangsa maung ganas yang sedang kelaparan.
Jaka Someh merasa prihatin dengan
keadaan para warga. Dia pun memikirkan bagaimana cara menangkap maung itu. Jaka
Someh tahu, ini sebenarnya akibat dari kesalahan mereka juga yang telah berani
merusak kelestarian hutan, tempat tinggal maung itu. Ibarat nasi sudah menjadi bubur,
bagaimanapun juga sekarang dia harus berusaha menyelamatkan para warga dari maung
liar itu.
loading...
Hari itu Jaka Someh tidak pergi ke
ladangnya. Dia memilih pergi ke pinggiran hutan untuk mencari jejak maung yang
masuk ke perkampungan. Setelah menelusuri sekian lama, Jaka Someh berhasil
menemukan jejak maung tersebut. Setelah berhasil mendapatkan jejak maung, Jaka Someh kemudian menyempatkan diri untuk
pulang dulu ke gubuknya. Bakda Isya Jaka Someh kembali keluar dari gubuknya,
mengikuti jejak-jejak maung yang telah dia
temukan. Rencananya dia akan menguntit maung itu. Setelah berada di pinggir
hutan, Jaka Someh memanjat pohon yang tinggi untuk mengamati keadaan di
sekitarnya.
Setelah sabar menunggu, akhirnya dia
melihat seekor maung sedang berjalan menuju arah perkampungan. Mata maung
tampak bersinar dalam kegelapan malam. Dengan hati hati, Jaka Someh membuntuti maung
itu. Dia berlompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Setelah sampai di
perkampungan, maung itu pun mulai berkeliling-keliling, mencari sesuatu yang
bisa di jadikan mangsa. Dengan langkah perlahan, maung itu berjalan ke arah
kandang kerbau milik salah satu warga. Suasananya begitu sepi, tidak ada satu
warga pun yang berani keluar, mereka takut menjadi mangsa maung yang sedang
lapar tersebut. Kerbau yang di dekati oleh maung tampak gelisah dan ketakutan. Maung
itu berjalan mengendap-endap, dia mengendus ke arah belakang kerbau, yang
ukurannya lebih besar dari tubuh maung. Kemudian dengan sekali lompatan, maung
itu langsung menerkam dan menggigit leher kerbau. Kerbau naas itu pun hanya mampu
melenguh...kemudian roboh
ke tanah dengan bersimbah darah akibat luka gigitan sang maung. Jaka Someh
terkesima melihat kejadian itu. Dia kagum dengan kekuatan maung yang mampu
merobohkan kerbau meskipun ukurannya tidak sebanding dengannya. Jaka Someh tahu bahwa tidak mudah
untuk merobohkan seekor kerbau. Dia pernah melihat orang yang menyembelih
kerbau dan perlu 10 orang dewasa yang bertenaga untuk berhasil merobohkannya.
Sekarang dia melihat maung itu merobohkannya cukup sendirian dengan mudahnya. Jaka
Someh merasa mendapat pelajaran berharga bisa melihat peristiwa tersebut.
Paling tidak ada tiga hal, yang menurut Jaka Someh kenapa maung itu bisa
berhasil merobohkan si kerbau dengan cepat, yaitu senjata yang digunakan maung
berupa gigi taring yang kuat dan tajam, kecepatan dan ketepatan waktu saat
menyerang, serta strategi maung dalam melakukan serangan mendadak ke mangsanya.
Setelah kerbaunya mati, maung itu
pun menyeretnya ke tempat yang aman dan tersembunyi agar bisa nyaman untuk menyantap nya. Jaka Someh kemudian melompat dan mendekati si
maung. Maung itu menjadi kaget dan marah, melihat ada orang yang berani
mengganggu makan malamnya. Hewan itu pun langsung menerjang Jaka Someh, namun
Jaka Someh yang sudah mempersiapkan diri, langsung merendahkan kuda-kudanya
sambil egos, menghindari terkaman maung. Mata Jaka Someh mengincar leher maung
tadi, setelah merubah posisi tubuhnya, Jaka Someh langsung menebas leher maung
itu dengan sabetan goloknya.
Jaka Someh merasa terkejut karena
ternyata maung itu mampu menghindari
tebasan goloknya dengan cara memelantingkan tubuhnya ke arah belakang. Jaka
someh sesaat terdiam, melihat ke arah maung yang sudah bersiap-siap untuk
menerkamnya. Mata mereka pun saling bertatapan. Sesaat kemudian maung itu
kembali melompat ke arah Jaka Someh.
Jaka someh mencoba menyambutnya dengan mengayunkan goloknya ke arah sang
maung. Jaka Someh kembali di buat terkejut, keringat dingin tiba-tiba keluar
dari keningnya. Maung tersebut ternyata mampu menyerang tangan Jaka Someh
dengan cakarnya. Goloknya pun terpelanting, dengan luka parah di pergelangan
tangan. Darah terlihat mulai bercucuran
dari tangan Jaka Someh. Maung itu pun dengan ganasnya mulai menyerang
Jaka someh dengan sambaran cakarnya. Duag, Jaka Someh merasa copot jantungnya
terkena cakaran maung di dadanya. Dia langsung menjatuhkan diri ke arah
belakang untuk mengurangi efek dari serangan maung itu. Dadanya terasa sesak
dan sakit seakan-akan di timpa oleh suatu tenaga besar yang luar biasa. Bajunya
terlihat robek dan ada darah di dadanya akibat cakaran maung. Untunglah lukanya
tidak terlalu dalam, karena Jaka someh waktu itu masih sempat menjatuhkan diri
ke belakang untuk menghindari cakaran maung. Jaka someh terjatuh ke tanah
sambil menahan rasa perih yang luar biasa. Belum hilang rasa kagetnya, maung
itu pun langsung melompat lagi ke arah jaka someh yang masih terjatuh di tanah,
bersiap untuk menerkamnya. Jaka someh sadar dengan maut, dia pun mengucap
“Astagfirulloh....”
Sambil dia berusaha menggulingkan
badannya ke arah samping untuk menghindari terkaman maung tersebut. Dengan
sisa-sisa tenaganya Jaka Someh berusaha untuk bangkit. Dia pun kembali memasang
kuda-kudanya bersiap menghadapi serangan
maung selanjutnya. Sepintas terlihat olehnya, goloknya tergeletak tidak jauh
dari sisi kanannya. Sambil matanya tetap waspada terhadap serangan maung, Jaka
someh berpikir keras untuk bagaimanan caranya mengambil golok itu, matanya sedikit
melirik ke arah golok. Setelah sekian detik saling bertatapan, maung itu pun
kembali melanjutkan serangannya, melompat ke arah jaka someh. Jaka someh
langsung menghindarinya dengan berguling ke arah kanan sambil berusaha
mengambil goloknya yang ada di tanah. Karena gagal dengan serangannya, maung
itu pun langsung kembali menyerang Jaka Someh dengan berusaha menerkam Jaka Someh. Untunglah Jaka
Someh telah berhasil mengambil goloknya. Dengan memasang kuda-kuda rendah dia
langsung menyabetkan goloknya tersebut ke arah leher maung yang sedang melompat
untuk menyerang...bret...bret...
Sabetan goloknya tepat mengenai
sasaran. Ketajamannya telah melukai leher maung yang langsung terpelanting ke
belakang. Dia mengaum beberapa kali karena marah terkena sabetan golok Jaka Someh. Darah
bercucuran dari leher maung. Maung itu berusaha untuk bangkit, namun langsung
terjatuh kembali. Aumannya pun semakin melemah. Beberapa saat kemudian, maung itu
pun tergeletak
lemah kehabisan darah dan mulai sekarat....akhirnya dia tergolek di tanah dan mati. Jaka Someh berkata pada maung
yang sudah mati tersebut sambil memegangi pergelangan tangannya yang berdarah
karena terkena cakaran maung
“Saya minta maap...maung... saya
terpaksa membunuhmu untuk menyelamatkan warga kampung disini. Saya tidak tahu
bagaimana lagi cara melumpuhkan kamu tanpa harus membunuh”.
Jaka Someh merasa sedih karena telah
membunuh maung itu. Kemudian dia membuat tulisan di daun lontar yang dia
letakan di atas tubuh maung yang mati:
“KEPADA SEMUA WARGA...INI SEBAGAI
PELAJARAN KARENA TELAH MERUSAK HUTAN YANG MENJADI TEMPAT TINGGAL PARA HEWAN
TERMASUK MAUNG INI...SEMOGA BAPAK-BAPAK SEKALIAN, TIDAK LAGI MEMBAKAR HUTAN
SECARA SEMBARANGAN, KARENA APABILA HUTANNYA DIRUSAK BISA MENYEBABKAN BENCANA
YANG TIDAK DAPAT KITA DUGA SEPERTI KEJADIAN INI...MUSIBAH YANG BARU SAJA KITA
ALAMI SEBENARNYA BELUM SEBERAPA, APABILA ALAM SUDAH SEDEMIAN RUSAK MAKA BISA
MENGAKIBATKAN BERBAGAI BENCANA BESAR LAINNYA SEPERTI LONGSOR, BANJIR,
KEKERINGAN DAN KELAPARAN”.
Sebagai manusia yang diberi akal kita di beri tugas oleh
Sang Maha Pencipta untuk mengelola bumi ini agar tetap selalu lestari, agar
dapat kita manfaatkan secara berkelanjutan, untuk itu kita seharusnya tidak
berbuat kerusakan terhadap lingkungan ini hanya karena alasan ekonomi semata.
Jangan malas dan serakah.
Esok harinya warga kampung Cikaret
menjadi heboh karena melihat ada bangkai kerbau dan maung yang berlumuran
darah. Mereka membaca tulisan yang di tulis oleh Jaka Someh. Meskipun mereka
tidak tahu siapa yang telah menulis tulisan dan membunuh maung itu, namun
mereka merasa bersyukur dan berterima kasih kepada penolong misterius. Semua
warga merasa bahagia dan bersyukur karena telah lepas dari bahaya maung ganas
yang mengancam hidup mereka. Mereka pun berjanji untuk tidak lagi merusak hutan.
Bersambung ke bagian 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar