Nyi sundel kaget sekaligus marah pada orang yang mengganggu niatnya untuk membunuh Dewi Sekar. Dia memandang ke arah sosok yang tadi telah menolong Dewi Sekar.
Nyi Sundel terperanjat, ternyata sosok itu hanyalah seorang pemuda yang berpakaian lusuh, berpenampilan seperti seorang petani dengan topi caping yang menutupi kepalanya. Nyi Sundel berkata kepada pemuda itu, yang tak lain adalah Jaka Someh,
“Bangsat...kurang ajar...kenapa kamu ikut campur urusanku...?mau jadi sok jagoan juga seperti bocah ini...?”.
Jaka Someh dengan tenangnya menjawab ucapan Nyi sundel
“Maaf Nini, saya tidak bermaksud untuk ikut campur karena saya tidak tahu masalahnya seperti apa.. namun nini sudah melampaui batas, menyiksa gadis ini padahal dia sudah tidak berdaya seperti itu... mohon nini untuk berbelas kasihan...“.
Nyi Sundel menjadi merah mukanya karena marah mendengar ucapan jaka Someh. Dengan kemarahan yang tak tertahankan, dia berteriak kepada anak buah ki Jabrik
“Hey kalian cepat kasih pelajaran pemuda yang...sok jagoan ini...!”.
Anak buah ki Jabrik langsung mengeroyok Jaka Someh. Tentu saja mereka bukan tandingan Jaka Someh, dengan mudahnya Jaka Someh melumpuhkan mereka dengan hanya beberapa gerakan saja. Jaka Someh memang sengaja untuk tidak membunuh mereka karena tidak mau lagi melakukan pembunuhan, kecuali kalau kondisi yang sangat terpaksa. Nyi sundel yang melihat anak buah ki Jabrik dengan mudah dikalahkan oleh Jaka Someh merasa kaget. Tanpa basa-basi lagi dia langsung menyerang jaka Someh dengan pukulan dan tendangan mautnya. Dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya karena berniat untuk membunuh Jaka Someh. Namun belum sampai serangan nyi sundel mengenai tubuh lawannya, Jaka Someh secepat kilat mendahului serangan itu, dia mendorong dada Nyi Sundel dengan telapak tangannya. Dorongan tersebut kelihatan pelan, namun Nyi sundel terpental cukup jauh. Dari bibirnya terlihat ada darah segar. Jaka someh berkata kepada Nyi Sundel
“Saya minta maaf nini...mohon kita hentikan pertarungan ini...saya hanya memohon nini untuk berbelas kasih pada gadis itu...biarkan saya mengobatinya...”.
Nyi sundel merasa heran dengan tenaga dalam yang dimiliki jaka Someh. Dia hanya terdiam ketika Jaka Someh berkata kepadanya. Jaka Someh kemudian berbalik membelakangi Nyi sundel dan berjalan ke arah Dewi Sekar Harum. Ketika dia bermaksud mengangkat Dewi Sekar, Tiba-tiba Nyi Sundel melompat ke arah Jaka Someh dengan cepatnya sambil mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Dia bermaksud membunuh Jaka Someh dengan cara membongohnya. Untunglah Insting Jaka someh sudah terlatih sedemikian kuatnya, Jaka Someh menoleh ke arah Nyi Sundel. Dengan refleks tangan kirinya menangkis serangan Nyi Sundel, dengan spontanitas dia memukul ulu hati Nyi Sundel
“ Hentikan nini...Jangan...”
“Astagfirulloh....nini...kenapa harus seperti ini...saya minta maaf...”.
Melihat kehebatan Jaka Someh yang telah mengalahkan Nyi Sundel hanya dengan sekejap mata saja, anak buah ki Jabrik langsung ketakutan, hati mereka menjadi sangat ciut. Mereka tahu seberapa hebatnya nyi Sundel itu, namanya saja sudah sangat ditakuti oleh para pendekar, namun Jaka someh ternyata mampu membunuh nyi Sundel hanya dengan satu pukulan saja. Mereka pun segera berlutut di hadapan Jaka someh sambil meminta ampun
“ ampun...ampuni kami tuan pendekar...kami berjanji tidak berbuat kejahatan lagi...”.
Jaka Someh berkata kepada mereka dengan suara yang tenang
“Baik, baik... kali ini saya akan memaafkan akang-akang semua...mohon jangan berbuat kejahatan lagi...sekarang silahkan pergi dari sini dan tolong kuburkan jenazah nini ini dengan layak...”.
Mereka senang Jaka Someh tidak membunuh mereka, setelah itu mereka langsung pamit sambil menggotong tubuh nyi sundel yang sudah tidak bernyawa. Setelah anak buah ki Jabrik pergi, jaka Someh pun segera mengangkut tubuh Dewi Sekar ke pundaknya, kemudian membawanya pergi ke dalam gubuknya yang berada di atas bukit untuk segera diobati.