Warga-warga
yang melihat perkelahian pun pada bubar, mereka takut akan terjadi keributan
yang lebih besar lagi. Mereka tahu bahwa babah Liong pasti akan marah besar,
dan akan membalaskan dendam kematian muridnya. Mereka langsung pulang
kerumahnya masing-masing, dan segera mengunci pintu rumahnya karena takut akan
kemarahan babah Liong. Babah along yang semenjak tadi gelisah, langsung
mendekati Jaka Someh, wajahnya tampak semakin pucat. Babah along berkata pada
Jaka Someh
“gawat...gawat...loe
orang sudah membunuh muridnya babah Liong hah...celaka...loe cepat-cepat pergi
lah dari sini...loe mesti sembunyi dahulu... babah Liong dan muridnya yang lain
pasti balas dendam...hah. celaka...celaka...oe mesti bagaimana ini...”.
Jaka
Someh kaget mendengar ucapan babah Liong. Dia menyesali insiden yang baru
terjadi ini, tapi semuanya sudah terjadi. Dia merasa kasihan terhadap babah
Liong dan warga-warga yang lain yang tampak ketakutan. Jaka Someh bertekad
untuk bertanggung jawab atas tindakannya. Dia tidak mau pergi dulu sebelum
urusannya dengan geng naga hitam selesai. Namun karena desakan dari babah along
yang menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat itu, Jaka Someh pun akhirnya
bersedia untuk segera pulang ke kampungnya. Babah along meyakinkan Jaka Someh
bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya
“hayya loe orang jangan kawatirkan
oe...hah...dia orang tidak mungkin mencelakakan oe...oe ini masih ada hubungan
keluarga dengannya hah...yang perlu di kawatirkan adalah loe, dia orang adalah
murid pendekar Tong yang terkenal sakti...Pendekar Tong sendiri adalah seorang
pendekar yang hebat dan baik, namun sayang dia sudah meninggal...tapi muridnya
ini...si Liong adalah orang jahat...hah... di sini tidak ada yang berani sama itu
orang...Jaka Someh...loe mesti pergi dari sini...biar loe selamat...hah.”.
Setelah yakin bahwa tidak akan terjadi suatu masalah terhadap babah along,
akhirnya Jaka Someh pun memutuskan untuk pergi. Jaka Someh naik ke gerobak
sapinya, kemudian berpamitan dengan melambaikan tangan ke arah babah along. Jaka Someh pun menjalankan gerobak itu untuk
pulang ke kampungnya. Jaka Someh mengambil rute jalan utama yang biasa di lewati orang-orang. Dia berjalan
menyusuri jalan setapak menuju pantai selatan sukabumi. Hari masih siang ketika
Jaka Someh mulai berangkat. Dia melajukan gerobaknya dengan santai tanpa
tergesa-gesa, meskipun sudah tidak ada muatan lagi dalam gerobaknya.
Sementara
Jaka Someh berjalan dengan santai, keadaan geng naga ternyata dalam kondisi ricuh.
Mereka sedang sibuk bersiap-siap untuk membalas dendam kepada Jaka Someh. Ada 5
murid utama babah Liong yang tersisa. Mereka semua adalah pendekar-pendekar
tangguh. Mereka masih menunggu kedatangan babah Liong yang sekarang masih
berlatih di dalam ruangan tertutup. Babah Liong belum tahu tentang kejadian
yang menimpa anggota gengnya. Dia sedang asyik berlatih ilmu tenaga dalamnya.
Babah Liong memang pendekar yang memiliki ilmu yang sangat tinggi. Selama
karirnya sebagai pendekar belum pernah sekalipun dia mengalami kekalahan,
kecuali oleh adik seperguruannya yang sekarang pergi entah kemana. Hampir semua musuhnya mati mengenaskan di
tangannya. Babah Liong memang terkenal sebagai pendekar yang kejam dan bengis.
Konon katanya dia mampu menghancurkan batu sebesar kerbau hanya dengan sekali
pukul. Karena wataknya yang gampang marah, maka semua muridnya tidak ada yang
berani mengganggu latihannya, mereka pun hanya menunggu. Ketika selesai dari
latihan, babah Liong keluar dari ruangannya. Dia mendapati semua muridnya
sedang menunggunya kecuali akuan yang tidak terlihat.
“mana akuan...?” kata
babah Liong kepada murid-muridnya.
Murid yang paling tua yang bernama Feng Li
menjawab “anu guru...akuan sudah meninggal...” babah Liong terkejut mendengar
jawaban feng Li
“hah...mati bagaimana...maksudnya...?”
Feng li pun meneruskan
jawabannya “dia mati terbunuh...guru...” Babah Liong semakin terkejut, dengan
nada menyentak dia bertanya lagi
“hah...siapa yang berani membunuh muridku...?
siapa yang berani membuat masalah dengan geng kita hah...?”.
Fengli dan ke empat murid lainnya diam sambil
menundukan kepalanya. Babah Liong bertambah emosi sambil membentak
murid-muridnya.
Dia berkata lagi
“siapa...siapa yang berani membunuh anak
buah ku hah...? ayo jawab pertanyaanku...!”
Akhirnya murid babah Liong yang ke
lima yang bernama Memed menjawab
“Dia bernama Jaka Someh guru...orang dari
kampung Cikaret...”
Babah Liong pun bertanya lebih lanjut tentang Jaka Someh
kepada kelima muridnya, tentang bagaimana asal muasalnya akuan bisa terbunuh
oleh Jaka Someh. Mereka pun menjelaskan sebatas apa yang mereka dengar dari
orang-orang yang melihat pertarungan antara Jaka Someh dengan akuan. Mereka
mengakhiri ceritanya dengan mengatakan
“yang lebih tahu masalah ini sebenarnya
adalah ocin...guru...”.
Babah Liong pun menyuruh agar mang Ocin di hadapkan
kepadanya. Feng li pun menyuruh beberapa anak buahnya untuk mendatangkan mang
Ocin. Mang Ocin pun masuk ke ruang pertemuan dengan badan yang gemetaran. Dia
takut akan kemarahan dari babah Liong. Setelah berada di hadapan babah liong
mang Ocin bertanya kepada babah Liong sambil bergetar.
”Anu
tuan besar...aadaaa...aapaa...sa...yaa...di panggil tuan...”
Babah Liong berkata kepada mang Ocin
“Ocin
coba kamu ceritakan bagaimana murid saya acuan bisa terbunuh...? ayo cepat...
jangan bertele-tele, cepat kamu ceritakan...!”
Mang
ocin benar-benar ketakutan. Dia pun menceritakan kejadian tadi pagi mulai dari
perselisihannya dengan Jaka Someh sampai kejadian terbunuhnya akuan di tangan
Jaka Someh. Mendengar cerita dari mang ocin, babah along menjadi merah mukanya
karena marah, babah Liong pun berteriak
“bangsat...berani
sekali orang itu menghinaku...apakah dia sudah ingin mati dengan cara
mengenaskan di tanganku...? hah.”.
Babah
Liong kemudian menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari tahu keberadaannya
Jaka Someh. Feng li pun mengatur beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan
Jaka Someh saat ini. Setelah mendapatkan informasi tentang keberadaan Jaka
Someh yang sekarang diperkirakan sedang bergerak menuju pantai selatan dengan
menggunakan gerobak sapinya, mereka pun berencana untuk mencegat Jaka Someh di
daerah pantai selatan. Babah along dan ke lima muridnya pun berangkat ke pantai
selatan dengan menggunakan kuda. Mereka menggunakan rute jalan yang lain,
meskipun jalan tersebut agak sulit karena melewati celah bukit yang terjal
namun jalan tersebut adalah rute terpendek dibandingkan dengan rute jalan yang
di pakai oleh Jaka Someh.
Tanpa terasa Jaka Someh sudah berada
di sekitar pantai selatan. Waktu itu sudah memasuki waktu ashar. Jaka Someh pun
memutuskan untuk mengerjakan shalat dahulu. Dia pun mengerjakan shalat jama
qosor antara dhuhur dan ashar. Setelah mengerjakan shalat, Jaka Someh
beristirahat sejenak sambil memberi makan sapinya. Kemudian Jaka Someh pun
berjalan kembali memasuki area pantai yang luas. Di lihatnya pemandangan pantai
yang megah yang menggulungkan ombak-ombak yang bergemuruh. Jaka Someh terus
berjalan dengan santainya, dia tidak menyadari bahwa dari arah belakang ada
enam manusia yang berusaha mengejarnya dengan menunggangi kuda. Mereka berusaha melewati Jaka Someh dengan
mengencangkan lari kudanya, setelah melewatinya, mereka langsung berhenti dan
mencegat Jaka Someh.
Dengan melihat penampilan mereka
yang sebagian besar berkulit putih dan bermata sipit, Jaka Someh langsung tahu
bahwa mereka adalah teman-temannya akuan. Jaka Someh pun turun dari gerobak
sapinya, sambil berkata “maap tuan-tuan, ada apa gerangan tuan-tuan mencegat
saya di sini” Fengli yang pertama berkata kepada Jaka Someh, dia menjawab
pertanyaan Jaka Someh dengan mengajukan pertanyaan juga
“apakah kamu Jaka
Someh...yang membunuh saudara seperguruan saya...?”
Jaka Someh menjawab
“betul
saya Jaka Someh, tapi mohon maap tentang peristiwa tersebut...saya benar-benar
tidak sengaja telah membunuh saudara seperguruan tuan ...saya menyesal telah
terjadi kesalahpahaman antara saya dengan saudara tuan...”
Fengli dan ke empat
murid babah Liong lainnya langsung turun dari kudanya kemudian melangkah maju
ke depan. Memed dan fengli berteriak dengan membentak Jaka Someh
“bangsat
kamu...jangan banyak ngomong...kamu harus bertanggung jawab...”.
Sedangkan
ketiga murid lainnya yaitu chow li, wang li dan kwok wan hanya diam. Sebenarnya
mereka bertiga adalah orang-orang yang baik. Mereka tidak setuju dengan sikap
guru dan dua saudaranya yang lain, hanya saja mereka tidak kuasa untuk
menentang mereka. Babah Liong masih tetap berada di atas kudanya sambil
mengawasi ke lima muridnya. Tangannya sebenarnya sudah gatal ingin segera
membunuh Jaka Someh, tapi dia masih bisa menahan dirinya untuk bisa melihat
pertarungan kelima muridnya melawan Jaka Someh.
Ke lima murid babah Liong pun
mengepung Jaka Someh. Jaka Someh masih berusaha meminta maap kepada mereka dan
memohon mereka untuk tidak meneruskan pertarungan lagi. Tapi mereka sepertinya
sudah tidak mau mendengar permohonan maap Jaka Someh. Fengli berada di depan
Jaka Someh, memed dan Kopeng berada di kanan Jaka Someh, sedangkan yang berada
di kiri Jaka Someh adalah wangli dan asim. Jaka Someh pun menyiapkan dirinya
untuk menghadapi mereka. Jaka Someh tahu bahwa mereka bukan pendekar
sembarangan. Makanya dia menambah kewaspadaannya. Jaka Someh bertekad akan
menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghadapi lawan-lawannya ini.
Memed langsung melompat kedepan
untuk menyerang Jaka Someh dengan menggunakan jurus cakar naganya, Jaka Someh
hanya mengelak sedikit dengan menggeserkan kaki kirinya ke arah kiri, sambil
menepis serangan cakar naga memed dengan menggunakan pergelangan tangan
kanannya “haiit...” kata Jaka Someh. Sambil menghindari serangan memed, Jaka
Someh langsung melanjutkan dengan menyerang wangli dan asim dengan kedua
tinjunya. Wangli berhasil menghindari
serangan Jaka Someh dengan melompat ke belakang, sedangkan asim menangkis
serangan Jaka Someh dengan tangan kanannya. Praak...Asim merasa tangannya
seperti di pukul dengan benda besi yang keras ketika tangannya berbenturan
dengan tangan Jaka Someh, “waaduuh...sialan...” kata asim, dia pun mundur
sambil menahan rasa sakit akibat benturan kedua tangan. Kopeng yang tadinya
hanya berdiri saja sekarang ikut menyerang Jaka Someh dengan menggunakan
pukulan lurus ke arah muka Jaka Someh, Jaka Someh tidak menangkis pukulan
Kopeng dengan tangannya melainkan dia hanya egos yang kemudian dilanjutkan
dengan memegang pergelangan tangannya Kopeng kemudian langsung di tarik dengan
cepat diarahkan ke arah bawah. Meskipun kelihatan pelan namun ternyata membuat
Kopeng tersungkur, wajah dan badannya nya pun langsung menimpa pasir pantai.
Meskipun tidak membahayakan Kopeng karena dia hanya menimpa pasir pantai yang
lembut, namun kejadian tersebut membuat Kopeng kaget. Dia membayangkan kalau
seandainya dia terjerembab di atas lantai yang keras dan tarikan Jaka Someh
juga menggunakan tenaga yang lebih besar kemungkinan besar akibatnya bisa
fatal.
Kemudian ke lima murid babah liong
pun kembali bersiap-siap untuk menyerang Jaka Someh kembali. Kali ini mereka
tidak lagi menganggap enteng Jaka Someh. Giliran Kopeng yang sekarang memulai
serangan, dia menyerang Jaka Someh dengan menggunakan pukulan lurus ke arah
muka lagi, namun sebenarnya itu hanya serangan pancingan saja,
“rasakan ini bajingan...”
kata Kopeng kepada Jaka Someh.
Ketika Jaka Someh menghindar ke arah kanannya sebagaimana yang dia perkirakan,
Kopeng langsung dengan cepat melancarkan tendangan berputarnya dengan keras.
“rasakan ini bajingan…mati...kamu...” kata
kopeng.
Kalau bukan Jaka Someh, mungkin dia
akan panik jika mendapat serangan yang cepat dan bertubi-tubi seperti itu,
namun Jaka Someh hanya melangkahkan kakinya dengan menyerong sedikit ke kiri untuk
menghindari tendangan Kopeng, kemudian dia menyelup ke bawah kaki Kopeng yang
masih dalam posisi menendang. Dengan gerakan kilat Jaka Someh sudah berada di belakang Kopeng. Tanpa
membuang waktu dia
langsung menendang tulang belakang Kopeng yang saat itu masih berdiri dengan
satu kaki, karena kaki yang satunya masih di gunakan untuk menendang. Fatal
buat Kopeng, dia langsung tersungkur akibat tendangan Jaka Someh ke tulang
belakangnya. Kopeng merasakan rasa sakit yang luar biasa, dia pun merasa sulit
untuk bangun kembali.
Melihat Kopeng sudah jatuh, wangli
dan fendi pun menyerang Jaka Someh secara bersamaan. Sedangkan memed masih
berdiri sambil mengawasi dan mengincar Jaka Someh. Dia pun menyiapkan sebilah
belati dari balik bajunya, menunggu saat Jaka Someh lengah.
Wangli menyerang Jaka Someh dengan
menggunakan sapuan bawah sedangkan fendi meloncat ke arah kepala Jaka Someh
sambil menyabetkan pedangnya yang sejak dari tadi dia simpan di balik punggungnya.
Mendapat serangan secara bersamaan dari arah bawah dan atas sekaligus, Jaka
Someh malah melangkah kedepan sambil merendahkan badannya
serendah-rendahnya. Karena Jaka Someh
menjadi lebih rendah, tebasan pedangnya fendi pun tidak mengenai sasarannya,
sedangkan sapuan kaki wangli pun menjadi tidak efektif karena Jaka Someh sudah
memindahkan posisi dirinya. Tiba-tiba memed melemparkan pisaunya ke arah Jaka
Someh yang baru berpindah posisi. Jaka Someh kaget bukan kepalang karena
mendapat serangan lemparan pisau yang mendadak dari memed, dia pun secara
reflek mencabut goloknya yang masih terselip di pinggangnya sambil berusaha
menghindar namun agak terlambat buat Jaka Someh karena pisau itu tidak bisa dia
tangkal dengan goloknya secara sempurna, pisau tersebut masih merobek kulit
lengan Jaka Someh. Darah pun merembes keluar dari lengan bajunya Jaka Someh.
Jaka Someh pun kembali menfokuskan dirinya, dengan mengatur nafasnya. Kali ini
dia harus sungguh-sungguh dalam menghadapi ke empat lawannya yang masih berdiri
di hadapannya. Jaka Someh masih menunggu serangan dari lawannya.
Memed kecewa karena lemparan
pisaunya ternyata tidak berhasil mengenai Jaka Someh secara sempurna
“ah
sialan...”
kata memed dalam hati. Dia pun langsung melangkah dengan cepat ke
arah Jaka Someh sambil menyerang Jaka Someh dengan pedangnya. Dia menusukan
pedangnya ke arah dada Jaka Someh, Jaka Someh tidak menangkis pedangnya memed
melainkan hanya memindahkan posisi tubuhnya dengan cepat ke sebelah kanan,
sambil menyabetkan goloknya ke tangan memed yang masih menjulur memegang
pedang. Karena gerakan Jaka Someh yang sangat cepat memed tidak mampu
menghindarkan tangan kanannya dari sabetan golok Jaka Someh. Dia pun langsung
berteriak karena darah tersembur dari tangannya
“aaahh...aduuh...sakit...” kata
memed, tangan kanannya nyaris putus.
Namun Jaka Someh tidak berhenti hanya di
situ saja, kemudian dia pun langsung menyabetkan goloknya ke leher memed.
Teriakan memed pun berhenti, dan darah langsung keluar dari lehernya. Memed pun tewas secara mengenaskan, menjadi
korban keganasan goloknya Jaka Someh. Asim yang melihat memed tewas secara
tragis langsung menyerang Jaka Someh secara brutal. Jaka Someh hanya
menghindarinya saja, bahkan goloknya pun sudah dia masukan kembali ke serangka
yang ada di pinggang kirinya. Karena serangannya tidak ada yang berhasil
mengenai Jaka Someh, asim pun marah. Dia pun menyerang Jaka Someh dengan
memukul sekencang-kencangnya ke arah muka Jaka Someh, tentu saja serangannya
yang sudah tidak terkontrol tersebut dengan mudah di patahkan Jaka Someh. Jaka
Someh langsung memegang tangannya asim dan langsung mengarahkan kebawah namun
kali ini Jaka Someh tidak menariknya. Dia hanya membawa ke bawah, kemudian
tangan kiri Jaka Somehpun langsung mematahkan bagian pergelangan siku tangan
kanannya asim. Asim langsung berteriak dengan keras. Jaka Someh masih belum
berhenti di situ, tangan kanan asim yang sudah patah masih di tariknya ke depan
sehingga asim menjadi mencondongkan wajah dan tubuhnya ke arah Jaka Someh.
Begitu wajahnya sudah condong ke arahnya, Jaka Someh langsung menendang mukanya
asim meskipun tidak kencang. Asim pun tersungkur ke belakang, dia pun akhirnya
pingsan. Jurus silatnya Jaka Someh memang tampak kejam dan keras, Jaka Someh
sendiri sebenarnya tidak tega namun dia harus segera menyelesaikan
persengketaannya dengan cepat.
Melihat sudah tiga muridnya yang
roboh, babah liong pun langsung melesat melompat dari atas kudanya, menyerang
Jaka Someh dengan ganasnya. Jaka Someh berupaya menangkis serangan babah liong dengan
tangannya.
Kedua tangan mereka pun saling beradu. Jaka Someh mundur beberapa langkah ke belakang, demikian juga dengan babah liong. Dia merasakan kesemutan di pergelangan
tangan setelah beradu tangan dengan babah Liong. Babah Liong juga ternyata
merasakan hal yang sama.
Jaka Someh mengerti bahwa babah Liong adalah seorang pendekar yang berilmu tinggi. Murid-muridnya
saja sudah sedemikian hebatnya, apalagi dngan gurunya. Jaka someh semakin berhati-hati menghadapi babah Liong.
Tidak lama kemudian mereka melanjutkan lagi pertarungannya. Berbagai jurus dan
gerakan sudah mereka lancarkan. Jurus-jurus Babah Liong terlihat sangar dan menakutkan.
Gerakannya sangat cepat dan kompleks. Berbeda dengan Jaka Someh yang jurusnya
relatif sederhana namun bertenaga. Beberapa kali Jaka someh terkena pukulan
atau pun tendangan Babah Liong. Beberapa kali dia terjatuh. Namun segera bangkit kembali dan memulai
pertarungannya. Babah Liong merasa heran dengan kekuatan yang dimiliki oleh
Jaka Someh, meskipun jurusnya terbilang sederhana namun ternyata sulit untuk
merobohkan Jaka Someh. Nafasnya kini sudah ngos-ngosan, tenaganya pun sudah
mulai terkuras habis, namun lawannya masih tetap berdiri dengan kokoh meskipun
sudah berkali-kali terkena serangannya.
Pertarungan terus berlanjut, namun masih belum ada tanda-tanda
siapa yang akan memenangkan pertarungan tersebut. Babah Liong pun mulai bersiap
kembali dengan memasang kuda-kudanya, ke dua tangannya berada di dadanya.
Kemudian dengan kecepatan tinggi dia melancarkan pukulan tangan kanannya ke
arah ulu hati Jaka Someh. Sedangkan tangan kirinya di siapkan untuk mencakar
punggung Jaka Someh. Jaka Someh dapat menghindari pukulan tangan kanan babah
Liong dengan cara egos
ke samping kirinya. Babah Liong yang sudah memperkirakan gerakan Jaka Someh
langsung melancarkan serangan tangan kirinya yang sudah di isi dengan tenaga dalam untuk mencakar punggung
Jaka Someh. Jaka Someh tidak menyangka terhadap serangan dari tangan kiri babah liong yang begitu
cepat dan mengandung tenaga dalam yang tinggi. Namun dia sadar dengan bahaya maut dari pukulan
tersebut, dia pun
langsung menjatuhkan diri kedepan dengan menggunakan jurus lompat pamacan untuk melepaskan diri dari serangan ganas
babah liong. Jaka someh berguling di tanah beberapa kali dan langsung bangun dengan posisi sudah memasang kuda-kuda rendah sambil menghadap ke arah Babah Liong. Posisi tubuhnya sudah membalik menghadap ke arah Babah
Liong. Babah Liong tertawa kepada Jaka Someh yang ternyata masih mampu menghindari
jurus andalannya
“Ha…ha…bagus…bagus…saya senang
mendapatkan lawan tangguh seperti kamu…tak di sangka di atas langit….masih ada
langit…saya senang…sebagai pendekar…tak percuma kalau saya harus mati di tangan kamu…bukan mati sebagai seorang
pesakitan…he…he…anak
muda kamu hebat…tapi kehebatan kamu masih terhalang oleh perasaan kamu yang
masih ragu untuk membalas serangan secara sungguh--sungguh…kamu tidak boleh ragu
ketika bertarung…buang segala perasaan kasihan…kamu harus keluarkan semua
energi kamu…ayo lawan saya dengan seluruh kemampuan kamu…jangan ragu…karena
saya pun tidak akan sungkan untuk membunuhmu…hidup dan matilah sebagai pendekar…”.
Jaka Someh melongo mendengar
perkataan Babah Liong. Dia mencoba meresapi segala perkataan Babah Liong.
Jaka Someh menyadari bahwa dirinya
memang tidak suka melakukan konflik dengan orang lain. Dia akan memilih mengalah kepada orang lain. Rasa
sungkannya tersebut seringkali berlebihan sehingga merugikan pada dirinya. Dia
seringkali diremehkan dan dianggap sebagai orang yang lemah. Meskipun demikian
Jaka Someh tidak pernah mempermasalahkan sikap orang lain yang meremehkannya,
dia masih nyaman selama itu tidak membahayakan nyawanya. Jaka Someh berkata
kemudian Jaka Someh berkata
“Tuan….mohon hentikan pertarungan
ini…saya…lebih baik mengaku
kalah…”.
Babah Liong tertawa lagi mendengar
ucapan Jaka Someh
“ha…ha… kamu tidak usah
ragu…pendekar muda ayo kerahkan seluruh kemampuan kamu…saya senang apabila saya
mati di tangan pendekar tangguh
seperti kamu…saya
tidak mau mati karena penyakit yang telah saya
derita…tolong…jangan ragu untuk bertarung…saya bahagia jika bisa mati di dalam pertarungan…ingatlah pendekar muda kelemahan
kamu sebenarnya ada pada sikap kamu yang selalu ragu…maka itu kamu jangan ragu-ragu lagi…ragu-ragu itu adalah kelemahan...ingatlah dalam hal apapun kamu tidak
boleh ragu untuk bertindak….
putuskan ‘iya’ atau ‘tidak’…hanya itu saja, jangan sampai keraguan menguasai
jiwa kamu…”.
Babah Liong merasa puas dapat berduel dengan Jaka Someh yang ternyata
tidak gampang untuk di kalahkan, sudah lama dia tidak menghadapi lawan yang tangguh.
Namun dia harus segera mengakhirinya, karena tenaganya pun sudah mulai
terkuras habis. Babah liong mulai memasang kuda-kuda sejajar dengan
tangan menghadap ke depan. Mata babah liong
terpejam, dan mulai memusatkan tenaga dalamnya. Jaka Someh tahu babah
liong sedang mengerahkan tenaga dalamnya, dia pun segera menyiapkan diri untuk menghadapi
serangan babah Liong. Jaka Someh
memasang kuda-kuda rendahnya sambil mengatur pernafasannya, dia berkonsentrasi
untuk menggunakan jurus ke tujuh yang telah di ajarkan haji Ibrahim. Jurus ke
tujuh ini adalah jurus untuk mengumpulkan dan mengambil energy dari alam
semesta untuk di
simpan dalam tubuh.
Sambil menunggu serangan lawan, Jaka Someh tetap berkonsentrasi mengatur
pernafasannya. Dia melupakan keadaan sekitarnya, karena fokus kepada jurus ketujuhnya. Tak lama kemudian babah
Liong berteriak sambil mengerahkan tenaga dalamnya yang dahsyat menyerang Jaka
Someh. Mendapat serangan babah Liong, Jaka Someh segera bereaksi dengan membendung
serangan tersebuta
dengan tangan kananya. Prak...suara keras akibat benturan tangan keduanya
terdengar
begitu keras. Meskipun kelihatannya cuma dua pergelangan tangan yang saling
beradu, namun sebenarnya mereka saling menyerang dengan menggunakan tenaga dalam
yang hebat. Jaka Someh mundur satu
langkah, dan segera menguatkan
pasangan kuda-kudanya. Dia mengatur kembali
nafasnya yang terasa
sesak.
Babah Liong juga mundur satu langkah. Kemudian berhenti dalam keadaan masih berdiri tegak tanpa bergerak sedikitpun. Matanya masih memandang Jaka Someh sambil tersenyum, tiba-tiba
keluar darah segar dari mulutnya. Seketika badannya menjadi kaku. Wangli yang
melihat gurunya tetap berdiri tegak namun tidak bergerak sedikitpun, menjadi
kawatir. Dia
pun mendekati dan menyentuh
tubuh sang guru. Wangli terkejut karena tubuh gurunya terasa begitu dingin. Dengan sigap dia memeriksa nafas dan urat nadi gurunya. Wangli kemudian menangis karena sedih
“Guru telah
meninggal...huh...huhh...”.
Rupanya benturan kedua tenaga dalam
tadi telah merusak organ dalam babah
Liong. Tidak tahu apakah luka dalamnya disebabkan serangan tenaga dalam
Jaka Someh ataukah karena penyakit yang di derita oleh bbah Liong. Wangli tahu bahwa gurunya memang sudah lama mengidap suatu penyakit yang telah menggerogoti raganya. Jaka Someh melihat wangli
menangis,
dia meminta maap kepada wangli atas musibah tersebut
“saya meminta maap tuan...mestinya
semua ini tidak perlu terjadi...”
Wangli hanya terdiam, kemudian dia mengangkat jenazah gurunya dan diletakannya di atas kuda. Lalu bersiap untuk meninggalkan tempat
itu yang diikuti
oleh 3 murid lainnya yang masih hidup. Memed yang sudah tewas juga dinaikan ke
atas kuda oleh wangli dan kawan-kawanya. Sebelum pergi dia berkata kepada Jaka someh
“Atas nama
Guru, Saya minta maaf kepada anda karena telah banyak membuat kesalahpahaman, sebenarnya saya
sudah mencoba untuk mencegah kejadian ini...namun
Tuhan berkehendak lain....mungkin ini jalan Tuhan untuk mewafatkan guru
saya...sebagaimana yang beliau inginkan untuk mati dalam pertarungan...”.
Wangli dan teman-temanya kemudian pergi meninggalkan Jaka Someh yang
masih berdiri tegak.
loading...
Jaka someh mulai tersadar dengan
keadaan sekitarnya. Suara
ombak pantai selatan pun mulai terdengar bergemuruh kembali. Di lihatnya dari
jarak yang agak jauh, beberapa warga berlarian ke arahnya. Mereka adalah beberapa pedagang yang juga sedang lewat di jalur itui. Mereka meninggalkan gerobaknya dan segera menemui Jaka Someh. Ternyata merekaturut
menyaksikan
pertarungan Jaka Someh dengan Babah liong yang terkenal sakti. Mereka bersyukur karena Jaka Someh
telah mengalahkan ketua geng naga hitam itu yang selama ini menjadi momok
menakutkan bagi para pedagang yang berada di wilayah selatan. Jaka Someh berbincang-bincang sebentar dengan
rombongan para pedagang tersebut, kemudian kembali melanjutkan perjalanan
pulangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar