Setelah
istirahat yang cukup semalaman, Jaka Someh bangun sebelum fajar menyingsing. Dia bangun dengan
membawa semangat yang menyala-nyala. Tenaganya kini telah pulih, siap untuk
melakukan latihan pertamanya. Pagi itu dia berencana untuk membuat tempat
berlatih atau sasana di lereng gunung
Halimun, di sekitar ladangnya sendiri.
Berbeda
dengan hari-hari sebelumnya, pagi itu Jaka Someh pergi dengan berlari kencang
ke atas gunung. Dia ingat cerita aki Sudin, bahwa dulu Aki sudin juga awalnya
di latih oleh Ki Buyut leuweung Cadas hanya berlari di hutan. Bahkan waktu itu
Aki Sudin berlari sambil di kejar anjing liar yang ada di hutan. Gurunya memang
sengaja melatih aki sudin dengan latihan fisik yang demikian keras. Jaka Someh
juga berpendapat Sama, bahwa latihan berlari bermanfaat untuk meningatkan
stamina dan kekuatan fisik.
Belum
sampai seperempat jalan ke puncak gunung, Jaka Someh sudah tergopoh-gopoh.
Nafasnya terengah-engah, merasakan Capek dan payah akibat berlari dengan
kencang. Ingin rasanya dia beristirahat sejenak, namun hati kecilnya menolak.
Dia kembali menguatkan tekadnya, untuk tetap bertahan dalam latihan itu. Jaka
Someh menyemangati dirinya untuk tidak kalah oleh rasa capek dan payah yang
sedang dia alami. Bagaimana
mungkin dia bisa mengalahkan musuh, kalau dia masih mudah dikalahkan oleh rasa
capeknya sendiri.
Meskipun
sudah merasakan payah yang luar biasa, Jaka Someh tetap berusaha untuk berlari,
meskipun larinya semakin melambat. Sampai akhirnya dia berhasil tiba diladangnya setelah
melewati puncak gunung
halimun. Di sana dia langsung merebahkan diri karena
sudah tak mampu lagi menahan rasa capek yang dideritanya.
Keringat
bercucuran dan nafasnya pun terengah-engah. Penglihatannya juga
berkunang-kunang. Tapi dia merasa cukup puas setelah berhasil melewati latihan
pertamanya.
Setelah
beristirahat yang cukup, tenaganya pun mulai kembali pulih. Setelah itu Jaka
Someh mulai menggarap ladangnya. Hari itu dia menaman jagung.
Setelah
selesai, Jaka Someh mengambil wadah airnya. Dia meneguk air untuk menghilangkan
dahaganya yang sudah kronis. Setelah
itu, dia membuat berbagai peralatan dari kayu dan bambu sebagai sarana untuk
melatih pelajaran silatnya. Dia menancapkan beberapa potong bambu ke tanah. Di
atas potongan bambu itulah Jaka Someh berlatih ilmu keseimbangan tubuh, melatih
langkah kaki dan kuda-kuda.
Setiap
hari Jaka Someh berlatih dengan keras dan disiplin. Tanpa terasa sudah sebulan
dia berlatih dengan keras.
Jaka
Someh teringat pesan Aki Sudin untuk mengunjunginya setiap satu bulan sekali.
Untuk Berdiskusi dan berlatih silat dengan Aki Sudin.
Hari
itu, Jaka Someh pergi ke rumah
Aki Sudin di desa Cinangka, sambil membawa berbagai hasil panen dari ladangnya.
Dia berjalan dengan memanggul dua karung beras dan jagung.
Tanpa
kesulitan Jaka Someh menemukan rumah
Aki Sudin di desa Cinangka meskipun harus bertanya beberapa kali ke penduduk
yang ada di sana.
“Assalamualakum....”
Jaka
someh mengucapkan salam ketika sampai di depan rumah Aki Sudin.
Rumahnya terkesan sederhana,
namun terlihat rapih dan asri. Di sekitar halamannya terlihat beberapa jenis
tanaman dan bunga-bungaan.
“Wa alaikum salam....”
Aki
Sudin menjawab salam Jaka Someh.
“Wach... Jang
someh....Alhamdulillah
kamu datang juga ke rumah
aki...Nini....Nini...ke sini,
ada jang someh ke rumah kita...”.
Aki
Sudin menyambut
Jaka Someh dengan penuh keramahan,
kemudian dia segera memanggil istrinya yang
bernama Nini Esih. Nini Esih pun segera keluar untuk menyambut Jaka Someh.
“Aduh cucuku
yang tampan...bagaimana
kabarnya...?
ayo silahkan
masuk ke dalam rumah,
mohon maaf kalau rumah
aki dan nini kurang besar...he...he...”
Nini
Esih tersenyum ramah kepada Jaka Someh.
“Terima
kasih...Nini....Aki...saya mohon maaf
datang jauh-jauh untuk merepotkan Aki dan Nini...he...he...Punten
Nini, saya tidak membawa
apa-apa...kecuali cuma ini saja, hasil dari ladang....”
Jaka
Someh tersenyum, merasa senang dengan keramahtamahan mereka..
“wah...kamu jangan repot
seperti ini cucuku,
dengan membawa banyak cenderamata seperti ini....hi...hi..tapi nini merasa
senang, nini terima
ya...cenderamatanya...”
Nini
Esih tertawa senang di bawakan sesuatu oleh Jaka Someh.
Setelah
beramah
tamah dan
mengobrol ngalor ngidul. Akhirnya Aki Sudin mengajak Jaka Someh untuk berlatih
silat.
“Silahkan
jang Someh...coba
perlihatkan kepada Aki sudah sejauh mana latihan kamu ...?”
Aki
sudin meminta Jaka Someh untuk memperlihatkan hasil latihannya selama sebulan
di Gunung Halimun.
“Iya aki...”
Jaka
Someh segera memperlihatkan berbagai gerakan silat kepada Aki Sudin.
Aki
Sudin mengangguk-anggukan kepalanya ketika melihat berbagai gerakan silat yang
diperlihatkan Jaka Someh. Gerakannya terlihat berisi dan bertenaga. Hatinya
merasa senang melihat gerakan Jaka Someh yang nyaris sempurna di matanya.
“Bagus...bagus......baru
sebulan saja...kamu sudah mampu menguasai berbagai gerakan yang telah aki
ajarkan dengan sempurna...”
“Sekarang aki akan melatih
kekuatan fisik kamu...” Kata Aki Sudin.
“Latihan apa Aki...?”
Tanya jaka Someh terlihat kurang sabar.
“Sekarang aki akan melatih
kekuatan pergelangan tangan kamu...kamu harus berusaha tahan sekuat tenaga
kamu...aki akan memukuli pergelangan tangan kamu dengan batang kayu
tebu...ini..tahan ya ...tahan sekua-kuat kamu...Sekarang coba kamu rentangkan
kedua tangan kamu ke depan...”.
Jaka
Someh segera merentangkan kedua tangannya ke depan.
“ belajar silat itu berarti
belajar tentang bertahan untuk hidup dalam kondisi apapun...musuh tidak akan
mentolerir keadaan kita yang sedang lemah, sedang sakit atau lagi lengah...dalam
keadaan hujan atau panas...di waktu siang atau malam...sebelum kamu bisa
memukul musuhmu maka kamu harus bisa merasakan sakitnya di pukul dan di
tendang...kamu harus kuat...kalau kamu sudah tahu rasanya dipukul itu tidak
enak, maka kamu tidak boleh semena-mena kepada orang lain, karena kamu tidak
akan suka apabila di pukul orang lain...”
Aki
Sudin berteriak keras kepada Jaka Someh
“Tahan.....kuatkan tangan
kamu....tahan nafas....ayo...keraskan kedua tanganmu...”
Teriak
aki sudin.
Jaka
Someh segera mengeraskan kedua tangannya.
Prak...prak...kedua
tangan Jaka Someh segera di pukuli dengan batang tebu oleh Aki Sudin.
Pukulannya sangat keras. Meskipun Sakit luar biasa namun Jaka Someh berusaha
menahan rasa sakitnya. Hatinya bertekad untuk mengalahkan batang tebu itu.
Setelah
ada 20 pukulan, terlihat batang tebu tersebut mulai hancur. Demikian juga
dengan pergelangan tangan Jaka someh yang terlihat memerah dan bengkak. Dia
merasakan sakit yang luar biasa.
Setelah
istirahat beberapa saat, Aki Sudin berusaha mengobati pergelangan tangan Jaka
Someh yang nampak masih bengkak dengan
baluran ramuan tradisional berupa campuran minyak kelapa, kencur dan
jahe.
Keesokan
harinya Jaka Someh kembali melanjutkan latihannya bersama Aki Sudin. Berlatih
kuda-kuda dan ilmu kuncian. Yang
diakhiri dengan latihan menguatkan pergelangan tangan dengan menggunakan batang
tebu yang keras. Setelah batang tebunya hancur dan tangan Jaka Someh menjadi
bengkak, Aki Sudin segera kembali
mengobati
tangan Jaka Someh dengan ramuan andalannya.
Demikianlah
Jaka Someh berlatih selama tiga hari tiga malam di rumah aki Sudin, setelah itu dia
berpamitan pulang ke gubuknya di lereng gunung Halimun, dan melanjutkan
berlatih sendirian di sana.
Bulan
berikutnya dia kembali berkunjung ke rumah Aki Sudin untuk menerima
berbagai pelajaran baru.
Banyak
latihan yang diberikan oleh Aki Sudin selain latihan ketahanan fisik. Latihan
strategi menghadapi musuh, juga latihan meningkatkan konsentrasi dan semangat
untuk bertahan hidup. Tidak jarang sekujur tubuh Jaka Someh di pukul dan di
tendang oleh Aki Sudin, dan jaka Someh di suruh untuk menahannya.
Pernah
Jaka Someh di suruh berendam di dalam air sungai yang cukup dalam. Setelah dia
merasa tak mampu lagi menahan nafasnya, Jaka Someh segera muncul ke permukaan
sungai. Baru sesaat dia mengambil nafas, Prak...kepalanya segera di pukul oleh
batang kayu dengan
cukup keras. Awalnya dia kaget dan merasakan sakit luar biasa. Kepalanya benjol cukup
besar. Dia pun segera menyelam kembali dan berjalan menuju pinggir sungai.
Belum selesai dia melepaskan rasa lelah dan sakit, aki sudin segera melancarkan
serangan kepadanya.
Meskipun
Jaka someh merasa kewalahan, dia tetap berusaha menghindari serangan tersebut,
berguling dan segera membalas serangan Aki sudin, sampai Aki sudin yang
selanjutnya merasakan payah karena mendapatkan serangan balasan dari muridnya.
Begitulah beberapa latihan yang mereka lakukan.
Setelah
beberapa kali berlatih bersama Aki Sudin, Jaka Someh sudah mampu mengatasi
berbagai serangan yang Aki sudin lancarkan secara kilat dan mendadak. Bahkan dia mampu mengelak dari berbagai
serangan kilat yang dilancarkan Aki Sudin meskipun nafasnya masih dalam keadaan
tersengal-sengal karena kekurangan oksigen akibat berendam lama di dalam
sungai.
Begitulah
Jaka Someh dilatih dengan sangat keras oleh Aki Sudin untuk menghadapi berbagai
macam bahaya yang mengancam bahkan dalam kondisi yang di buat sekritis mungkin.
“Sabar...dan terus berjuang
untuk hidupmu ....kamu harus selalu siap untuk menghadapi musuh dalam kondisi
apapun juga...tidak peduli hujan...tidak peduli panas...tidak peduli dalam
keadaan sakit...sedang lemah...karena
bahaya ancaman musuh yang sebenarnya tidak mengenal itu semua....kamu harus
selalu SIAP...”
Kata
Aki Sudin kepada Jaka Someh.
Hari
demi hari sudah di lewati. Ketika sedang berada di gunung Halimun, Jaka Someh
berlatih sendirian dengan penuh kedisiplinan. Untuk menguatkan pukulan tinju,
Jaka someh berlatih menggunakan sasak pasir, batang tebu dan pohon kayu sebagai
bahan pelampiasan tinjunya. Sedangkan untuk melatih ketangkasan, dia berlatih
dengan berlompatan di atas dahan-dahan pepohonan meniru gaya monyet yang pandai
berlompatan di pepohonan.
Jaka
Someh juga berlatih keras tentang cara menggunakan golok dengan cepat dan
efektif. Setiap hari dia berlatih dengan memotong bambu dan kayu sampai menjadi
potongan-potongan kecil dengan goloknya hanya dengan satu tebasan.
Setiap
hari dia melatih ilmu tebasan golok bahkan hasil tebasannya menjadi semakin
halus. Selain berlatih menebas batang bambu dan kayu, Jaka someh juga melatih
menebas daun-daun yang sedang berjatuhan dari pohon.
Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun dia berlatih silat di bawah bimbingan Aki Sudin. Tubuhnya sekarang menjadi semakin kuat dan berotot. Gerakannya menjadi gesit dan cepat. Bahkan kini sudah mahir berlompatan dari satu dahan pohon ke dahan lainnya. Seakan-akan tubuhnya ringan seperti seekor monyet atau tupai yang ahli melompat.
Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Novel|Novel Adalah|Novel Kkn Desa Penari|Noveltoon|Novel Romantis|Novel Laskar Pelangi|Novel Ringan|Novel Tere Liye|Novel Terbaru|Kisah Kkn Di Desa Penari|Kisah Nyata Kkn Desa Penari|Buku Fiksi|Buku Non Fiksi|Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Film Kkn|Filmapik|Film|Film Horor Indonesia|Film Bioskop Terbaru 2022|Film Terbaru 2022|Film Terbaru 2021|Film Indonesia|Film Doctor Strange|Film Bioskop Terbaru 2021}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar