Tampilkan postingan dengan label novel silat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label novel silat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Desember 2021

DOWNLOAD GRATIS NOVEL CERITA KSATRIA ILALANG

 

Novel Ksatria Ilalang

Bagi anda yang tertarik untuk mendownload Ebook novel Ksatria Ilalang, silahkan  Klik link berikut ini (Pilih salah satu):

1. Novel Ksatria Ilalang_ EPUB_Dropbox
2. Novel Ksatria Ilalang_EPUB_Google drive
3. Novel Ksatria Ilalang_PDF_Google Drive

Kami lebih menyarankan untuk memilih file EPUB karena dianggap lebih enak dan nyaman saat membaca ebooknya, ukuran file-nya lebih ringan, dan ada fitur suara sehingga anda  tidak perlu lagi membaca novel tersebut cukup mendengarkan suara asisten google yang membacakan. Untuk bisa menggunakan file EPUB anda harus terlebih dahulu menginstal ebook readernya seperti "google play book" yang ada di google play store (Gratis dan ukuran file-nya juga relatif kecil), atau aplikasi lainnya seperti dalam gambar berikut:


Catatan: Apabila link-nya eror atau ada permasalahan teknis lainnya silahkan hubungi kami melalui koment atau Facebook Fanpage atau FB Grup  Novel Ksatria Ilalang.


Terima kasih.

Sinopsis Cerita:



Jaka Someh adalah seorang lelaki yang ringan tangan dan senang menolong. Semenjak remaja dia sudah berlatih ilmu silat dengan penuh kedisiplinan dan keras. Jaka Someh menjadi seorang pendekar hebat, namun hatinya tetap baik dan tidak sombong. Padahal dia telah mengalahkan banyak tokoh persilatan jahat yang terkenal sakti dan ditakuti. 

Jaka Someh memiliki hati yang tulus dan penyabar. Dia condong lebih suka mengalah dan menghindari konflik dengan orang lain. Sehingga menjadikannnya sebagai pribadi yang kurang tegas. Kurang tegas dalam mengambil keputusan. Mungkin karena sifatnya yang kurang tegas tersebut, Jaka Someh merasa tidak enak untuk menolak permintaan Pak Rohadi yang meminta untuk menikahi putrinya yang telah hamil di luar nikah. Putri pak Rohadi bernama Asih. Asih hamil dan di tinggal pergi oleh kekasihnya. Asih sebenarnya adalah seorang wanita cantik bahkan menjadi kembang desa. 

Asih sebenarnya tidak ingin menikah dengan Jaka Someh, namun karena demi untuk menyelamatkan martabat keluarga dia pun terpakasa mengikuti keinginan ayahnya, untuk dinikahkan dengan Jaka Someh. Meskipun Jaka Someh hanyalah seorang suami pengganti bagi Asih, namun Jaka Someh berusaha untuk mencintai Asih dengan sepenuh hati, tapi sayang, sikap Asih justru sering merendahkan Jaka Someh yang sudah resmi menjadi suaminya.  

Penampilan Jaka Someh memang terlalu sederhana, membuat dia banyak di remehkan dan di anggap bodoh oleh orang lain. Bahkan oleh Asih, istrinya sendiri. Yang telah tega mengkhianati cinta sucinya. Padahal Jaka Someh sudah banyak berkorban untuk Asih. Dia selalu berusaha keras untuk selalu bisa membahagiakan istrinya tersebut, namun tetap saja Asih tidak mau menghargai Jaka Someh. Bahkan Asih tega menyelingkuhi Jaka Someh.

Dua tahun setelah pernikahannya dengan Jaka Someh, Asih bertemu kembali dengan mantan kekasihnya yang dulu pernah menghamilinya. Mereka pun kembali menjalin hubungan asmara percintaan. Perselingkuhan mereka pun akhirnya ketahuan oleh Jaka Someh. Jaka Someh merasa sangat marah, bingung, sedih dan kecewa.  Ingin rasanya Jaka Someh membunuh lelaki yang telah menginjak-injak harga dirinya tersebut. Namun dia tidak bisa melakukannya, karena tidak tega terhadap istri dan anak tirinya yang sangat dia sayangi. Sedih, marah, kecewa namun terbelanggu oleh perasaan tulus mencintai dan menghormati. Jaka Someh menjadi sangat bingung dan bimbang.

Lantas apa yang akan Jaka Someh lakukan untuk menghadapi kondisi rumah tangganya yang sedang bermasalah itu? Haruskah dia menceraikan istrinya?

ataukah dia membalas perselinguhan istrinya tersebut dengan perselingkuhan lagi? ataukah pergi saja, berekelana jauh meninggalkan Asih yang telah tega berselingkuh? Apakah masalah rumah tangganya tersebut akan merubahnya menjadi pribadi yang lain?

Di sisi lain, sebagai sorang pendekar, Jaka Someh di tuntut untuk membela dan melindungi masyarakat yang sedang mengalami penindasan dari para gerombolan penjahat. Pada waktu itu telah muncul seorang pendekar kuat yang telah memporak-pondakan dunia persilatan. Dia bernama Ki Jabrik. Ki Jabrik adalah pemimpin gerombolan penjahat yang telah mengalahkan banyak tokoh persilatan aliran putih. Gerombolan Ki Jabrik telah banyak menindas masayarakat dan tidak ada satu pendekar pun yang berani untuk menghadapi Ki Jabrik dan gerombolannya. Mampukah Jaka Someh menghadapi Ki Jabrik dan gerombolannya yang dikenal sakti dan kejam itu? Silahkan baca novelnya.

Baca selengkapnya novel ini di:

Google Play Bookcerita inspiratif, cerita kkn d

i desa penari, cerita rakyat, cerita fabel, cerita fiksi, cerita dongeng, cerita fiksi adalah, cerita lucu, cerita jenaka adalah, cerita tentang, cerita kkn di desa penari, cerita pendek, cerita dewasa, cerita horor, cerita serem, cerita hantu, cerita mistis, cerita misteri, video cerita dongeng, video cerita rakyat, video cerita, video cerita fabel, video cerita anak, video cerita nabi muhammad, vincenzo cerita tentang apa, villa cerita kita kopeng video pembelajaran teks cerita fantasi, noveltoon cerita romantis, nanti kita cerita tentang hari ini, nonton film nanti kita cerita tentang hari ini full movie, novel cerita, novel suami pengganti, novel cerita romantis, nyi roro kidul cerita, nabi nuh cerita, contoh cerita fantasi, contoh cerita fiksi, chord akhir cerita cinta, contoh teks cerita sejarah, contoh cerita fantasi pendek brainly, contoh cerita pendek, contoh cerita fabel, contoh cerita inspiratif, cerita cerita lucu, cerita cerita rakyat, wattpad, wattpad perjodohan, wattpad gif, wattpad login, wattpad web, wattpad ganjel, wattpad tt, wattpad romantis, rekomendasi cerita wattpad, ringkasan cerita malin kundang, ringkasan cerita rakyat pendek, ringkasan cerita, ringkasan cerita perbedaan bukanlah penghalang ringkasan cerita kancil dan buaya, rangkaian peristiwa dalam cerita disebut, ringkasan cerita danau toba, ringkasan cerita sangkuriang, novel adalah, noveltoon, novel layangan putus, novel romantis, novel laskar pelangi, novel tere liye, novel ringan, novel tiga salam maria, novel terbaru, film horor indonesia, film terbaru 2022, film terbaru 2021, film bioskop terbaru 2022, film indonesia, film bioskop terbaru 2021, wattpad cerita, wayang cerita, www.cerita lucu, www.cerita cinta, wattpad rekomendasi cerita, www.cerita horor, www.cerita dongeng, www.cerita motivasi, www.cerita seram, www.cerita rakyat.com, x-men apocalypse alur cerita, x box cerita, xiao mei cerita, samurai x cerita, yang bukan merupakan jenis cerita adalah, yang membedakan cerita inspirasi dengan cerpen terletak pada bagian, yang bukan termasuk cerita fiksi adalah, yang bukan merupakan fungsi teks cerita sejarah adalah, yang termasuk cerita fiksi adalah, yang termasuk cerita non fiksi adalah, yang bukan merupakan unsur dalam cerita adalah, yang tidak termasuk ciri umum teks cerita fantasi yaitu, yang bukan merupakan unsur-unsur teks cerita fantasi adalah, yang dibawah ini yang termasuk jenis cerita fantasi kecuali, zaman biyen legenda di cerita kakek kanthi sarana, zuhri indonesia teks cerita sejarah, zivilia aishiteru tinggal cerita mp3, zombie alur cerita, zona cerita, zulaikha dan yusuf cerita, zivilia aishiteru tinggal cerita mp3 download, zaman biyen sumatera barat cerita rakyat lumantar, zack snyder justice league cerita, baca novel gratis, baca novel gratis tanpa aplikasi, bidan novel, baca novel dibayar, bumi manusia novel, beginning after the end novel, beatrice novel, bahasa inggris novel, best novel, cerita novel, cerita novel romantis, charlie wade novel, contoh novel, contoh resensi novel, cerita novel romantis pengantin baru, contoh novel sejarah, contoh novel singkat, cara membuat novel, contoh sinopsis novel, download novel pdf, download novel pdf wattpad, dreame novel, dimanakah latar dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat, dari jendela smp novel, dipaksa nikah novel, death is the only ending for the villain novel, danmachi light novel, dune novel, dikta dan hukum novel, ebook novel, e novel suami pengganti, e novel, english novel, english novel pdf, e novel pdf, eighty six light novel, emma novel, e novel english, e novel layangan putus, g novel adalah, g novel adalah contoh, habib novel, i novel, i novel indonesia, judul novel, judul novel yang bagus, just light novel, judul novel romantis, jenis jenis novel, jelaskan pengertian novel sejarah, j novel, jelaskan struktur novel sejarah, jangan salahkan aku selingkuh novel, j novel pdf, kumpulan novel, kaito novel, kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel sejarah tersebut dibuat, kbm novel, kaidah kebahasaan novel, kaidah kebahasaan novel sejarah, kapankah latar waktu cerita dalam kutipan novel sejarah diatas dibuat, kage no jitsuryokusha ni naritakute novel, kumo desu ga nani ka novel, korean novel, laskar pelangi novel, mangatoon novel romantis, mangatoon novel romantis terpaksa menikah, naver novel, novel novel tere liye, novel novel romantis, novel novel sejarah, novel novel mangatoon, novel cerita novel, novel novel gratis, novel novel pdf, novel adalah novel adalah, orang ketiga novel, online novel, overlord light novel, orang ketiga novel anyelir, orang ketiga novel pdf, quotes cinta dari novel, quotes sahabat dari novel, resensi novel, resensi novel laskar pelangi, resensi novel mariposa, rekomendasi novel, struktur novel, struktur novel sejarah, sinopsis novel laskar pelangi, sinopsis novel, unsur intrinsik novel, unsur ekstrinsik novel, unsur intrinsik dan ekstrinsik novel, unsur kebahasaan novel ronggeng dukuh paruk, unsur kebahasaan novel, unsur intrinsik novel laskar pelangi, urutan novel tere liye, unsur intrinsik novel ronggeng dukuh paruk, unsur intrinsik novel sunda, unsur intrinsik novel bumi manusia, yang bukan merupakan unsur-unsur dalam resensi novel adalah, yang bukan merupakan struktur novel sejarah yaitu, yang bukan nilai dalam novel sejarah yaitu nilai, barbie film, batman film, bohemian rhapsody film, bioskop film, bodyguard film, baywatch film, bhojpuri film, bioskop film terbaru, beethoven film, download film indonesia, film film indonesia, film film terbaru 2021, film-film korea, film film action, film film 2020, film film 2022, film nonton film, film film netflix, gudangfilm, indonesia film, juraganfilm, jadwal film bioskop, komedi film indonesia, nonton film, nonton film layarkaca21 lk21 indoxxi, nonton film online indoxxi, nonton film indonesia, nonton film fast and furious 9, nonton film 365 days, nonton film gratis, rekomendasi film, rebahin film, rekomendasi film netflix, rekomendasi film horor, rekomendasi film indonesia, streaming film gratis, urutan film marvel, urutan film harry potter, urutan film high & low, urutan film spiderma, xnxubd film bokeh full bokeh lights bokeh video google earth 2021, xxi jadwal film, xxi jadwal film hari ini, xtreme film, xxi nonton film 365 days sub indo, x+y film, x files film, x film wiki, youtube film, youtube video film, youtube film action

#cerita #ceritamakan #ceritasilat #cersil #ceritaromantis #ceritainspiratif #novelksatriailalang #ksatriailalang #CeritaBaruSCTV, #ceritacinta #ceritafg1 #ceritaseram #ceritanabi #ceritapaytren #ceritamedan #ceritaku #ceritalucu #ceritakita #CeritaBarengGenRe #ceritabergambar #ceritakopi #ceritaanak #ceritasangistri #ceritapadang #ceritadewasa #ceritasma #ceritakami #ceritamisteri #ceritasemalam #ceritahoror #ceritapendek #ceritapejalan #ceritahantu #ceritahorror #ceritaislam #ceritanya #ceritabinatang #CeritaBobbyKahiyang #ceritadestinasi #ceritaSul88 #ceritathebaldys #ceritasex #ceritabayi #ceritaputri #CeritaCantik #ceritadiinstagram #ceritarakyat #ceritahidup #ceritaindonesia #ceritakahiyangbobby #ceritasukses #ceritaliburanwaktuitu #ceritamedancom #ceritamistis #ceritaolin #ceritasumsel #ceritabanjar #ceritaonline


Sabtu, 30 Mei 2020

SINOPSIS CERITA INSPIRATIF CERITA SILAT FANTASY: KSATRIA ILALANG

Ksatria Ilalang 
Karya Kang Yadi


Jaka Someh adalah seorang lelaki yang ringan tangan dan senang menolong. Semenjak remaja dia sudah berlatih ilmu silat dengan penuh kedisiplinan dan keras. Jaka Someh menjadi seorang pendekar hebat, namun hatinya tetap baik dan tidak sombong. Padahal dia  telah mengalahkan banyak tokoh persilatan jahat yang terkenal sakti dan ditakuti. 

Jaka Someh memiliki hati yang tulus dan penyabar. Dia condong lebih suka mengalah dan menghindari konflik dengan orang lain. Sehingga menjadikannnya sebagai pribadi yang kurang tegas. Kurang tegas dalam mengambil keputusan. Mungkin karena sifatnya yang kurang tegas tersebut, Jaka Someh merasa tidak enak untuk menolak permintaan Pak Rohadi yang meminta untuk menikahi putrinya yang telah hamil di luar nikah. Putri pak Rohadi bernama Asih. Asih hamil dan di tinggal pergi oleh kekasihnya. Asih sebenarnya adalah seorang wanita cantik bahkan menjadi kembang desa. 

Asih sebenarnya tidak ingin menikah dengan Jaka Someh, namun karena demi untuk menyelamatkan martabat ayahnya dia pun terpakasa mengikuti keinginan ayahnya, dan bersedia dinikahkan dengan Jaka Someh. Meskipun Jaka Someh hanyalah seorang suami pengganti bagi Asih, namun Jaka Someh berusaha untuk mencintai Asih dengan sepenuh hati, tapi sayang, sikap Asih justru sering merendahkan Jaka Someh yang sudah resmi menjadi suaminya.  

Penampilan Jaka Someh memang terlalu sederhana, membuat dia banyak di remehkan dan di anggap bodoh oleh orang lain. Bahkan oleh Asih, istrinya sendiri. Yang telah tega mengkhianati cinta sucinya. Padahal Jaka Someh sudah banyak berkorban untuk Asih. Dia selalu berusaha keras untuk selalu bisa membahagiakan istrinya tersebut, namun tetap saja Asih tidak mau menghargai Jaka Someh. Bahkan Asih tega menyelingkuhi Jaka Someh.

Dua tahun setelah pernikahannya dengan Jaka Someh, Asih bertemu kembali dengan mantan kekasihnya yang dulu pernah menghamilinya. Mereka pun kembali menjalin hubungan asmara percintaan. Perselingkuhan mereka pun akhirnya ketahuan oleh Jaka Someh. Jaka Someh merasa sangat marah, bingung, sedih dan kecewa.  Ingin rasanya Jaka Someh membunuh lelaki yang telah menginjak-injak harga dirinya tersebut. Namun dia tidak bisa melakukannya, karena tidak tega terhadap istri dan anak tirinya yang sangat dia sayangi. Sedih, marah, kecewa namun terbelanggu oleh perasaan tulus mencintai dan menghormati. Jaka Someh menjadi sangat bingung dan bimbang. Lantas apa yang akan Jaka Someh lakukan untuk menghadapi kondisi rumah tangganya yang sedang bermasalah itu? Haruskah dia menceraikan istrinya? ataukah dia membalas perselinguhan istrinya tersebut dengan perselingkuhan lagi? ataukah pergi saja, berekelana jauh meninggalkan Asih yang telah tega berselingkuh? Apakah masalah rumah tangganya tersebut akan merubahnya menjadi pribadi yang lain?

Di sisi lain, sebagai sorang pendekar, Jaka Someh di tuntut untuk membela dan melindungi masyarakat yang sedang mengalami penindasan dari para gerombolan penjahat. Pada waktu itu telah muncul seorang pendekar kuat yang telah memporak-pondakan dunia persilatan. Dia bernama Ki Jabrik. Ki Jabrik adalah pemimpin gerombolan penjahat yang telah mengalahkan banyak tokoh persilatan aliran putih. Gerombolan Ki Jabrik telah banyak menindas masayarakat dan tidak ada satu pendekar pun yang berani untuk menghadapi Ki Jabrik dan gerombolannya. Mampukah Jaka Someh menghadapi Ki Jabrik dan gerombolannya yang dikenal sakti dan kejam itu? Silahkan baca novelnya.




{Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Novel|Novel Adalah|Novel Kkn Desa Penari|Noveltoon|Novel Romantis|Novel Laskar Pelangi|Novel Ringan|Novel Tere Liye|Novel Terbaru|Kisah Kkn Di Desa Penari|Kisah Nyata Kkn Desa Penari|Buku Fiksi|Buku Non Fiksi|Cerita Kkn Di Desa Penari|Cerita Inspiratif|Cerita Rakyat|Cerpen|Ceriabet|Cerita Fabel|Ceramah Singkat Ramadhan|Cerita Kkn Desa Penari|Cerita|Cerita Fiksi|Film Kkn|Filmapik|Film|Film Horor Indonesia|Film Bioskop Terbaru 2022|Film Terbaru 2022|Film Terbaru 2021|Film Indonesia|Film Doctor Strange|Film Bioskop Terbaru 2021}


Novel Ksatria Ilalang secara Full dapat di Baca


Rabu, 06 Mei 2020

Daftar Isi Cerita Novel Silat "Sang Pendekar"









DAFTAR ISI Novel KSATRIA ILALANG

. 543

 

59. Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 59. Pohon Bidara
60. Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 60. Sang Pendekar (TAMAT)
                      

Rabu, 22 April 2020

Cerita Novel Silat "sang Pendekar" Bab 53. Anak-Anak tanpa Orang Tua


Untuk sementara kita tinggalkan Dewi Sekar dahulu, sekarang kita kembali ke jaka Someh setelah di usir oleh Raden Surya Atmaja dari gunung Tampomas. Dengan perasaan hampa Jaka someh berjalan menuruni gunung tampomas, hatinya dipenuhi oleh rasa kesedihan yang sangat mendalam. Tak kuasa, Jaka Someh menangis menguraikan air mata kesedihan mengingat istrinya yang meninggal secara tragis. Jatuh ke dasar jurang, bahkan jenazahnya pun tidak diketahui rimbanya. Hatinya benar-benar telah di kuasai oleh perasaan tak menentu, hancur tidak karuan. Semangat hidupnya pun menjadi redup. Meskipun demikian dia berusaha untuk tetap tegar dalam kehampaan.
Hanya butuh setengah hari, dia sudah berada di kaki gunung tampomas. Dilihat sapinya sedang memakan rumput-rumputan. Setelah membiarkan sapinya beristirahat sekian waktu, Jaka Someh kembali menyiapkan gerobaknya.
Ketika segala sesuatunya sudah siap, dia pun segera pergi meninggalkan gunung Tampomas dengan menggunakan gerobak sapinya.
Setelah beberapa hari dia mengendarai gerobak sapinya, waktu itu saat hari menjelang sore, dia sampai di suatu tempat yang nampak ramai oleh warga yang sedang berlalu lalang. Ternyata sekarang dia berada di pasar Kota Sumedang larang yang sangat ramai.
Jaka Someh sedang asyik mengamati keadaan sekitarnya, tiba-tiba terdengar keributan dari arah selatan pasar. Orang-orang berteriak keras terhadap seorang pencuri yang tertangkap oleh warga.
Jaka Someh merasa penasaran, dia pun turun dari gerobak sapinya dan berjalan ke arah keributan tersebut. Dia bertanya kepada salah satu warga yang sedang ada di sana
 “Ada apa ini kang, koq ramai sekali?”.
Lelaki itu menoleh kepada Jaka Someh dan berkata
“Anu kang, ada pencuri yang tertangkap...katanya sih mencuri makanan...pencurinya masih anak-anak..., saya heran....kecil-kecil koq sudah jadi berandalan...”
Jaka Someh hanya diam mendengar penjelasan lelaki itu. Ada perasaan menelisik dalam hatinya, dia pun mendekati asal keributan itu.
Dia menerobos diantara sela-sela kerumunan manusia. Setelah berada di barisan paling depan, Jaka Someh melihat seorang bocah sedang menangis karena ketakutan. Usianya mungkin sekitar 9 atau 10 tahunan. Tubuhnya begitu kurus seperti kekurangan gizi. Pakaian dan rambutnya tampak kumal tak terusrus. Tiba-tiba jaka Someh teringat dengan anaknya, si Jalu. Hatinya pun menjadi iba kepada bocah itu.
Wajah bocah itu nampak babak belur dipukuli para preman pasar. Sebenarnya banyak warga yang merasa iba dengan kondisi anak itu, namun apa daya mereka juga takut dengan para preman pasar.
Bocah itu berkali-kali meminta ampun kepada Sarmin, preman yang telah menangkapnya. Dia juga meminta maaf kepada Pak Juhadi pemilik warung makanan yang telah dia curi.
“Ampun...ampun...Pak...Maafkan Saya...Saya berjanji tidak akan mencuri lagi...saya mencuri juga karena terpaksa...Saya Mohon ampun...tolong Pak...Lepaskan saya...Kasihani Saya...
Salah satu anak buah Sarmin terlihat kesal mendengar rengekan si bocah, dia pun langsung menjorokan kepala si bocah. Bocah itu langsung tersungkur dan jatuh ke tanah, tangisannya bertambah keras. Namun dia segera bangun lagi dan berlutut di hadapan Sarmin
“Ampun pak...tolong ampuni saya...tolong jangan pukuli saya lagi...”.
Melihat kondisi bocah itu, Jaka Someh semakin merasa iba, dia pun berniat untuk menolong anak itu.
Ketika salah satu anak buah Sarmin akan kembali menghajar anak itu, Jaka Someh langsung berteriak kepadanya
“Tahan...tahan pak, jangan sakiti anak itu lagi...”
Abah sarmin dan anak buahnya langsung menoleh ke arah Jaka Someh, secara bersamaan mereka berkata
 “Kamu siapa? Mau jadi jagoan rupanya kamu? Berani-berani melarang kami menyiksa anak ini... jangan-jangan kamu komplotannya anak ini ya?”.
Jaka Someh yang mendengar bentakan kedua orang itu, berusaha untuk tetap tenang. Dia berusaha menenangkan Abah sarmin dan anak buahnya
“Tenang pak, saya minta maaf telah mencampuri urusan ini, saya bukan komplotan anak ini, bahkan saya tidak kenal dengan anak ini, Saya hanya tidak tega saja, kebetulan Saya juga punya anak”.
Abah Sarmin yang masih belum bisa menerima campur tangan jaka someh, berkata dengan kasar
“Kamu tahu tidak, anak itu sudah mencuri di warungnya pak Juhadi, saya tidak terima kalau ada orang yang berbuat onar di pasar ini, saya kepala keamanan di pasar ini...”
Abah Sarmin dengan bangga menyebutkan dirinya sebagai kepala keamanan pasar.
Jaka Someh yang tidak ingin terlibat keributan dengan Abah sarmin dan teman-temannya, berusaha mencari cara
“Tenang pak, sekali lagi saya minta maaf, tidak ada maksud saya untuk melawan bapak, apalagi berani berbuat masalah di pasar ini, namun biarlah saya mengganti kerugian yang diakibatkan oleh anak ini, kebetulan saya masih ada sedikit uang simpanan...”.
Abah sarmin yang melihat Jaka Someh berkata sopan dan hormat kepadanya, menjadi melunak “Ya sudah, kalau kamu mau mengganti kerugiannya, kamu silahkan bertanya sendiri kepada pak Johadi
Jaka Someh berkata kepada Pak Johadi
“Bapak, Mohon maafkan Anak ini, Biar semua kerugiannya Saya yang menanggung...”
Pak Johadi menganggukan kepalanya kepada Jaka Someh
 “Iya Kang, Terima kasih... harganya cuma 1 kepeng saja”.
Jaka Someh yang mendengar jawaban dari pak Johadi, langsung mengeluarkan uang simpanannya yang ada di kantung dalam bajunya. Diapun mengambil 2 kepeng, dan langsung diberikan ke abah sarmin dan Pak Johadi. Masing-masing 1 kepeng.
“Ini pak, mudah-mudahan ini cukup untuk mengganti semua kerugian yang disebabkan oleh anak ini”.
Abah Sarmin merasa senang menerima uang dari jaka Someh dan langsung tersenyum. Dia berkata kepada Jaka Someh
“Nah...kalau begini kan enak...tidak perlu saya menghajar anak ingusan itu lagi...”
Abah Sarmin kemudian berkata kepada warga yang masih berkerumun di tempat itu 
“Hey...sudah...bubar....bubar...”
Para warga langsung membubarkan diri, mereka khawatir dimarahi oleh Abah Sarmin yang sangar.
Setelah warga bubar, Abah Sarmin berkata kepada Jaka Someh
 “Ya sudah, kang. Anak ini saya serahkan ke akang, terserah akang mau apakan...saya sudah tidak peduli...”.
Setelah itu, Abah Sarmin dan anak buahnya meninggalkan Jaka Someh dan anak itu.
Setelah semuanya pergi, Jaka Someh segera menolong bocah itu, dia membopongnya menuju gerobak sapi. Anak itu mengucapkan terima kasih kepada Jaka Someh
“Terima Kasih, paman...telah menolong saya”.
Jaka Someh terkejut mendengar anak itu meneyebutnya dengan kata paman bukan dengan kata Mamang atau Akang.
Dari bahasa yang digunakan anak itu, Jaka Someh menyangka bahwa anak memiliki pendidikan yang baik, karena menggunakan tata bahasa seperti layaknya para bangsawan.
Jaka Someh heran kenapa anak itu sampai berani mencuri makanan yang nilainya tidak seberapa, namun untuk sementara waktu dia simpan rasa penasarannya tersebut.
Jaka Someh tersenyum kepada anak itu dan menganggukan kepala
 “Iya, sama-sama, adik”.
Sebelum sampai digerobak, Jaka someh menoleh kepada anak itu, dan berkata
“Adik lapar ya? Tunggu sebentar, kita makan dahulu di sana ya?”
Jaka someh menunjuk ke salah satu kedai makanan yang nampak  sepi dari pengunjung. Anak itu menjawab Jaka Someh
“Tidak usah paman, sebenarnya saya mencuri makanan itu bukan untuk saya, tapi...”.
Anak itu agak sedikit ragu untuk meneruskan perkataannya, Jaka someh kemudian berusaha untuk menebaknya
“Apakah... buat orang tua kamu ya adik?”
Anak itu menggelengkan kepala, sambil berkata
“Bukan, paman, tapi....tapi buat adik saya yang sedang sakit...sudah beberapa hari kami tidak makan”.
Jaka Someh agak terkejut, dia heran dan sekaligus merasa kasihan dengan anak itu “Memangnya orang tua kamu dimana adik?”
Anak itu nampak sedih, setelah beberapa saat, baru dia menjawab pertanyaan Jaka Someh 
“Rama saya sudah meninggal, Paman. Kalau ibunda entah ada dimana? Kami terpisah ketika terjadi kerusuhan di rumah kami, Rama meninggal di bunuh oleh segerombolan penjahat, saya dan adik diculik oleh mereka. Sedangkan Bunda dan beberapa anggota keluarga lainnya, berhasil lari untuk menyelamatkan diri...”
Jaka Someh semakin bertambah rasa ibanya, dia sedih dengan nasib yang di alami anak itu, kemudian bertanya
“Lo...Terus adik koq bisa sampai ada di sini, apakah kamu berhasil kabur dari mereka?”
Anak itu sedikit menghela nafas
“Sebenarnya saya dan adik, dilepaskan oleh pemimpin gerombolan itu, ternyata dia tidak tahu kalau kami di culik oleh anak buahnya, kami di titipkan ke warga yang ditemui di jalan, pemimpin itu meminta warga itu mengantarkan kami kembali ke rumah, bahkan dia memberikan kami uang, untuk bekal perjalanan pulang, namun sayangnya warga itu ternyata tidak amanah, dia meninggalkan kami di sini, bahkan uang kami pun di ambilnya...”.
Jaka Someh menjadi terharu mendengar cerita anak itu,
“Ya sudah, nanti paman akan antarkan kamu dan adikmu kembali kerumah...sekarang kita temui adikmu dulu, katanya sedang sakit...”
Anak itu mengiyakan Jaka Someh
“Iya paman, mari...”
 Sebelum berangkat, jaka Someh menyempatkan membeli makanan untuk mereka bertiga. Setelah itu dia mempersilahkan anak itu naik ke atas gerobak sapi
“Ayo dik, naik...oh ya nama kamu siapa? He...he...dari tadi kita mengobrol tapi belum saling kenal...Nama paman adalah Jaka Someh...kamu boleh memanggil saya dengan Paman Jaka atau Paman Someh....terserah adik, mau memanggil apa...”
Anak itu balas memperkenalkan dirinya kepada jaka Someh
“Nama saya Purba Anom, paman, kalau adik saya bernama Dewi Intan...”.
Jaka Someh tersenyum kepada Purba Anom, kemudian mereka berangkat menuju tempat Dewi Intan.
Tak lama kemudian, mereka sampai di suatu tempat, berupa bangunan tua yang kosong. Purba Anom langsung masuk ke dalam bangunan itu dan diikuti oleh Jaka Someh. Di sana ada Dewi Intan sedang menggigil karena demam yang sedang di deritanya. Wajahnya pucat dan layu. Tubuh Dewi Intan juga terlihat kurus karena kurang asupan makanan. Jaka Someh, langsung memegang kening Dewi Intan untuk memeriksa kondisi, lalu dia berkata kepada Purba Anom
“Tubuhnya panas, adikmu sepertinya sedang mengalami demam, biar paman buatkan obat dahulu... kamu jaga adikmu dulu ya...”
Jaka Someh kemudian pergi ke gerobak sapinya untuk mengambil kotak obat. Dia mengambil beberapa lembar daun meniran dan daun dewa, kemudian dia meraciknya, dan meminumkannya ke Dewi Intan.
Dengan telaten, dia mengompres kening Dewi Intan, untuk menurunkan suhu tubuh yang sudah tinggi. Setelah kondisi Dewi Intan sudah mulai stabil, Jaka Someh menyuruh Purba Anom untuk makan
“Paman sampai lupa, kamu belum makan, sekarang kamu makan dulu ya...biar tidak sakit seperti adikmu...”
Purba Anom yang sudah lapar semenjak tadi pun langsung melahap makanannya. Jaka Someh hanya melihatnya, dalam hati dia bersyukur bisa menolong kedua kakak beradik itu.
Keesokan hari, tubuh dewi Intan sudah mulai stabil, panas tubuhnya sudah normal kembali. Dia melihat ke arah Jaka Someh, lalu bertanya
Paman, siapa?”.
Jaka Someh tersenyum melihat Dewi Intan sudah mulai sembuh, ada perasaan senang melihat usahanya berhasil,
Jaka Someh menjawab pertanyaan Dewi Intan
“Nama paman adalah Jaka Someh, adik cantik...”
Purba Anom yang sudah bangun pun ikut nimbrung, kemudian bercerita kepada adiknya, menceritakan pengalamannya bertemu dengan Jaka Someh. Dewi Intan tersenyum kepada Jaka Someh, lalu dia berkata
“Terima kasih paman, sudah menolong kami...”
Jaka Someh menganggukan kepalanya dan tersenyum
“Iya, cantik...sama-sama”.
Setelah itu Jaka Someh membuatkan bubur untuk Dewi Intan, dan meminta Purba Anom untuk menyuapi adiknya.
Setelah tiga hari, kesehatan Dewi Intan sudah benar-benar pulih, dia sudah bisa bercengkrama dengan kakaknya, Purba Anom.
Jaka Someh senang bisa melihat kedua kakak beradik itu sudah kembali bersukaria. Dia tersenyum. Hatinya sedikit terobati setelah melihat kedua bocah itu. Perasaan hampa karena kehilangan istri tercinta sedikit terhibur oleh keberadaan anak-anak itu.
Hari itu Jaka Someh mengajak Purba Anom untuk menangkap ikan di sungai yang letaknya tidak jauh dari bangunan tua. Purba Anom merasa gembira mendapat ajakan Jaka Someh. Setelah membuat tombak dari kayu, mereka segera berangkat ke arah sungai. Sedangkan dewi Intan menunggu di dalam bangunan tua.
Di Sungai, Jaka Someh mengajarkan Purba Anom beberapa teknik untuk menombak. Purba Anom senang mendapat pelajaran berburu dari jaka someh.
Jaka Someh dengan mahirnya menombak beberapa ikan yang berukuran besar. Setelah merasa cukup dengan hasil tangkapannya, mereka kembali pulang ke bangunan tua. Mereka membersihkan ikan-ikan dan memanggangnya dalam perapian.
Hari itu mereka berpesta makan ikan bakar.
Setelah satu minggu, Jaka Someh berniat untuk mengantarkan Purba anom dan adiknya kembali ke rumah mereka yang berada di wilayah Galuh, Jaka Someh berkata kepada Purba Anom dan Dewi Intan
“Besok pagi, paman akan antarkan kalian, untuk pulang ke rumah..., sekarang kalian istirahat yang banyak”.
Purba Anom dan Dewi Intan merasa senang mendengar perkataan Jaka Someh, mereka sudah rindu dengan kedua orang tua mereka, meskipun tahu bahwa ayahanda mereka sudah meninggal.
Teringat dengan ayahnya yang sudah meninggal, Purba Anom kembali menjadi sedih, Jaka Someh yang melihat perubahan di wajah Purba Anom bertanya
“Kenapa Purba, koq kelihatan sedih?”.
Purba Anom menjawab pertanyaan Jaka Someh
“Saya teringat dengan Rama saya, paman. Beliau tewas terbunuh oleh pendekar tua yang sangat sakti, bahkan beliau mati dihadapan saya”.
Jaka Someh berusaha menghibur Purba Anom dan Dewi Intan
“Sabar ya, paman tahu kalian tentunya merasa sedih dengan kematian ayah kalian...tapi kalian harus ikhlas...karena semuanya sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha Kuasa...semuanya pasti ada hikmahnya...tapi kalian masih bisa bersyukur karena masih punya Bunda yang merawat kalian”.
Purba Anom tersenyum mendengar nasehat jaka Someh, meskipun hatinya masih sedih
“Iya, paman, saya sudah ikhlas koq...!”
Jaka Someh berangkat mengantar kedua bocah itu kembali ke rumahnya yang ada di wilayah bekas kerajaan Galuh.
Lima harian mereka berjalan dengan menggunakan gerobak sapi, akhirnya mereka sampai juga di perbatasan wilayah galuh.
Ada yang berbeda dengan keadaan Galuh pada waktu itu. Tempat itu sudah dikuasai oleh gerombolan Ki Jabrik.
Bahkan Ki Tapa, telah menjadikan tempat kediaman Purba anom sebagai markas mereka. Banyak Masyarakat yang menderita akibat perbuatan mereka. Sebagian ada yang di bunuh sedangkan yang masih hidup, hidup dalam ketakutan. Mereka harus memberikan upeti yang besar kepada Ki Tapa dan anak buahnya.
Ketika gerobak Jaka someh memasuki wilayah perbatasan galuh, mereka langsung di hadang oleh anak buah Ki Tapa.
Ada 20 orang bersenjatakan golok yang siap mengancam mereka. Jaka someh masih kelihatan tenang, sedangkan purba anom dan dewi intan merasa sangat ketakutan. Purba anom berkata kepada jaka someh dengan suara bergetar ketakutan,
“Paman, bagaimana ini...? Lebih baik kita menyerah saja, daripada di bunuh mereka...”
Jaka Someh menenangkan Purba Anom
“Tenang, purba. Biar paman atasi masalah ini...”
Jaka Someh turun dari gerobaknya, dan tersenyum ramah kepada mereka
Maaf akang-akang, ada apa ini...? Kami hanya mau numpang lewat...Semoga akang semua berkenan mengijinkan kami...”
Salah seorang yang paling sangar membentak kepada Jaka Someh
Hey Kamu....Kalau kamu mau lewat sini, kamu harus bayar upeti kepada kami”.
 Jaka Someh kemudian bertanya kepada orang itu
Maaf akang, saya tidak tahu kalau ada peraturan seperti itu, berapa saya harus membayar kepada akang?”.
Lelaki itu pun menjawab pertanyaan Jaka Someh
“Kamu bayar dengan semua barang yang kamu miliki, termasuk sapi, dan semua harta benda yang ada di gerobak itu...”
Jaka Someh tertawa mendengar perkataan lelaki itu
“He...he...Akang ini bercanda...tidak bisa atuh akang, kalau saya serahkan gerobak ini, terus kami harus naik apa atuh, lagian ini kan jalan umum...tidak ada peraturannya kalau kami harus membayar...”.
Mendengar Jaka Someh tertawa dan menolak memberikan harta bendanya, mereka tertawa, kemudian membentak jaka Someh
“Ha...ha...dungu, apakah kamu mencari mati...! Apakah kamu tidak tahu siapa kami? Kami adalah anggota dari gerombolan Ki Jabrik yang kejam dan paling ditakuti di wilayah ini...” Purba Anom dan dewi Intan bertambah pucat wajahnya. Mereka takut mendengar ancaman anak buah Ki Tapa.
Jaka Someh yang mendengar ancaman mereka, bukannya takut, justru  tertawa dan meledek mereka
“He...he...akang ini bisa saja. Jangan cepat marah begitu atuh kang, nanti bisa cepat mati...kang...”
Lelaki itu menjadi emosi karena diremehkan oleh jaka someh. Dia berteriak keras dan bersiap membunuh Jaka Someh
“Kurang ajar, sudah bosan hidup rupanya kamu ini, baiklah.. saya kirim kamu ke neraka, rasakan nih...golok saya...”.
Tanpa banyak kata-kata mereka langsung menyerang Jaka Someh yang masih berdiri dengan tenang. Purba Anom tak tega kalau melihat Jaka Someh terbunuh, dia  langsung memejamkan matanya.
Di serang oleh anak buah Ki Tapa yang berjumlah 20 orang dengan bersenjata golok, Jaka Someh justru berjalan ke depan dengan santai. Ketika salah satu golok sudah hampir sampai ke lehernya, dia menyambutnya dengan tangkisan kilat ke arah pergelangan tangan lawannya. 
Prak...!!! Suara benturan keras antara pergelangan tangan Jaka Someh yang mengadu dengan pergelangan tangan anak buah Ki tapa terdengar begitu keras, yang di susul suara kesakitan dari anak buah Ki tapa yang tulang tangannya telah patah,
“Waaw, aduuh...”

Goloknya terjatuh, dan langsung di ambil oleh Jaka someh dengan cepatnya, kemudian golok itu langsung di babatkan ke beberapa anak buah ki Tapa yang lainnya, yang berada dekat dengan Jaka Someh. Breet...!!. Darah pun bercucuran dari paha dan tangan mereka. Ada 6 orang yang terkena sabetan golok Jaka Someh. Jaka Someh memang tidak berniat membunuh mereka, hanya melukai dan melumpuhkan lawannya saja.

Betapa kaget lelaki yang sangar tadi, yaitu lelaki yang pertama kali sesumbar mengancam Jaka Someh. Dia tidak menyangka kalau Jaka someh dapat mencelakai teman-temannya dengan sangat mudah dan cepat. Belum habis rasa kagetnya terhadap kemampuan silat jaka Someh yang lihay, diapun langsung berteriak dengan kerasnya, terkena pukulan Jaka Someh yang kilat. Kecepatan gerak Jaka Someh tak mampu dia ikuti.

Orang itu pun langsung terkapar, diikuti oleh 7 orang lainnya yang ikut ambruk terkena sabetan dan pukulan Jaka Someh. Mereka semuanya pingsan.

Tinggal sisa Lima orang dari anak buah Ki tapa yang masih sadar. Mereka tampak tertegun, hati mereka tiba-tiba menjadi ciut, keringat dingin nampak keluar dari kening dan leher mereka, kaki merekapun nampak gemetaran. Mereka merasa ketakutan yang luar biasa, setelah melihat kemampuan Jaka Someh yang hebat, baru pertama kali inilah mereka melihat orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam ilmu silat. 

Salah satu dari mereka berlutut di hadapan Jaka Someh meminta ampun

“Ampun...ampun...tuan pendekar...tolong ampuni saya”.

Jaka Someh yang melihat orang itu sudah meminta ampun, langsung memeganginya

“Sudah...sudah...kang, bangun. Saya sudah mengampuni akang, silahkan berdiri. Akang boleh pergi, sekarang “.

Lelaki itu pun langsung mengucapkan terima kasih kepada jaka Someh yang sudah melepaskannya

“Terima kasih tuan pendekar...saya mohon maaf telah mengganggu tuan...”

Lelaki itu langsung lari menjauh dari jaka Someh, diikuti oleh 4 orang temannya yang lain. Setelah mereka pergi, jaka Someh kembali ke gerobak sapinya.

Betapa terkejutnya Purba Anom dan Dewi Intan setelah mengetahui bahwa Jaka Someh adalah seorang pendekar hebat yang telah mengalahkan anak buah Ki Tapa dengan sangat mudahnya.

Dewi Intan yang pertama berbicara ke Jaka Someh

“Hebat....paman someh, paman benar-benar hebat...saya bangga punya paman seorang pendekar hebat...”

 Jaka Someh hanya tersenyum mendengar pujian Dewi Intan. Purba anom masih belum berkata apa-apa, dia benar-benar merasa shock melihat pertarungan Jaka Someh melawan anak buah Ki Tapa tadi. Setelah jiwanya sudah mulai stabil, dia berkata kepada Jaka Someh

Paman someh, kenapa tidak bilang kalau paman adalah seorang pendekar...saya benar-benar tidak menyangka kalau paman ternyata seorang pendekar, tolong ajari saya ilmu silat paman...”.

Jaka Someh tersenyum kepada Purba Anom

“Iya, Insya Allah nanti paman ajari kalian dengan ilmu silat yang pernah paman pelajari”.

Dewi Intan pun bersorak mendengar perkataan jaka Someh

“Hore..., terima kasih, paman someh...”.

 Jaka Someh hanya menganggukan kepala. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah peninggalan ayah Purba anom.

Ketika sampai di depan gerbang kediaman keluarga Purba Anom yang nampak megah, tiba-tiba ada suara orang berteriak begitu keras dari dalam pendapa rumah

“Aki...Ki Tapa...itu...itu dia...Orang yang telah mengalahkan Ki Darba dan yang lainnya...cepat Ki...”

Ternyata orang yang berteriak itu adalah salah satu anak buah Ki Tapa yang tadi ikut lari dari Jaka Someh. Tak lama kemudian, keluarlah seorang lelaki tua yang badannya begitu gempal dan kekar, berpakaian pangsi serba hitam. Lelaki itu meski sudah tua namun gerakannya masih terlihat gesit dan berbobot, dia lah Ki tapa salah satu pendekar aliran hitam yang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. Sang Jawara Pilih Tanding. Dia berjalan dengan gagahnya menyambut Jaka Someh

“Ha...ha...tidak perlu susah-susah mencari...kamu malah datang menuju kuburanmu sendiri”. Jaka Someh tertawa ringan sambil memandang Ki Tapa, kemudian mengejek Ki tapa untuk memainkan emosinya

“He...he...ini rupanya kakek tua yang bernama Ki Tapa, sudah peot dan ubanan tapi masih merasa sok jagoan...”.

Ki Tapa yang merasa di remehkan Jaka Someh langsung berubah mukanya menjadi merah padam karena sangat marah

Kurang ajar kamu bocah...sudah bosan hidup rupanya kamu ini...baru bisa beberapa jurus saja sudah belagu”.

Jaka someh mendengar ucapan Ki Tapa hanya membalasnya dengan tersenyum, dalam hati dia berkata

Ini rupanya salah satu jagoannya Ki jabrik yang telah meluluh lantakan perguruan Pusaka Karuhun, perguruan ayahnya Dewi Sekar...saya harus hati-hati menghadapinya”.

Ki Tapa yang melihat Jaka Someh telah berdiri dihadapannya dengan sikap yang tenang, berkata dalam hatinya

“Siapa orang ini...sikapnya nampak tenang...sepertinya dia bukan pendekar sembarangan...Saya menjadi penasaran...”

Beberapa anak buah Ki Tapa segera mengepung Jaka Someh. Setelah Ki Tapa memberi aba-aba mereka segera menyerang Jaka Someh dengan berbagai senjata yang ada ditangannya   masing-masing.

Mendapat serangan dari berbagai arah, Jaka Someh hanya egos dan menghindar secukupnya, kemudian dia membalas dengan pukulan ringan dan jurus kepretan. Meskipun pukulannya nampak pelan, namun tak ayal membuat beberapa anak buah Ki Tapa langsung berjatuhan. Ada yang memegang perut, kepala dan dada mereka.

Beberapa yang lain juga di robohkan Jaka Someh dengan menggunakan jurus tarikan dan dorongan.

Melihat anak buahnya dengan mudah dirobohkan oleh jaka someh, Ki Tapa langsung melompat dan menyerang lawannya dengan jurus pukulan, ke arah kepala Jaka Someh. Mendapat serangan cepat dari Ki Tapa, jaka Someh berusaha menghindar dengan cara merundukan kepalanya.

Setelah serangannya berhasil di hindari oleh jaka Someh, Ki Tapa langsung melanjutkan serangan mautnya dengan jurus-jurus andalannya. Serangannya begitu gencar dan dahsyat, sampai-sampai tembok batu yang ada di gapura halaman rumah juga ikut hancur terkena serangan Ki Tapa. Terdapat hawa panas dalam jurus-jurus yang dilancarkan Ki Tapa, menandakan jurusnya tersebut mengandung tenaga dalam yang tinggi. Melihat kekuatan Ki Tapa yang hebat jaka Someh langsung berlari ke arah lapangan luas yang ada di dekat rumah keluarga Purba Anom, untuk menghindari kerusakan bangunan yang lebih parah lagi.

Ki Tapa langsung mengikuti Jaka Someh ke tempat lapang tersebut. Mereka saling berhadapan di tanah lapang, dan segera melanjutkan pertarungan.

Ki Tapa menyerang Jaka Someh dengan jurus-jurusnya yang cepat dan kuat. Meskipun serangan Ki tapa begitu cepat dan kuat, namun Jaka Someh tidak merasa kewalahan sedikitpun juga menghadapi serangan-serangan tersebut, bahkan terkesan meledek dengan melakukan berbagai gerakan yang nampak ringan. Beberapa pohon yang berada di sekitar lapangan banyak yang roboh terkena serangan Ki Tapa. Suasananya tampak begitu kacau balau terkena serangan kuat dari Ki Tapa.

Setelah sekian lama Ki tapa melancarkan jurus-jurus mautnya, Jaka Someh masih tetap dapat berdiri dengan gagahnya. Tak sedikitpun rasa lelah nampak di wajahnya. Sedangkan Ki Tapa terlihat sudah merasa payah akibat tenaganya yang terkuras dalam pertarungan, nafasnya sudah terlihat ngos-ngosan.

Merasa putus asa karena belum mampu merobohkan Jaka Someh, Ki Tapa segera mengambil ancang-ancang untuk menggunakan jurus pamungkasnya, jurus naga geni. Dia langsung memejamkan mata sambil bibirnya berkomat kamit merapalkan mantra-mantra.

Jaka Someh yang melihat sikap Ki Tapa seperti itu, mulai mengatur pernafasannya, dia pun menggunakan jurus barunya, jurus ilalang melawan badai.  Jaka Someh memanjatkan doa kepada yang maha Kuasa untuk memohon perlindungan dari segala marabahaya

“Bismillahi tawakaltu alallahu, la haula wala quwwata illa billah...”.

Sesaat kemudian, Ki Tapa langsung menyerang dengan melompat ke arah jaka Someh menggunakan kedua telapak tangannya mengarah ke tubuh Jaka Someh, hawa panas langsung menerpa jaka Someh. Namun hawa panas itu mampu di serap oleh jaka Someh dan di salurkan ke dalam bumi. Tiba-tiba kedua tangan Ki Tapa di tangkap oleh jaka Someh dan langsung di banting dengan keras. Bantingannya begitu keras dan dahsyat, Ki Tapa langsung ambruk ke tanah dengan kerasnya, badannya terasa remuk. Dia merasakan payah yang amat sangat.

Meskipun sudah merasa payah, Ki tapa masih tetap berusaha untuk bangkit lagi. Namun upayanya gagal, dia kembali ambruk. Rupanya beberapa sarafnya telah mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga mengalami kelumpuhan. Hatinya mulai berputus asa. Tak menyangka dia dapat dikalahkan oleh Jaka Someh dengan mudahnya. Tubuhnya sekarang terasa remuk dan lemah. Hanya tangannya saja yang masih mampu dia gerakan.

“Kamu...”

Ki Tapa menunjuk ke arah Jaka Someh

“Sudah Ki Tapa, kita sudahi pertarungan ini, Bertaubatlah Ki Tapa, jangan berbuat kejahatan lagi...” Kata Jaka Someh

“Kamu...dasar bajingan, tak sudi saya takluk kepada bocah ingusan seperti kamu lebih baik saya mati dengan tangan saya sendiri....”

Sesaat setelah dia menolak ajakan ajakan Jaka Someh untuk bertaubat, Ki Tapa langsung memukul kepala nya dengan tangannya sendiri. Tangan yang sudah di isi oleh tenaga dalam yang hebat.

‘Prak’ dari kepalanya keluar darah segar. Ki Tapa sempat mengalami sekaratul maut sebelum akhirnya tewas di tangannya sendiri. Matanya masih melotot memandang ke arah Jaka Someh.

Jaka Someh hanya mampu menggelengkan kepalanya, menyesali kematian sia-sia Ki Tapa yang bunuh diri karena tak sudi dikalahkan olehnya. Sifat sombong dan kerasnya hati telah membutakannya dari mensyukuri nikmat kehidupan yang telah di anugrahkan oleh yang maha kuasa. Kebodohannya telah membuat jiwanya berputus asa. Putus asa dari Rahmat Tuhan Seluruh Alam. Dia tidak tahu, bahwa setelah mati bakal ada kehidupan yang lain. Kehidupan untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia.

Melihat Ki Tapa sudah tewas, anak buahnya pun langsung berlarian kabur meninggalkan tempat itu, takut menjadi korban kemarahan jaka Someh. Jaka Someh membiarkan mereka untuk berlarian.

Purba Anom dan Dewi Intan merasa senang melihat Jaka Someh telah berhasil mengalahkan Ki Tapa, mereka langsung memeluk Jaka Someh.

Setelah keadaan sudah menjadi normal Jaka Someh bersama Purba Anom dan Dewi Intan masuk ke dalam rumah yang sudah di tinggalkan oleh anak buah Ki tapa.

Purba Anom merasa sedih melihat kondisi rumahnya yang sudah kosong tidak berpenghuni lagi. Ayahnya sudah meninggal, ibu dan anggota keluarganya yang lain entah ada di mana, apakah masih hidup atau sudah meninggal. Air matanya pun mengalir membasahi pipi. Purba Anom kemudian berkata kepada Jaka someh

“Paman Someh, saya tidak kuasa untuk tinggal di rumah ini lagi, Banyak kenangan indah dan kenangan  pahit yang ada di rumah ini, mungkin lebih baik saya tidak tinggal lagi di rumah ini, saya ingin ikut, kemanapun paman pergi...”.

Jaka Someh ikut merasakan kesedihan Purba Anom dan Dewi Intan, dia langsung merangkul mereka berdua

“Sabar ya, Purba. Paman berharap kamu dapat segera melupakan kenangan pahit yang pernah kalian jumpai saat ayah kalian meninggal di sini, mengenai ibu kalian, paman berharap beliau masih dalam keadaan hidup, nanti coba paman tanyakan ke beberapa penduduk di sini, barangkali saja mereka ada yang tahu keberadaan ibu kalian...sekarang sebaiknya kita tinggalkan saja tempat ini...”.

Purba Anom dan dewi Intan pun mengiyakan Jaka Someh

“Iya, paman. Mari kita pergi dari sini...”

Mereka bertiga pun segera keluar dari rumah itu.

Di luar ternyata banyak sekali warga yang berdatangan ke rumah peninggalan alamarhum Raden Purba Sora. Para warga ternyata sudah tahu bahwa Ki tapa sudah tewas dikalahkan oleh Jaka someh.

Jaka Someh sendiri tidak menyadari ternyata banyak warga yang menyaksikan pertarungannya dengan Ki Tapa, meski menyaksikan dari jarak yang jauh.

Mereka merasa takjub melihat kehebatan dua pendekar pilih tanding yang sedang bertarung. Bagi mereka itu adalah momen yang langka, bisa melihat pertarungan dahsyat dari dua pendekar sakti.

Terlebih lagi setelah melihat jaka Someh dapat mengalahkan Ki tapa yang selama ini telah menghantui mereka. Untuk itulah mereka mendatangi rumah raden Purbasora, untuk menemui Jaka Someh yang telah membebaskan mereka dari Ki tapa dan anak buahnya.

Melihat jaka Someh keluar dari rumah, mereka langsung berebutan menyalami Jaka Someh. Salah satu dari mereka, mengucapkan terima kasih kepada Jaka someh,

“Tuan Pendekar, terima kasih banyak...tuan sudah membebaskan kami dari Ki Tapa dan anak buahnya...saya Jauhari, kepala kampung di sini, mewakili warga di sini, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tuan pendekar”.

Jaka someh merasa geli mendengar dirinya di sanjung dengan sebutan tuan pendekar oleh bapak kepala kampung, dia pun tertawa dan berkata kepada pak jauhari

“Aduh bapak, jangan panggil saya tuan pendekar segala atuh...he...he...nama saya teh Jaka Someh, bapak dan para warga semua dapat memanggil saya, Someh, Omeh atau akang saja, mangga silahkan...he...he...”.

Pak kepala kampung tersenyum ramah kepada jaka Someh

“Baik, euuh...Eehh...Kang, sekali lagi kami mengucapkan terima kasih pada akang...”

Jaka someh merasa kikuk dengan sikap warga yang terlalu menghormatinya

“Iya bapak, sama-sama...”

Para warga juga menyalami raden Purba Anom dan Dewi Intan, mereka gembira setelah tahu bahwa Raden Purba Anom dan dewi Intan ternyata masih hidup dan telah kembali ke rumahnya. Malam itu terpaksa jaka Someh menunda keberangkatannya meninggalkan rumah Raden Purba Sora, karena para warga melakukan syukuran setelah terbebas dari cengkraman Ki Tapa. Mereka memasak berbagai makanan yang enak-enak untuk menghormat Jaka Someh dan Purba Anom.

Keesokan hari Jaka Someh berpamitan kepada kepala kampung dan para warga lainnya untuk melanjutkan perjalanan, Raden Purba Anom dan Dewi Intan juga ikut bersamanya.

Di tengah perjalanan, Dewi Intan bertanya kepada Jaka Someh

“Paman Someh, kita mau kemana?”

Jaka Someh terdiam mendengar pertanyaan dari Dewi Intan, dia sebenarnya juga bingung karena belum punya bayangan tempat yang akan dituju. Sebelum bertemu Purbasora dan dewi intan, jaka Someh tak begitu merisaukan perjalanannya, kemanapun dia melangkah, maka itulah tujuannnya. Tapi sekarang dia membawa Purba Anom dan dewi Intan yang kini menjadi tanggung jawabnya. Tidak mungkin rasanya dia menghabiskan hidup mereka dengan perjalanan yang tak memiliki arah tujuan. Jaka Someh ingin kedua anak itu memiliki masa depan yang baik, mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang jelas, hidup bahagia dan terhormat. Terlintas dalam benaknya untuk menitipkan kedua anak itu di perguruan Ki Buyut Putih, Namun segera dia urungkan karena teringat kepada almarhum istrinya, Dewi Sekar. Rindu pun menyesak dalam dadanya.

Jaka Someh juga teringat kepada mertua yang telah mengusirnya. Sedih rasanya kalau harus kembali ke sana. Namun masalahnya dia sekarang harus mengurusi Purba Anom dan Dewi Intan. Jaka Someh menjadi bingung untuk memtuskan. Kemudian bertanya kepada Dewi Intan dan Purba Anom

“Kalau kalian paman titipkan di perguruannya eyang Buyut Putih bagaimana? Kalian bisa belajar silat ke eyang Buyut Putih yang namanya sudah sangat terkenal, beliau adalah pendekar yang hebat dan baik hati...”

Purba Anom menjawab pertanyaan Jaka someh dengan pertanyaan juga

“Apakah paman juga akan tinggal di sana?”

Jaka Someh menggelengkan kepalanya

“Sepertinya paman tidak bisa tinggal di sana, Purba...”.

Mendengar jawaban jaka Someh yang tidak menggembirakan, Purba Anom berkata kepada Jaka Someh

“Kalau begitu kami tidak mau tinggal di sana, lebih baik kami tinggal bersama paman...kemana pun paman pergi”.

Jaka Someh bertambah bingung setelah mendengar jawaban Purba Anom yang tegas, kemudian Jaka Someh bertanya lagi kepada Purba Anom

“Kalau kalian paman ajak untuk bercocok tanam bagaimana?”.

Giliran Purba Anom yang bingung menjawab pertanyaan Jaka Someh, dalam benaknya dia ingin hidup bersama Jaka Someh, karena ingin mendapat pelajaran silat darinya, bukan untuk menjadi seorang petani. Dewi Intan yang kemudian menjawab pertanyaan jaka Someh

“Iya paman tdak apa-apa, tapi Paman tetap ajari kami dengan ilmu silat ya...!”.

Jaka Someh menganggukan kepalanya

“Iya, Dewi Intan, Insya Allah...”.

Mendengar Jaka Someh sudah berjanji untuk mengajari ilmu silat, Purba Anom pun berkata “Iya paman, tidak apa-apa, saya bersedia untuk menjadi petani...”.

 Setelah mendengar jawaban mereka, Jaka Someh merasa senang. Sudah tak ragu lagi dia akan mengajak Purba Anom dan Dewi Intan ke bukit Tandus yang dulu pernah di singgahi bersama Dewi Sekar.

Ada rasa penasaran yang cukup besar dalam dirinya untuk mengolah bukit tandus tersebut, agar kembali menjadi bukit yang hijau dan indah. Selain itu, Jaka Someh juga menganggap bahwa bukit tersebut sangat cocok untuk dijadikan tempat latihan Purba Anom dan Dewi Intan. 

Setelah menetapkan tempat tujuannya, Jaka Someh segera menjalankan gerobaknya ke arah bukit tandus yang pernah di datanginya bersama Dewi Sekar.

Setelah berjalan berhari-hari, akhirnya mereka sampai di bukit itu. Saat  itu hari sudah sore.

 Jaka Someh berkata kepada Purba Anom dan dewi Intan

“Nah, disinilah kita akan tinggal, dan berccok tanam, di tempat ini juga paman akan melatih kalian...”

Purba Anom dan Dewi Intan merasa heran dengan ucapan Jaka Someh, Purba Anom bertanya kepada Jaka Someh

“Hah...Paman, apakah kita akan tinggal di bukit tandus seperti ini? Apakah tidak salah? Bagaimana bisa kita bercocok tanam di tempat seperti ini? Kenapa kita tidak tinggal di perkampungan saja paman, lebih nyaman dan aman”.

Jaka someh tertawa mendengar keheranan Purba Anom

“he...he...Iya Anom, paman ingin mencoba mengubah bukit tandus ini agar bisa hijau dan indah kembali...hati paman merasa tertantang, memang ini bukan pekerjaan yang ringan...tentunya akan membutuhkan usaha yang besar, namun kalau kita berhasil dapat mengelola bukit ini, Insya Allah akan mendapat ganjaran yang setimpal juga, makanya paman memutuskan untuk tinggal di atas bukit ini daripada di perkampungan, supaya konsentrasi kita tidak terganggu dalam mengelola bukit ini”. 

Meskipun tidak yakin dengan ucapan Jaka Someh, Purba Anom tetap mengiyakan keinginan Jaka Someh

Ya sudahlah paman, terserah paman saja, kami akan ikut...”.

Jaka Someh tersenyum melihat Purba Anom dan Dewi Intan yang masih terheran-heran dengan niatnya, dia pun berkata kepada mereka

“Oke, untuk sementara waktu kita akan bermalam di sini, di atas gerobak sapi ini, besok kita akan membuat pondok bambu sederhana di atas bukit...sekarang kalian beristirahat dahulu...”.

Keesokan harinya, Jaka someh pergi bersama Purba Anom ke hutan bambu yang berada di seberang kampung. Jaka Someh menebang beberapa pohon bambu yang berukuran sedang sampai besar. Kemudian membawa bambu-bambu tersebut ke atas bukit.

Purba Anom ikut membantu mengangkat beberapa potong bambu. Setelah sampai di bukit, bambu-bambu itu di kumpulkan dalam satu tempat. Banyak sekali pohon bambu yang dikumpulkan oleh Jaka Someh, sehingga Purba Anom merasa heran

“Paman, kenapa bambunya banyak sekali? Memangnya paman akan membangun pondok sebesar apa?”

Jaka Someh tertawa mendengar pertanyaan dari Purba Anom

“He...he... pondoknya sih tidak besar, hanya saja Paman ingin membuat saluran air untuk mengairi lahan kita nanti, nah paman akan mencoba menyalurkan air dari atas bukit hijau sana ke bukit ini...

Jaka Someh menunjuk ke arah bukit yang masih nampak hijau yang berada sekitar 2 km-an dari bukit tandusnya.

“Ha...!!”

Purba anom bertambah heran dengan rencana Jaka Someh

“Paman akan mengalirkan air dari bukit hijau itu ke bukit ini dengan menggunakan pohon-pohon bamboo ini?”

Jaka Someh tersenyum

“Ya, Purba Anom...makanya paman akan membutuhkan banyak pohon bambu...kalau sekarang sih masih kurang rasanya...nanti...besok, setelah pondok kita selesai, kita akan mengmpulkan lagi pohon bambunya...” 

Setelah berkata begitu, Jaka Someh segera membuat sebuah pondok sederhana yang terbuat dari pohon bambu. Dengan cekatan dia memotong dan membelah bambu-bambu itu. Setelah selesai membuat kerangka pondok diapun segera membelah beberapa bambu yang lainnya, untuk dijadikan bahan untuk bale-bale dan dinding bilik. 

Purba Anom dan Dewi Intan merasa takjub melihat Jaka Someh yang begitu terampil dan cekatan membuat pondok bambu untuk tempat tinggal mereka. Hanya dalam satu hari, pondok mereka pun sudah jadi di atas bukit tandus.

Beberapa warga yang sedang berlalu lalang di sekitar bukit, merasa heran dengan yang dilakukan oleh Jaka Someh dan Purba Anom, mereka sempat bertanya kepada Jaka someh, pertanyaan mereka pun nyaris sama satu dengan yang lainnya

“Sedang melakukan apa kang?”

Jaka someh tidak bosan-bosan menjawab pertanyaan para warga yang merasa heran dengan apa yang dilakukannya

“Sedang membuat pondok rumah, mang”

Atau jawaban yang lain

“Sedang membuat pondok, pak”.

Kemudian para warga itu pun bertanya lagi

 “Kenapa membuat pondoknya di atas bukit ini atuh kang? ini bukit kan tandus”.

Jaka Someh pun menerangkan lagi bahwa dia berencana akan mengelola bukit tandus ini agar bisa dijadikan lahan untuk bercocok tanam, dia mengatakan kepada warga bahwa dia akan mencoba menghijaukan kembali bukit tandus tersebut.

Tentu saja sebagian besar warga tersebut mencemoohnya, mereka mengatakan bahwa pekerjaannnya itu akan sia-sia, lebih baik bercocok tanam di tempat lain saja.

Bahkan ada warga yang mengatakan bahwa Jaka Someh adalah seorang yang kurang waras. Meskipun banyak warga mencemoohnya, Jaka Someh tetap meneruskan niatnya untuk mengelola bukit tandus tersebut, tekadnya sudah bulat untuk menjadikan bukit itu kembali hijau. Selesai membangun pondok, keesokan harinya mereka mulai menebangi pohon-pohon bambu lagi. Banyak sekali bambu yang mereka kumpulkan.

Setelah terkumpul banyak, Jaka Someh mulai membuat kolam untuk menampung air.

Dia mencangkuli tanah-tanah yang ada di area perbukitan untuk membuat sengkedan dan kolam yang sangat besar di beberapa tempat di bukit tandus itu.

Selain untuk menampung air sumberan, kolam itu nantinya akan berguna untuk menampung air hujan. Kolam itu di beri dasar pecahan bebatuan dan pasir agar nanti airnya  tetap jernih.

Meskipun airnya belum ada, namun orang-orang sudah bisa menebak bahwa Jaka someh sedang membuat kolam yang besar di bukit itu.

Begitulah kegiatan Jaka Someh beberapa bulan terakhir. Begitu keras usaha yang dia lakukan untuk menghidupkan kembali sebuah bukit yang tandus. Tidak ada yang membantunya kecuali Purba anom dan Dewi Intan saja. Setelah tanah sengkedan, kolam serta saluran-saluran airnya jadi, mereka pun mulai menyusun bambu-bambu untuk menghubungkan sumber air dengan bukit tandusnya itu.

Akhirnya setelah beberapa kali mereka berusaha, berkat keuletan dan sifat pantang menyerah yang di miliki, air pun sudah bisa mengalir menuju bukit tandusnya. Air-air itu sudah mengisi kolam-kolam yang di buat oleh jaka Someh.

Air dalam kolam-kolam tersebut digunakan untuk menyirami bibit-bibit tanaman dan untuk keperluan budi daya perikanan.

Sedangkan untuk keperluan mandi dan keperluan sehari-hari lainnya, jaka Someh mempersiapkan tangki besar yang terbuat dari kayu berikut pancurannya. 

Setelah sumber air tersedia, Jaka Someh mulai menggarap bukit itu untuk bercocok tanam. Dia menanam banyak sekali pohon dari berbagai jenis, mulai dari pohon kayu-kayuan, pohon buah-buahan, tanaman bunga, tanaman palawija serta tanaman sayur dan juga tanaman obat. Selain tanaman-tanaman, jaka someh juga mengembangkan budidaya perikanan air tawar dan juga peternakan ayam dan kambing.

Di saat senggang, dia menyempatkan diri mengajarkan kepandaian silat kepada Purba Anom dan Dewi Intan yang sekarang menjadi asuhannya.

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...