|
Cerita Novel Ksatria Ilalang |
Seharian Dewi Sekar menunggangi kudanya tanpa
istirahat. Sudah banyak perkampungan yang dia lewati. Dewi Sekar melihat ada banyak suasana yang
mencekam, terlihat wajah warga yang nampak ketakutan. Dewi Sekar tahu hal tersebut disebabkan oleh
Ki Jabrik dan gerombolannya. Gerombolan Ki Jabrik memang tidak langsung
menjarah desa-desa, awalnya mereka meminta upeti yang tinggi kepada setiap
kampung. Namun jika mereka menolak maka kampung itu pun akan di rusak dan dibakar,
kemudian harta benda mereka pun akhirnya akan di jarah juga.
Menjelang sore, Dewi Sekar memutuskan untuk istirahat di
sebuah perkampungan yang terlihat kumuh. Disana dia mencari sebuah penginapan.
Namun karena di kampung tersebut tidak ada penginapan, Dewi Sekar pun kembali melanjutkan
perjalanannya menuju perkampungan berikutnya yang yang lebih besar. Hari sudah malam ketika Dewi Sekar baru bisa menemukan sebuah
penginapan di sebuah perkampungan yang ramai penduduknya.
Esok paginya dia kembali melanjutkan
perjalanannya. Ketika sampai di sebuah perkampungan kecil, dia melihat ada 5
orang berwajah sangar sedang mengobrak abrik salah satu rumah penduduk.
Ternyata mereka adalah beberapa anak buah Ki Jabrik yang sedang mendapat tugas
dari Ki Tapa untuk menagih upeti di kampung itu. Ki Tapa adalah salah satu
dedengkot dari gerombolan Ki Jabrik yang juga terkenal sakti dan kejam. Namun
karena warga kampung tersebut miskin, mereka tidak mampu untuk
membayar upeti yang ditentukan oleh Ki tapa. Beberapa anak buah Ki Tapa pun
marah dan mulai mengobrak-abrik kampung tersebut. Beberapa warga nampak babak
belur dihajar oleh anak buah Ki Tapa. Melihat kejadian tersebut, Dewi Sekar Harum menjadi marah. Dia pun
langsung berteriak kepada anak buah Ki Tapa
“Hey...manusia-manusia
biadab...hentikan perbuatan kalian...”
Anak buah Ki Tapa sontak kaget
mendengar teriakan Dewi Sekar, namun ketika mereka melihat ke arah Dewi Sekar, mereka pun langsung tertawa
“ha...ha...geulis...cantik...ternyata
kamu...yang tadi berteriak ke akang...jangan marah...atuh...mendingan jadi
pacar akang saja...atuh...aduh cantiknya...”
Kemudian mereka pun mendekati Dewi Sekar, salah satu dari mereka mencoba
memegang tangan Dewi Sekar sambil tertawa. Diperlakukan seperti itu, Dewi Sekar bertambah marah dan langsung
menghentakan tangannya. Dia langsung memukul perut anak buah Ki Tapa tersebut,
kemudian menyusulnya dengan tendangan ke arah muka. Pukulan dan tendangannya
begitu telak, membuat anak buah ki Tapa tersebut langsung tersungkur. Teman-temannya
kaget melihat keganasan Dewi Sekar seperti itu, mereka pun berhenti tertawa dan langsung
mengeroyok Dewi Sekar.
Dengan penuh kepercayaan diri, Dewi Sekar pun langsung memasang kuda`kudanya sambil bersiap untuk
menghadapi mereka. Tanpa ragu`ragu lagi beberapa anak buah Ki Tapa yang tersisa
langsung menyergap Dewi Sekar. Dewi Sekar pun langsung melancarkan jurus-jurus mautnya. Perkelahian
mereka cukup sengit. Setelah menghabiskan sekitar 10 jurus barulah Dewi Sekar mulai dapat mendesak mereka.
Beberapa saat kemudian Dewi Sekar pun akhirnya berhasil mengalahkan
mereka. Tiga orang dari mereka sudah terkapar di tanah sedangkan dua orang
lagi memutuskan untuk kabur. Setelah membereskan gerombolan anak buah Ki Tapa, Dewi Sekar pun menghampiri warga yang tadi
dianiaya oleh anak buah Ki Tapa.
Alangkah kagetnya Dewi Sekar karena warga tersebut bukannya
mengucapkan terima kasih kepadanya justru mereka langsung masuk kedalam
rumahnya masing`masing sambil menunjukan muka yang memberungut. Rupanya mereka
takut jika tindakan Dewi Sekar terhadap anak buah Ki Tapa tadi akan menimbulkan masalah
yang lebih besar dan akan mencelakai mereka semua. Dewi Sekar terhenyak melihat sikap warga
tersebut. Meskipun hatinya merasa mangkel, akhirnya dia memutuskan untuk
kembali melanjutkan perjalanannya tanpa berkata apa-apa lagi.
Setelah beberapa jam menunggangi
kuda dengan santai, Dewi Sekar memutuskan beristirahat sejenak di bawah sebuah bukit yang
nampak hijau, sambil membiarkan kudanya makan rerumputan di sekitar tempat itu.
Di atas bukit tersebut nampak banyak tanaman jagung dan buah-buahan. Dewi Sekar merasa heran karena tidak biasanya
bukit ditanami oleh tanaman jagung dan buah-buahan. Sepengetahuannya, bukit
umumnya di tumbuhi
tanaman liar seperti
pohon kayu-kayuan, perdu bahkan adakalanya di penuhi oleh ilalang yang liar. Namun rasa herannya pun berlalu
begitu saja.
Setelah cukup lama
beristirahat, dia berdiri untuk melanjutkan perjalanannya. Namun baru saja Dewi Sekar akan naik ke punggung kudanya, tiba-tiba di lihatnya ada 4 orang
menghampirinya. Salah satu dari mereka adalah seorang perempuan setengah baya, wajahnya terlihat sadis dan sangar.
Ketika Dewi Sekar melihat salah seorang dari mereka,
dia langsung ingat bahwa orang tersebut adalah anak buah ki Tapa yang tadi
mengeroyoknya.
Rupanya
dua orang tadi kabur karena mau
meminta bantuan kepada pemimpinnya
yang lain, yaitu Nyi Sundel, seorang
pendekar wanita sakti yang berwatak kejam dan jahat. Nyi Sundel dan Ki Tapa adalah salah
dua tokoh
dari gerombolan Ki Jabrik. Nyi Sundel berkata keras kepada Dewi Sekar
“Hey,
kamu bocah...rupanya mau mencari mati...berani sekali mencampuri urusan anak
buahku...”
Nyi Sundel melompat dengan ringannya ke depan Dewi Sekar yang masih bengong.
Melihat gerakan Nyi Sundel yang ringan dan gesit seperti itu, dia tahu bahwa Nyi Sundel adalah seorang pendekar
yang berilmu tinggi. Dewi Sekar segera meningkatkan
kewaspadaannya. Kemudian
berkata lantang kepada Nyi
sundel
“Kamu
pikir saya takut dengan kamu...nenek peot...ayo maju...”
Nyi
Sundel marah diremehkan oleh
Dewi Sekar, dia pun berteriak dengan keras “Kurang ajar...rupanya kamu ingin saya
kirim ke neraka...hah...”
Nyi
sundel langsung menyerang Dewi Sekar
dengan sambaran jurusnya.
Dewi Sekar tidak tahu bahwa
kemampuan Nyi Sundel itu mungkin lebih
tinggi daripada kemampuan gurunya sendiri.
Dia langsung menangkis serangan Nyi sundel dengan tangan
kanannya. Prak, tangan kanan Dewi Sekar langsung kesemutan dan merasa sakit.
Dia mundur beberapa langkah ke belakang sambil memegangitangan kanannya. Masih
dalam keadaan kaget, Dewi Sekar mencoba mengatur pernafasannya. Kemudian
kembali memasang kuda-kuda untuk bersiap melakukan duel dengan Nyi sundel.Tak
lama kemudian mereka
pun mulai bertarung dengan sengitnya. Sedangkan anak buah
ki Tapa hanya menonton dari
atas kudanya masing-masing.
Setelah
sekitar 7 jurus, Dewi Sekar
mulai kelihatan terdesak. Sebuah tendangan dari nyi sundel telah mengenai dadanya,
disusul beberapa pukulan ke arah perut dan mukanya. Dewi Sekar tersungkur kebelakang sambil menahan sakit yang luar biasa.
Nyi sundel tertawa melihat wajah Dewi
Sekar yang meringis
“He...he...baru
ilmu segitu saja sudah mau sombong...dasar
bocah tolol...apakah kamu tidak tahu kehebatan nyi Sundel ini...”
Dewi Sekar mencoba untuk bangkit
kembali, dan bersiap untuk membalas kekalahannya. Dia pun kembali melancarkan serangan balasan ke arah dada
nyi sundel tapi Nyi Sundel dengan
mudahnya mematahkan serangan tersebut bahkan berhasil
melepaskan pukulan ke arah punggung Dewi
Sekar. Dewi
Sekar langsung terdorong ke depan dan memuntahkan darah
segar. Baru saja dia akan
membalikan badan, tiba`tiba ada
sebuah pukulan Nyi Sundel sudah mengenai perut dan dadanya. Selanjutnya dia menjadi
bulan-bulanan Nyi Sundel. Wajahnya terlihat babak belur terkena
pukulan Nyi sundel. Meskipun demikian dia
masih tetap berusaha untuk bangkit melawan Nyi sundel.
Dengan
susah payah, Dewi Sekar berusaha
bangkit untuk berdiri, namun dia kembali
ambruk ke tanah. Dewi Sekar hanya mampu terduduk, hanya sorot matanya saja
yang menyorot galak ke arah nyi sundel. Nyi
sundel tertawa melihat Dewi Sekar
yang sudah tak berdaya. Saat
dia akan melancarkan pukulan
terakhirnya ke
Dewi Sekar, tiba-tiba anak buah
ki Jabrik yang tadi hanya menonton berteriak keras
“Tahan
Nyi sundel...jangan di
bunuh...sayang atuh......biar
gadis ini untuk kami
saja...he...he...lumayan untuk menghibur...”
Kata-kata
anak buah ki Jabrik yang spontanitas tadi tentu saja membuat nyi sundel marah “Kurang
ajar kalian ini...apa kalian mau aku kirim juga ke neraka bersama gadis
ini...hah...” Melihat nyi sundel marah, anak buah ki Jabrik pun ketakutan.
Mereka tahu siapa nyi sundel itu, seorang pendekar aliran hitam yang memiliki
ilmu yang tinggi dan memiliki kekejaman yang luar biasa.
Dewi Sekar yang melihat
konsentrasi nyi sundel terganggu oleh anak buah ki Jabrik, langsung
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
kabur. Dia bangkit dan lari ke atas bukit dengan sekuat tenaganya. Meskipun
larinya terseok-seok, dia
terus berusaha lari menjauhi nyi sundel dan anak buah ki Jabrik.
Tentu
saja Nyi sundel marah melihat tindakan Dewi
Sekar, dia segera mengejarnya ke atas bukit. Tak lama kemudian Nyi Sundel berhasil mengejar Dewi Sekar
di atas bukit.
Nyi sundel langsung menendang punggung Dewi Sekar, sehingga tersungkur ke depan. Meskipun sudah jatuh tersungkur
seperti itu, Dewi Sekar
tetap berusaha untuk bangkit kembali, namun tenaganya
sudah habis dan hanya mampu terduduk dengan wajah yang memelas. Sekarang dia
sudah pasrah untuk menerima kematiannya, matanya pun sudah sayu. Melihat
keadaan Dewi Sekar seperti itu, nyi
sundel bukannya kasihan, justru malah
berniat mempermainkan Dewi Sekar
terlebih dahulu sebelum membunuhnya. Nyi sundel langsung menampar Dewi Sekar beberapa kali, kemudian menginjak perut, dan menjambak rambutnya.
Setelah itu dia menarik rambut panjang Dewi Sekar dan menyeretnya dengan kasar.
Dewi Sekar merasakan sakit yang luar
biasa sampai nyaris tak sadarkan diri. Saat puas menyiksa Dewi Sekar, Nyi Sundel pun
bersiap untuk melancarkan pukulan terakhirnya. Untunglah pada saat kritis
tersebut, berkelebat sesosok bayangan yang langsung menyambar dan mengambil Dewi Sekar yang sudah mulai tak sadarkan diri, lalu
menempatkannya beberapa meter dari posisi Nyi Sundel yang sedang berdiri.