Kamis, 19 Mei 2022

Cerita Silat Novel Ksatria Ilalang Bab 5 Sukses. Disiplin dan sabar

Setelah istirahat yang cukup semalaman, Jaka Someh bangun sebelum fajar menyingsing. Dia bangun dengan membawa semangat yang menyala-nyala. Tenaganya kini telah pulih, siap untuk melakukan latihan pertamanya. Pagi itu dia berencana untuk membuat tempat berlatih atau sasana  di lereng gunung Halimun, di sekitar ladangnya sendiri.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, pagi itu Jaka Someh pergi dengan berlari kencang ke atas gunung. Dia ingat cerita aki Sudin, bahwa dulu Aki sudin juga awalnya di latih oleh Ki Buyut leuweung Cadas hanya berlari di hutan. Bahkan waktu itu Aki Sudin berlari sambil di kejar anjing liar yang ada di hutan. Gurunya memang sengaja melatih aki sudin dengan latihan fisik yang demikian keras. Jaka Someh juga berpendapat Sama, bahwa latihan berlari bermanfaat untuk meningatkan stamina dan kekuatan fisik.

Belum sampai seperempat jalan ke puncak gunung, Jaka Someh sudah tergopoh-gopoh. Nafasnya terengah-engah, merasakan Capek dan payah akibat berlari dengan kencang. Ingin rasanya dia beristirahat sejenak, namun hati kecilnya menolak. Dia kembali menguatkan tekadnya, untuk tetap bertahan dalam latihan itu. Jaka Someh menyemangati dirinya untuk tidak kalah oleh rasa capek dan payah yang sedang dia alami. Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan musuh, kalau dia masih mudah dikalahkan oleh rasa capeknya sendiri.

Meskipun sudah merasakan payah yang luar biasa, Jaka Someh tetap berusaha untuk berlari, meskipun larinya semakin melambat. Sampai akhirnya dia berhasil tiba diladangnya setelah melewati puncak gunung halimun. Di sana dia langsung merebahkan diri karena sudah tak mampu lagi menahan rasa capek yang dideritanya.

Keringat bercucuran dan nafasnya pun terengah-engah. Penglihatannya juga berkunang-kunang. Tapi dia merasa cukup puas setelah berhasil melewati latihan pertamanya.

Setelah beristirahat yang cukup, tenaganya pun mulai kembali pulih. Setelah itu Jaka Someh mulai menggarap ladangnya. Hari itu dia menaman jagung.

Setelah selesai, Jaka Someh mengambil wadah airnya. Dia meneguk air untuk menghilangkan dahaganya yang sudah kronis.  Setelah itu, dia membuat berbagai peralatan dari kayu dan bambu sebagai sarana untuk melatih pelajaran silatnya. Dia menancapkan beberapa potong bambu ke tanah. Di atas potongan bambu itulah Jaka Someh berlatih ilmu keseimbangan tubuh, melatih langkah kaki dan kuda-kuda.

Setiap hari Jaka Someh berlatih dengan keras dan disiplin. Tanpa terasa sudah sebulan dia berlatih dengan keras.

Jaka Someh teringat pesan Aki Sudin untuk mengunjunginya setiap satu bulan sekali. Untuk Berdiskusi dan berlatih silat dengan Aki Sudin.

Hari itu, Jaka Someh pergi ke rumah Aki Sudin di desa Cinangka, sambil membawa berbagai hasil panen dari ladangnya. Dia berjalan dengan memanggul dua karung beras dan jagung.

Tanpa kesulitan Jaka Someh menemukan rumah Aki Sudin di desa Cinangka meskipun harus bertanya beberapa kali ke penduduk yang ada di sana.

“Assalamualakum....”

Jaka someh mengucapkan salam ketika sampai di depan rumah Aki Sudin.

Rumahnya terkesan sederhana, namun terlihat rapih dan asri. Di sekitar halamannya terlihat beberapa jenis tanaman dan bunga-bungaan.

“Wa alaikum salam....”

Aki Sudin menjawab salam Jaka Someh.

“Wach... Jang someh....Alhamdulillah kamu datang juga ke rumah aki...Nini....Nini...ke sini, ada  jang someh ke rumah kita...”.

Aki Sudin menyambut Jaka Someh dengan penuh keramahan, kemudian dia segera memanggil istrinya yang  bernama Nini Esih. Nini Esih pun segera keluar untuk menyambut Jaka Someh.

“Aduh cucuku yang tampan...bagaimana kabarnya...? ayo silahkan masuk ke dalam rumah, mohon maaf kalau rumah aki dan nini kurang besar...he...he...”

Nini Esih  tersenyum ramah kepada Jaka Someh.

“Terima kasih...Nini....Aki...saya mohon maaf  datang jauh-jauh untuk merepotkan Aki dan Nini...he...he...Punten Nini,  saya tidak membawa apa-apa...kecuali cuma ini saja, hasil dari ladang....”

Jaka Someh tersenyum, merasa senang dengan keramahtamahan mereka..

wah...kamu jangan repot seperti ini cucuku, dengan membawa banyak cenderamata seperti ini....hi...hi..tapi nini merasa senang, nini terima ya...cenderamatanya...”

Nini Esih tertawa senang di bawakan sesuatu oleh Jaka Someh.

Setelah beramah tamah dan mengobrol ngalor ngidul. Akhirnya Aki Sudin mengajak Jaka Someh untuk berlatih silat.

“Silahkan jang Someh...coba perlihatkan kepada Aki sudah sejauh mana latihan kamu ...?”

Aki sudin meminta Jaka Someh untuk memperlihatkan hasil latihannya selama sebulan di Gunung Halimun.

“Iya aki...”

Jaka Someh segera memperlihatkan berbagai gerakan silat kepada Aki Sudin.

Aki Sudin mengangguk-anggukan kepalanya ketika melihat berbagai gerakan silat yang diperlihatkan Jaka Someh. Gerakannya terlihat berisi dan bertenaga. Hatinya merasa senang melihat gerakan Jaka Someh yang nyaris sempurna di matanya.

“Bagus...bagus......baru sebulan saja...kamu sudah mampu menguasai berbagai gerakan yang telah aki ajarkan dengan sempurna...”

“Sekarang aki akan melatih kekuatan fisik kamu...” Kata Aki Sudin.

“Latihan apa Aki...?” Tanya jaka Someh terlihat kurang sabar.

“Sekarang aki akan melatih kekuatan pergelangan tangan kamu...kamu harus berusaha tahan sekuat tenaga kamu...aki akan memukuli pergelangan tangan kamu dengan batang kayu tebu...ini..tahan ya ...tahan sekua-kuat kamu...Sekarang coba kamu rentangkan kedua tangan kamu ke depan...”.

Jaka Someh segera merentangkan kedua tangannya ke depan.

“ belajar silat itu berarti belajar tentang bertahan untuk hidup dalam kondisi apapun...musuh tidak akan mentolerir keadaan kita yang sedang lemah, sedang sakit atau lagi lengah...dalam keadaan hujan atau panas...di waktu siang atau malam...sebelum kamu bisa memukul musuhmu maka kamu harus bisa merasakan sakitnya di pukul dan di tendang...kamu harus kuat...kalau kamu sudah tahu rasanya dipukul itu tidak enak, maka kamu tidak boleh semena-mena kepada orang lain, karena kamu tidak akan suka apabila di pukul orang lain...”

Aki Sudin berteriak keras kepada Jaka Someh

“Tahan.....kuatkan tangan kamu....tahan nafas....ayo...keraskan kedua tanganmu...”

Teriak aki sudin.

Jaka Someh segera mengeraskan kedua tangannya.

Prak...prak...kedua tangan Jaka Someh segera di pukuli dengan batang tebu oleh Aki Sudin. Pukulannya sangat keras. Meskipun Sakit luar biasa namun Jaka Someh berusaha menahan rasa sakitnya. Hatinya bertekad untuk mengalahkan batang tebu itu.

Setelah ada 20 pukulan, terlihat batang tebu tersebut mulai hancur. Demikian juga dengan pergelangan tangan Jaka someh yang terlihat memerah dan bengkak. Dia merasakan sakit yang luar biasa.

Setelah istirahat beberapa saat, Aki Sudin berusaha mengobati pergelangan tangan Jaka Someh yang nampak masih bengkak dengan  baluran ramuan tradisional berupa campuran minyak kelapa, kencur dan jahe.

Keesokan harinya Jaka Someh kembali melanjutkan latihannya bersama Aki Sudin. Berlatih kuda-kuda dan  ilmu kuncian. Yang diakhiri dengan latihan menguatkan pergelangan tangan dengan menggunakan batang tebu yang keras. Setelah batang tebunya hancur dan tangan Jaka Someh menjadi bengkak, Aki Sudin segera kembali mengobati tangan Jaka Someh dengan ramuan andalannya.

Demikianlah Jaka Someh berlatih selama tiga hari tiga malam di rumah aki Sudin, setelah itu dia berpamitan pulang ke gubuknya di lereng gunung Halimun, dan melanjutkan berlatih sendirian di sana.

Bulan berikutnya dia kembali berkunjung ke rumah Aki Sudin untuk menerima berbagai pelajaran baru.

Banyak latihan yang diberikan oleh Aki Sudin selain latihan ketahanan fisik. Latihan strategi menghadapi musuh, juga latihan meningkatkan konsentrasi dan semangat untuk bertahan hidup. Tidak jarang sekujur tubuh Jaka Someh di pukul dan di tendang oleh Aki Sudin, dan jaka Someh di suruh untuk menahannya.

Pernah Jaka Someh di suruh berendam di dalam air sungai yang cukup dalam. Setelah dia merasa tak mampu lagi menahan nafasnya, Jaka Someh segera muncul ke permukaan sungai. Baru sesaat dia mengambil nafas, Prak...kepalanya segera di pukul oleh batang kayu dengan cukup keras. Awalnya dia kaget dan merasakan sakit luar biasa. Kepalanya benjol cukup besar. Dia pun segera menyelam kembali dan berjalan menuju pinggir sungai. Belum selesai dia melepaskan rasa lelah dan sakit, aki sudin segera melancarkan serangan kepadanya.

Meskipun Jaka someh merasa kewalahan, dia tetap berusaha menghindari serangan tersebut, berguling dan segera membalas serangan Aki sudin, sampai Aki sudin yang selanjutnya merasakan payah karena mendapatkan serangan balasan dari muridnya. Begitulah beberapa latihan yang mereka lakukan.

Setelah beberapa kali berlatih bersama Aki Sudin, Jaka Someh sudah mampu mengatasi berbagai serangan yang Aki sudin lancarkan secara kilat dan mendadak.  Bahkan dia mampu mengelak dari berbagai serangan kilat yang dilancarkan Aki Sudin meskipun nafasnya masih dalam keadaan tersengal-sengal karena kekurangan oksigen akibat berendam lama di dalam sungai.

Begitulah Jaka Someh dilatih dengan sangat keras oleh Aki Sudin untuk menghadapi berbagai macam bahaya yang mengancam bahkan dalam kondisi yang di buat sekritis mungkin.

“Sabar...dan terus berjuang untuk hidupmu ....kamu harus selalu siap untuk menghadapi musuh dalam kondisi apapun juga...tidak peduli hujan...tidak peduli panas...tidak peduli dalam keadaan sakit...sedang lemah...karena bahaya ancaman musuh yang sebenarnya tidak mengenal itu semua....kamu harus selalu SIAP...”

Kata Aki Sudin kepada Jaka Someh.

Hari demi hari sudah di lewati. Ketika sedang berada di gunung Halimun, Jaka Someh berlatih sendirian dengan penuh kedisiplinan. Untuk menguatkan pukulan tinju, Jaka someh berlatih menggunakan sasak pasir, batang tebu dan pohon kayu sebagai bahan pelampiasan tinjunya. Sedangkan untuk melatih ketangkasan, dia berlatih dengan berlompatan di atas dahan-dahan pepohonan meniru gaya monyet yang pandai berlompatan di pepohonan.

Jaka Someh juga berlatih keras tentang cara menggunakan golok dengan cepat dan efektif. Setiap hari dia berlatih dengan memotong bambu dan kayu sampai menjadi potongan-potongan kecil dengan goloknya hanya dengan satu tebasan.

Setiap hari dia melatih ilmu tebasan golok bahkan hasil tebasannya menjadi semakin halus. Selain berlatih menebas batang bambu dan kayu, Jaka someh juga melatih menebas daun-daun yang sedang berjatuhan dari pohon.

Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun dia berlatih silat di bawah bimbingan Aki Sudin. Tubuhnya sekarang menjadi semakin kuat dan berotot. Gerakannya menjadi gesit dan cepat.  Bahkan kini sudah mahir berlompatan dari satu dahan pohon ke dahan lainnya. Seakan-akan tubuhnya ringan seperti seekor monyet atau tupai yang ahli melompat. 

Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Novel|Novel Adalah|Novel Kkn Desa Penari|Noveltoon|Novel Romantis|Novel Laskar Pelangi|Novel Ringan|Novel Tere Liye|Novel Terbaru|Kisah Kkn Di Desa Penari|Kisah Nyata Kkn Desa Penari|Buku Fiksi|Buku Non Fiksi|Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Film Kkn|Filmapik|Film|Film Horor Indonesia|Film Bioskop Terbaru 2022|Film Terbaru 2022|Film Terbaru 2021|Film Indonesia|Film Doctor Strange|Film Bioskop Terbaru 2021}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...