Tampilkan postingan dengan label silat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label silat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Mei 2022

Cerita Silat Novel Ksatria Ilalang Bab 5 Sukses. Disiplin dan sabar

Setelah istirahat yang cukup semalaman, Jaka Someh bangun sebelum fajar menyingsing. Dia bangun dengan membawa semangat yang menyala-nyala. Tenaganya kini telah pulih, siap untuk melakukan latihan pertamanya. Pagi itu dia berencana untuk membuat tempat berlatih atau sasana  di lereng gunung Halimun, di sekitar ladangnya sendiri.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, pagi itu Jaka Someh pergi dengan berlari kencang ke atas gunung. Dia ingat cerita aki Sudin, bahwa dulu Aki sudin juga awalnya di latih oleh Ki Buyut leuweung Cadas hanya berlari di hutan. Bahkan waktu itu Aki Sudin berlari sambil di kejar anjing liar yang ada di hutan. Gurunya memang sengaja melatih aki sudin dengan latihan fisik yang demikian keras. Jaka Someh juga berpendapat Sama, bahwa latihan berlari bermanfaat untuk meningatkan stamina dan kekuatan fisik.

Belum sampai seperempat jalan ke puncak gunung, Jaka Someh sudah tergopoh-gopoh. Nafasnya terengah-engah, merasakan Capek dan payah akibat berlari dengan kencang. Ingin rasanya dia beristirahat sejenak, namun hati kecilnya menolak. Dia kembali menguatkan tekadnya, untuk tetap bertahan dalam latihan itu. Jaka Someh menyemangati dirinya untuk tidak kalah oleh rasa capek dan payah yang sedang dia alami. Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan musuh, kalau dia masih mudah dikalahkan oleh rasa capeknya sendiri.

Meskipun sudah merasakan payah yang luar biasa, Jaka Someh tetap berusaha untuk berlari, meskipun larinya semakin melambat. Sampai akhirnya dia berhasil tiba diladangnya setelah melewati puncak gunung halimun. Di sana dia langsung merebahkan diri karena sudah tak mampu lagi menahan rasa capek yang dideritanya.

Keringat bercucuran dan nafasnya pun terengah-engah. Penglihatannya juga berkunang-kunang. Tapi dia merasa cukup puas setelah berhasil melewati latihan pertamanya.

Setelah beristirahat yang cukup, tenaganya pun mulai kembali pulih. Setelah itu Jaka Someh mulai menggarap ladangnya. Hari itu dia menaman jagung.

Setelah selesai, Jaka Someh mengambil wadah airnya. Dia meneguk air untuk menghilangkan dahaganya yang sudah kronis.  Setelah itu, dia membuat berbagai peralatan dari kayu dan bambu sebagai sarana untuk melatih pelajaran silatnya. Dia menancapkan beberapa potong bambu ke tanah. Di atas potongan bambu itulah Jaka Someh berlatih ilmu keseimbangan tubuh, melatih langkah kaki dan kuda-kuda.

Setiap hari Jaka Someh berlatih dengan keras dan disiplin. Tanpa terasa sudah sebulan dia berlatih dengan keras.

Jaka Someh teringat pesan Aki Sudin untuk mengunjunginya setiap satu bulan sekali. Untuk Berdiskusi dan berlatih silat dengan Aki Sudin.

Hari itu, Jaka Someh pergi ke rumah Aki Sudin di desa Cinangka, sambil membawa berbagai hasil panen dari ladangnya. Dia berjalan dengan memanggul dua karung beras dan jagung.

Tanpa kesulitan Jaka Someh menemukan rumah Aki Sudin di desa Cinangka meskipun harus bertanya beberapa kali ke penduduk yang ada di sana.

“Assalamualakum....”

Jaka someh mengucapkan salam ketika sampai di depan rumah Aki Sudin.

Rumahnya terkesan sederhana, namun terlihat rapih dan asri. Di sekitar halamannya terlihat beberapa jenis tanaman dan bunga-bungaan.

“Wa alaikum salam....”

Aki Sudin menjawab salam Jaka Someh.

“Wach... Jang someh....Alhamdulillah kamu datang juga ke rumah aki...Nini....Nini...ke sini, ada  jang someh ke rumah kita...”.

Aki Sudin menyambut Jaka Someh dengan penuh keramahan, kemudian dia segera memanggil istrinya yang  bernama Nini Esih. Nini Esih pun segera keluar untuk menyambut Jaka Someh.

“Aduh cucuku yang tampan...bagaimana kabarnya...? ayo silahkan masuk ke dalam rumah, mohon maaf kalau rumah aki dan nini kurang besar...he...he...”

Nini Esih  tersenyum ramah kepada Jaka Someh.

“Terima kasih...Nini....Aki...saya mohon maaf  datang jauh-jauh untuk merepotkan Aki dan Nini...he...he...Punten Nini,  saya tidak membawa apa-apa...kecuali cuma ini saja, hasil dari ladang....”

Jaka Someh tersenyum, merasa senang dengan keramahtamahan mereka..

wah...kamu jangan repot seperti ini cucuku, dengan membawa banyak cenderamata seperti ini....hi...hi..tapi nini merasa senang, nini terima ya...cenderamatanya...”

Nini Esih tertawa senang di bawakan sesuatu oleh Jaka Someh.

Setelah beramah tamah dan mengobrol ngalor ngidul. Akhirnya Aki Sudin mengajak Jaka Someh untuk berlatih silat.

“Silahkan jang Someh...coba perlihatkan kepada Aki sudah sejauh mana latihan kamu ...?”

Aki sudin meminta Jaka Someh untuk memperlihatkan hasil latihannya selama sebulan di Gunung Halimun.

“Iya aki...”

Jaka Someh segera memperlihatkan berbagai gerakan silat kepada Aki Sudin.

Aki Sudin mengangguk-anggukan kepalanya ketika melihat berbagai gerakan silat yang diperlihatkan Jaka Someh. Gerakannya terlihat berisi dan bertenaga. Hatinya merasa senang melihat gerakan Jaka Someh yang nyaris sempurna di matanya.

“Bagus...bagus......baru sebulan saja...kamu sudah mampu menguasai berbagai gerakan yang telah aki ajarkan dengan sempurna...”

“Sekarang aki akan melatih kekuatan fisik kamu...” Kata Aki Sudin.

“Latihan apa Aki...?” Tanya jaka Someh terlihat kurang sabar.

“Sekarang aki akan melatih kekuatan pergelangan tangan kamu...kamu harus berusaha tahan sekuat tenaga kamu...aki akan memukuli pergelangan tangan kamu dengan batang kayu tebu...ini..tahan ya ...tahan sekua-kuat kamu...Sekarang coba kamu rentangkan kedua tangan kamu ke depan...”.

Jaka Someh segera merentangkan kedua tangannya ke depan.

“ belajar silat itu berarti belajar tentang bertahan untuk hidup dalam kondisi apapun...musuh tidak akan mentolerir keadaan kita yang sedang lemah, sedang sakit atau lagi lengah...dalam keadaan hujan atau panas...di waktu siang atau malam...sebelum kamu bisa memukul musuhmu maka kamu harus bisa merasakan sakitnya di pukul dan di tendang...kamu harus kuat...kalau kamu sudah tahu rasanya dipukul itu tidak enak, maka kamu tidak boleh semena-mena kepada orang lain, karena kamu tidak akan suka apabila di pukul orang lain...”

Aki Sudin berteriak keras kepada Jaka Someh

“Tahan.....kuatkan tangan kamu....tahan nafas....ayo...keraskan kedua tanganmu...”

Teriak aki sudin.

Jaka Someh segera mengeraskan kedua tangannya.

Prak...prak...kedua tangan Jaka Someh segera di pukuli dengan batang tebu oleh Aki Sudin. Pukulannya sangat keras. Meskipun Sakit luar biasa namun Jaka Someh berusaha menahan rasa sakitnya. Hatinya bertekad untuk mengalahkan batang tebu itu.

Setelah ada 20 pukulan, terlihat batang tebu tersebut mulai hancur. Demikian juga dengan pergelangan tangan Jaka someh yang terlihat memerah dan bengkak. Dia merasakan sakit yang luar biasa.

Setelah istirahat beberapa saat, Aki Sudin berusaha mengobati pergelangan tangan Jaka Someh yang nampak masih bengkak dengan  baluran ramuan tradisional berupa campuran minyak kelapa, kencur dan jahe.

Keesokan harinya Jaka Someh kembali melanjutkan latihannya bersama Aki Sudin. Berlatih kuda-kuda dan  ilmu kuncian. Yang diakhiri dengan latihan menguatkan pergelangan tangan dengan menggunakan batang tebu yang keras. Setelah batang tebunya hancur dan tangan Jaka Someh menjadi bengkak, Aki Sudin segera kembali mengobati tangan Jaka Someh dengan ramuan andalannya.

Demikianlah Jaka Someh berlatih selama tiga hari tiga malam di rumah aki Sudin, setelah itu dia berpamitan pulang ke gubuknya di lereng gunung Halimun, dan melanjutkan berlatih sendirian di sana.

Bulan berikutnya dia kembali berkunjung ke rumah Aki Sudin untuk menerima berbagai pelajaran baru.

Banyak latihan yang diberikan oleh Aki Sudin selain latihan ketahanan fisik. Latihan strategi menghadapi musuh, juga latihan meningkatkan konsentrasi dan semangat untuk bertahan hidup. Tidak jarang sekujur tubuh Jaka Someh di pukul dan di tendang oleh Aki Sudin, dan jaka Someh di suruh untuk menahannya.

Pernah Jaka Someh di suruh berendam di dalam air sungai yang cukup dalam. Setelah dia merasa tak mampu lagi menahan nafasnya, Jaka Someh segera muncul ke permukaan sungai. Baru sesaat dia mengambil nafas, Prak...kepalanya segera di pukul oleh batang kayu dengan cukup keras. Awalnya dia kaget dan merasakan sakit luar biasa. Kepalanya benjol cukup besar. Dia pun segera menyelam kembali dan berjalan menuju pinggir sungai. Belum selesai dia melepaskan rasa lelah dan sakit, aki sudin segera melancarkan serangan kepadanya.

Meskipun Jaka someh merasa kewalahan, dia tetap berusaha menghindari serangan tersebut, berguling dan segera membalas serangan Aki sudin, sampai Aki sudin yang selanjutnya merasakan payah karena mendapatkan serangan balasan dari muridnya. Begitulah beberapa latihan yang mereka lakukan.

Setelah beberapa kali berlatih bersama Aki Sudin, Jaka Someh sudah mampu mengatasi berbagai serangan yang Aki sudin lancarkan secara kilat dan mendadak.  Bahkan dia mampu mengelak dari berbagai serangan kilat yang dilancarkan Aki Sudin meskipun nafasnya masih dalam keadaan tersengal-sengal karena kekurangan oksigen akibat berendam lama di dalam sungai.

Begitulah Jaka Someh dilatih dengan sangat keras oleh Aki Sudin untuk menghadapi berbagai macam bahaya yang mengancam bahkan dalam kondisi yang di buat sekritis mungkin.

“Sabar...dan terus berjuang untuk hidupmu ....kamu harus selalu siap untuk menghadapi musuh dalam kondisi apapun juga...tidak peduli hujan...tidak peduli panas...tidak peduli dalam keadaan sakit...sedang lemah...karena bahaya ancaman musuh yang sebenarnya tidak mengenal itu semua....kamu harus selalu SIAP...”

Kata Aki Sudin kepada Jaka Someh.

Hari demi hari sudah di lewati. Ketika sedang berada di gunung Halimun, Jaka Someh berlatih sendirian dengan penuh kedisiplinan. Untuk menguatkan pukulan tinju, Jaka someh berlatih menggunakan sasak pasir, batang tebu dan pohon kayu sebagai bahan pelampiasan tinjunya. Sedangkan untuk melatih ketangkasan, dia berlatih dengan berlompatan di atas dahan-dahan pepohonan meniru gaya monyet yang pandai berlompatan di pepohonan.

Jaka Someh juga berlatih keras tentang cara menggunakan golok dengan cepat dan efektif. Setiap hari dia berlatih dengan memotong bambu dan kayu sampai menjadi potongan-potongan kecil dengan goloknya hanya dengan satu tebasan.

Setiap hari dia melatih ilmu tebasan golok bahkan hasil tebasannya menjadi semakin halus. Selain berlatih menebas batang bambu dan kayu, Jaka someh juga melatih menebas daun-daun yang sedang berjatuhan dari pohon.

Tanpa terasa sudah hampir 2 tahun dia berlatih silat di bawah bimbingan Aki Sudin. Tubuhnya sekarang menjadi semakin kuat dan berotot. Gerakannya menjadi gesit dan cepat.  Bahkan kini sudah mahir berlompatan dari satu dahan pohon ke dahan lainnya. Seakan-akan tubuhnya ringan seperti seekor monyet atau tupai yang ahli melompat. 

Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Novel|Novel Adalah|Novel Kkn Desa Penari|Noveltoon|Novel Romantis|Novel Laskar Pelangi|Novel Ringan|Novel Tere Liye|Novel Terbaru|Kisah Kkn Di Desa Penari|Kisah Nyata Kkn Desa Penari|Buku Fiksi|Buku Non Fiksi|Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Film Kkn|Filmapik|Film|Film Horor Indonesia|Film Bioskop Terbaru 2022|Film Terbaru 2022|Film Terbaru 2021|Film Indonesia|Film Doctor Strange|Film Bioskop Terbaru 2021}

Rabu, 22 April 2020

Cerita Novel Silat "sang Pendekar" Bab 54. Pendekar Alam Gaib


Kabar tewasnya Ki Tapa akhirnya sampai juga di telinga Ki Jabrik. Beberapa anak buah ki tapa yang melarikan diri dari Jaka Someh, ternyata kembali ke padepokan Ki Jabrik yang berada di lereng gunung Padang. Salah satu orang itu bernama Jarpati.
Sesampainya di padepokan Jarpati langsung berlutut dihadapan Ki Jabrik yang sedang duduk di kursinya. Beberapa anak buahnya juga ikut kumpul bersamanya.
 “Ampun aki, saya Jarpati, mau melaporkan bahwa Ki Tapa sekarang sudah meninggal, dia dibunuh oleh seorang pendekar muda”. 
Ki Jabrik yang waktu itu sedang ditemani oleh Ki Anyar Malih dan Dewi Naga, terkejut mendengar laporan Jarpati
“Hah, siapa pendekar yang bisa mengalahkan Ki Tapa? Apakah salah seorang pendekar dari kawan-kawannya Ki Buyut Putih?”.
Jarpati menggelengkan kepalanya
“Saya tidak tahu aki, tapi sepertinya dia bukan dari perkumpulan padepokan Ki Buyut Putih, pendekar itu datang bersama dua anak yang masih remaja dengan mengendarai gerobak sapi...hmmm...tapi saya yakin bahwa dua anak kecil yang dia bawa itu adalah anak-anak dari Raden Purbasora yang di bunuh oleh Ki Tapa dan Dewi Naga”.
Jarpati kemudian melirik ke arah Ki Anyar Malih dan dewi Naga.  Ki Anyar Malih tertawa mendengar laporan jarpati
“Ha...ha...ternyata ada juga pendekar yang mampu membunuh ki Tapa selain saya dan ki Jabrik...Sungguh kurang ajar, berani sekali orang itu membunuh Ki Tapa, dia tidak tahu dengan siapa akan berhadapan?”.
Suara tawa Ki Anyar Malih yang sumbang entah mengapa bisa menciutkan hati Jarpati. Meskipun baru mendengarkan suaranya, namun auranya mampu membuat Jarpati menjadi menciut.
Ki Anyar Malih memang seorang pendekar yang tidak suka banyak berbicara, namun sekali dia berbicara, maka tidak ada orang yang akan berani untuk menyela apalagi membantahnya.
Ki Jabrik sendiri merasa enggan untuk berlama-lama bersama Ki Anyar Malih. Untunglah Ki Anyar hanya datang sewaktu-waktu saja untuk mengunjungi Ki Jabrik.
Berbeda dengan kebanyakan anak buahnya yang lain, bergabung dengannya karena berhasil ditaklukan, Ki Anyar justru mendatangi Ki Jabrik dan langsung menyatakan untuk bergabung dengannya. Dia mengatakan ingin membantu Ki Jabrik untuk menaklukan dunia persilatan di tatar pasundan.
Ki Jabrik dan Ki Anyar Malih pertama kali bertemu sekitar 3 atau 4 tahunan yang lalu. Waktu itu hari sudah malam. Malam yang sunyi tanpa bulan dan bintang. Terdengar suara auman srigala yang saling bersautan. Angin tiba-tiba berhembus kencang dan menerpa dedaunan. Hujan gerimis pun turun dengan rintik-rintik. Tiba-tiba ada asap turun dari langit dan menyelimuti padepokan KI Jabrik.
Setelah itu munculah seorang lelaki yang nampak masih muda dengan di dampingi seorang gadis yang cantik. Lelaki itu menggunakan pakaian pendekar yang serba putih. Wajah lelaki itu terlihat begitu tampan, kulitnya putih bersih dengan rambut panjang nan hitam. Matanya yang tajam dengan senyum sungging menambah aura ketampanannya.  Tubuhnya yang langsing membuat Ki Jabrik menyangka dia seorang perempuan. Kalau saja dia tidak memperkenalkan diri, Ki Jabrik pasti akan menyangka orang itu perempuan.
“Ha...ha...Kamu yang bernama Ki jabrik, Ya...?”
“Nyai Siapa....?” Kata Ki Jabrik
“Ha...ha...Saya bukan perempuan Ki Jabrik...Saya seorang seorang lelaki seperti kamu...nama saya Ki Anyar Malih...Saya datang ke sini untuk bergabung dengan kamu, Ki Jabrik...” Kata Ki Anyar Malih .
Ki Jabrik terhenyak
“Oh, Maaf aki...” Ki Jabrik meminta maaf.
Ki Anyar Malih tersenyum mendengar permintaan maaf Ki Jabrik.
“Tak di sangka, seorang Ki Jabrik yang terkenal karena kehebatan dan kekejamannya, justru adalah seorang yang punya etika kesopanan” Kata Ki Anyar Malih.
Salah satu anak buah Ki Jabrik yang bernama Umang merasa tidak senang dengan sikap Ki Anyar Malih yang terkesan meremehkan KI Jabrik
“Hey, kamu banci, jangan menganggap remeh ketua kami, kalau tidak....” Kata Umang mengancam
Ki Jabrik memberi isyarat kepada Umang agar tidak terpancing oleh sikap Ki Anyar Malih
“Sabar, Umang...jangan emosi, tak baik mengumbar amarah, seorang tamu harus kita hormati...”Kata Ki Jabrik
“Ha...ha...tak di sangka...sungguh tak di sangka, Ki Jabrik ternyata seorang yang lemah hatinya...” Kata Ki Anyar Malih
“Hey bangsat, kamu jangan sombong, berani kamu menghina ketua kami...hadapi dulu Umang....”
Umang bertambah emosi melihat pimpinannya di remehkan oleh Ki Anyar Malih. Dia pun langsung menyerang Ki Anyar Malih dengan menggunakan jurus tinjunya.
“Bangsat rasakan ini....” Kata Umang mengancam.
“ha...ha...”
Ki Anyar Malih membiarkan pukulan Umang mengenai dirinya.
‘Prak’ pukulan itu mengenai dada KI Anyar Malih. Namun Ki Anyar Malih tidak bergeser sedikitpun. Tidak nampak rasa sakit di wajahnya. Mukanya masih terlihat tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Semua orang terkejut ketika tiba-tiba Umang berteriak keras menahan rasa sakit, tangannya masih menempel di dada Ki Anyar Malih.
“Waw...aduh....sakit....tolong....tolong...tangan saya tidak bisa di cabut...sakit...sakit aduh panas...ampun...ampun Ki....” kata Umang berteriak dengan keras. Wajahnya berubah pucat karena menahan rasa sakit yang luar biasa. Tenaganya seperti tersedot oleh suatu kekuatan gaib milik Ki Anyar Malih.
Wajah Umang berubah menjadi merah seperti terbakar oleh panas api, kemudian memucat, dan mengering. Dari tubuhnya keluar asap yang panas. Teriakannya pun mulai melemah. Sesaat kemudian dia terdiam. Umang mati dengan tubuh gosong menghitam.
Melihat anak buahnya tewas secara mengenaskan, Ki Jabrik bersiap untuk membalas perlakuan Ki Anyar Malih.
“ha...ha...Ki Jabrik...tahan...tahan...saya datang ke sini bukan untuk bertarung dengan kamu...tapi saya ingin bergabung dengan kamu....saya hanya sedikit memberi pelajaran kepada anak buah kamu...” .
Ki Jabrik mendesahkan nafas
“Haaah....Ki Anyar Malih...tolong kamu tidak berbuat onar di sini...”
“Ha..ha...tidak...Ki jabrik...kamu tenang saja...saya tidak akan berbuat onar di sini...sudah saya katakan bahwa saya datang ke sini karena mau bergabung dengan kamu....” Kata Ki Anyar Malih.
“Baiklah Aki...kalau begitu...terima kasih kalau Aki mau bergabung dengan kami....” Kata Ki Jabrik.
Itulah awal pertama pertemuan Ki Jabrik dengan Ki Anyar Malih. Sampai sekarang dia masih menyimpan rasa penasaran kepada Ki Anyar Malih.
Ki jabrik yang mendengar tawa dan komentar dari Ki Anyar Malih hanya duduk terdiam, dia merasa enggan untuk menyela apalagi membantah ucapan Ki Anyar.
Ki jabrik kemudian berkata kepada Jarpati
“Ya sudah Jarpati, terima kasih atas laporannya, sekarang silahkan kamu istirahat dahulu...” Jarpati mengucapkan terima kasih dan kemudian pergi, setelah terlebih dahulu berlutut untuk menghormat kepada Ki Jabrik dan Ki Anyar Malih.
Meskipun Ki Jabrik terkenal sebagai pemimpin gerombolan penjahat yang kejam dan sadis, namun sebenarnya dia adalah seorang pendekar berjiwa ksatria.  Bahkan terhadap Jarpati yang hanya seorang anggota kelas bawah pun tetap menghormat dan menghargai pendapatnya. Berbeda dengan Ki Anyar Malih yang penampilannya nampak gagah, selain kulitnya kelihatan bersih dan putih, matanya juga tajam menusuk. Wajahnya seperti memancarkan suatu pesona ketampanan dan kemudaan. Meskipun wajah dan penampilannya tersebut nampak begitu mempesona, namun entah kenapa Ki jabrik merasa ada sedikit keganjilan dengan sosok Ki Anyar tersebut.
Di balik penampilannya yang gagah, sebenarnya tersembunyi aura gaib yang menakutkan. Ki Jabrik seringkali merasakan ada keangkeran dalam diri Ki Anyar, di tambah lagi sifatnya yang kejam dan bengis tak berperikemanusiaan.
Setelah empat tahun Ki Jabrik mengenal Ki Anyar dia merasa ada keanehan lain yang dia temukan pada Ki Anyar, yaitu pada setiap malam bulan purnama. Pada waktu itu, Ki Jabrik melihat wajah Ki Anyar nampak begitu pucat, berkeriput seperti menua.
Waktu itu Ki Jabrik sempat menanyakan keadaan Ki Anyar yang nampak tidak biasa, alih-alaih mendapat jawaban justru Ki Anyar pergi meningalkan Ki Jabrik dengan tergesa-gesa. Namun ketika bertemu keesokan harinya, Ki Anyar sudah kembali normal, bahkan terlihat lebih segar dari hari sebelumnya.
Yang membuat Ki Jabrik bertambah heran adalah pada malam  kejadian dia selalu mendapat laporan bahawa ada satu atau dua anak buahnya yang menghilang secara misterius. Awalnya Ki Jabrik tidak mencurigai hubungan antara misteri kehilangan anak buahnya dengan kondisi Ki Anyar Malih, namun karena kejadian tersebut selalu berulang di setiap bulan purnama, Ki Jabrik pun merasa curiga bahwa kehilangan anak buahnya tersebut berkaitan dengan Ki Anyar. Apalagi setelah di Amati, peristiwa hilangnya mereka selalu bertepatan dengan kondisi Ki Anyar yang sedang mengalami pucat dan berkeriput.
Malam ini adalah malam bulan purnama, Ki Jabrik mulai mengamati keadaan Ki Anyar secara diam-diam. Menurut pengamatannya, malam itu wajah Ki Anyar mulai nampak pucat, kulit wajahnya juga sudah terlihat ada kerutan.
Ki Jabrik yang sudah merasa curiga dengan Ki Anyar, segera bersembunyi dalam kegelapan pohon yang berada di depan kediaman ki anyar yang nampak remang-remang. Setelah beberapa saat menunggu di atas sebuah dahan pohon, terlihat Ki Anyar sedang terburu masuk ke dalam rumahnya.
Selang beberapa menit kemudian, nampak Jarpati sedang berjalan menuju kediaman ki anyar. Jarpati mengucapkan salam kepada ki anyar,
“Sampurasun aki, saya Jarpati datang menghadap untuk melaksanakan perintah aki...”.
Ki Anyar menjawab salam Jarpati dan mempersilahkannya untuk masuk
 “Ya Jarpati silahkan kamu masuk, pintunya tidak saya kunci...”.
Jarpati segera masuk ke dalam ruangan ki anyar. Ki Jabrik segera mendekati pintu rumah Ki Anyar. Keadaannya masih sunyi.
Tiba-tiba terdengar suara seperti jeritan, seperti orang yang sedang mengalami kesakitan, namun teriakan tersebut hanya beberapa saat saja, selanjutnya rumah itu kembali menjadi sunyi, tidak terdengar suara apapun di dalam ruangan Ki Anyar.
Ki Jabrik merasa heran, karena sudah hampir tiga jam Jarpati belum keluar dari ruangan Ki anyar. Karena rasa penasarannya yang sudah memuncak, Ki Jabrik segera masuk ke dalam rumah Ki Anyar. Pelan-pelan dia membuka pintu ruangan Ki Anyar yang tidak terkunci. Tercium aroma amis darah dan bangkai di dalam ruangan gelap milik Ki Anyar. Ki Jabrik melangkah pelan, masuk dengan hati-hati. Betapa terkejutnya ki jabrik ketika dia masuk ke dalam kamar ki anyar, ada banyak darah berserakan dimana-mana.
Namun yang paling membuat dia terkejut adalah ketika melihat Ki Anyar ternyata sedang memakan organ tubuh Jarpati yang nampak sudah tak bernyawa dengan kondisi telanjang bulat. Pakaiannya nampak berserakan di lantai dengan kondisi tersobek-sobek seperti habis di cabik oleh binatang buas. Ki Anyar merasa terganggu dengan kehadiran Ki Jabrik, langsung marah.
Sambil menyeringai, matanya melotot tajam ke arah ki Jabrik. Ki Jabrik merasa ngeri melihat kondisi tubuh Jarpati yang sudah terburai. Sesaat kemudian, dia merasa marah dan jijik dengan sosok ki Anyar yang dianggapnya tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dengan kondisi marah, Ki Jabrik langsung mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk membunuh Ki Anyar. Tiba-tiba Ki Anyar tertawa melihat Ki Jabrik yang nampak marah kepadanya “Ha...ha...Jabrik...Silahkan bunuh saya kalau kamu memang mampu...”.
Mendengar tantangan dari Ki Anyar, kemarahan ki Jabrik sudah tidak mampu lagi untuk di tahan, dia pun segera menghantamkan pukulan tenaga dalam ke arah Ki Anyar.
Buarrrr....seisi ruangan itu hancur berantakan, beberapa batang kayu dan perabotan nampak hangus terbakar terkena serangan Ki Jabrik. Namun sungguh mengherankan, Ki Anyar justru menghilang dari tempatnya.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari arah belakang Ki Jabrik
Ha...ha...pukulanmu memang hebat jabrik, tapi percuma kalau yang kamu lawan adalah saya...ha...ha...”.
Ki Jabrik bertambah marah mendengar perkataan Ki Anyar yang meremehkan. Dia langsung berbalik dan melancarkan serangannya.
Meskipun serangannya terlihat dahsyat dan mengerikan namun Ki Anyar ternyata mampu menandinginya, bahkan terkesan sedang mempermainkan Ki Jabrik yang marah.
Setelah berkali-kali melakukan serangan, akhirnya serangan ki Jabrik ada yang berhasil mengenai tubuh Ki Anyar. Terkena serangan dahsyat ki Jabrik, tubuh ki Anyar langsung hangus terbakar api dan berubah menjadi abu yang berserakan.
Ki Jabrik yang melihat tubuh ki Anyar telah hangus dan berubah menjadi abu pun merasa lega. Nafasnya terengah-engah, dia merasakan payah karena bertarung dengan Ki Anyar Malih. Ki jabrik terduduk untuk melepaskan rasa lelahnya.
Baru saja dia terduduk di tanah tiba-tiba abu tubuh ki anyar yang tadi berserakan kembali menyatu dan berubah menjadi tubuh utuh ki anyar seperti sedia kala. Ki Anyar tertawa “Ha...ha...bagaimana jabrik, apakah kamu masih sanggup menghadapi saya?”.
Ki Jabrik benar-benar merasa kaget melihat tubuh ki anyar yang sudah kembali utuh seperti sedia kala. Dia bingung untuk mengalahkan Ki Anyar yang ternyata jauh lebih sakti dibandingkan dirinya. Belum pernah dia menemui lawan yang sangat kuat seperti Ki Anyar. Dalam keputus asaan Ki Jabrik kembali bangkit dari duduknya. Dia kembali memasang kuda-kudanya untuk mempersiapkan diri menyerang Ki Anyar. Ki Anyar kembali tertawa dengan suara yang nyaring
“ha...ha...ayo keluarkan semua ilmu kamu, jabrik...keluarkan semua ilmu yang telah diajarkan oleh kakang Jaya Perkasa kepada kamu...ayo lawan saya...”.
 Ki Jabrik merasa kaget karena Ki Anyar mengetahui perihal gurunya, Eyang Jaya Perkasa. Dalam hati dia berusaha menerka-nerka
“Siapakah sebenarnya sosok Ki Anyar ini, kenapa dia menyebut eyang guru dengan sebutan ‘kakang’, padahal secara kasat mata ki Anyar nampak masih begitu muda sedangkan Eyang Jaya Perkasa sudah sangat tua renta, ada hubungan apakah ki Anyar ini dengan eyang guru?”.
Dia terus berfikir, namun tidak mampu menebak siapa sebenarnya Ki Anyar ini.
Dengan perasaan geram, Ki Jabrik pun kembali melakukan serangan dahsyatnya ke arah Ki Anyar. Wuuiiit....prakk, serangan ki Jabrik ternyata mampu di hadang oleh Ki anyar. Ki Jabrik kaget ketika tangannya beradu dengan tangan Ki Anyar. Terasa ada hawa panas yang menyambar tubuhnya, dia pun langsung melompat kebelakang. Baru saja dia berdiri sambil mengencangkan kuda-kudanya, tiba-tiba datang lagi serangan dahsyat dari Ki Anyar.
Ki Jabrik berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menahan serangan tersebut. Duaarrr...tubuhnya pun terpelanting ke belakang, meskipun masih berdiri namun kepalanya terasa pusing, matanya pun berkunang-kunang, serasa ada hawa panas yang menyelubungi seluruh tubuhnya, hoeek...ki jabrik pun memuntahkan darah segar.
Rasa kaget bercampur was-was mengisi seluruh pikiran ki jabrik, tak percaya bahwa dirinya berhasil dikalahkan oleh Ki anyar dengan mudahnya. Ki Anyar kembali menertawakan Ki Jabrik yang sudah merasakan payah akibat pertarungan itu
“ha...ha...ayo jabrik, lawan saya....”. 
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, Ki Jabrik berusaha untuk bangkit kembali. Namun rasa payah sudah terlalu kronis, dia pun kembali roboh.
Rasa kaget, marah dan geram bercampur aduk dalam hatinya, namun kesemuanya itu tidak mampu memberikan tenaga baru kepadanya. Matanya hanya mampu memelototi Ki Anyar yang nampak sudah siap untuk kembali menyerang.
Ki Jabrik akhirnya pasrah dengan nasibnya, dia tidak menyangka kalau harus mati di tangan Ki Anyar yang secara notabene adalah masih bawahannya. Sesaat ketika Ki Anyar akan kembali menyerang Ki Jabrik, tiba-tiba datang Dewi Naga yang langsung berlutut dihadapan ki Anyar, dia berusaha menahan Ki Anyar agar mau menghentikan pertarungan tersebut “Ampun aki...tolong ampuni kang Jabrik...maafkan dia...Tolong jangan bunuh kang Jabrik, saya yakin suatu hari nanti, dia akan berguna untuk aki....maka itu saya mohon aki agar sudi mengampuni kang jabrik....”.
Ki Jabrik merasa kaget dengan apa yang dilakukan oleh Dewi Naga yang telah sudi membelanya, ada rasa haru dalam dirinya. Ki Anyar kembali tertawa
“ha...ha..., baiklah Jabrik, untuk saat ini kamu saya ampuni...tapi lain kali kalau kamu berbuat macam-macam dengan saya, saya akan membunuh kamu...”.
Dewi Naga langsung bersujud kepada Ki Anyar sambil mengucapkan terima kasih
“Terima kasih banyak aki...karena telah mengampuni Kang Jabrik...”.
Kemudian Dewi Naga segera membopong Ki Jabrik untuk menjauh dari tempat itu. 

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...