Jumat, 23 Februari 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 20. Kisah Masa Lalu


Cerita Novel Silat Ksatria Ilalang


Sudah hampir dua tahun Jaka Someh belajar kepada ki Thiban, dia juga sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai dunia pengobatan herbal. Dari Ki Thiban juga dia mengetahui tentang asal usul pendekar karuhun. Konon katanya dahulu ada 4 pendekar sakti yang melindungi Prabu Geusan Ulung Raja dari Sumedang Larang. Ke empat pendekar tersebut berasal dari Kerajaan Padjajaran yang kemudian pindah karena kerajaan Padjajaran telah dikalahkan oleh kesultanan Cirebon. 
Ke empat pendekar tersebut bernama Eyang Jaya Perkasa, Embah Nangganan, Embah kondang Hapa, dan Embah Terong Peot, mereka pun menjadi pengawal setia bagi Prabu Geusan Ulung. Suatu ketika Prabu Geusan Ulung berselisih dengan Panembahan ratu yaitu Sultan dari cirebon. Sebenarnya mereka masih ada hubungan keluarga namun karena geusan ulung dianggap telah merebut istri sahnya Panembahan Ratu, maka terjadilah konflik. Prabu Geusan Ulung sendiri sebenarnya tidak berniat untuk merebut istri dari Panembahan ratu yang bernama nyi mas Harisbaya. Nyi mas harisbaya sendirilah yang ikut dengan Prabu geusan ulung. Padahal geusan Ulung sendiri sudah menolaknya, namun karena Nyi Mas Harisbaya mengancam akan bunuh diri apabila Prabu Geusan Ulung menolaknya, maka dengan terpaksa Prabu Geusan ulung menerima Nyi Mas harisbaya. Perang pun akhirnya tak bisa dihindari karena ini menyangkut kehormatan diri dan nama baik panembahan ratu yang sudah tercoreng oleh Prabu geusan Ulung yang dianggap telah merebut istrinya. Prabu Geusan Ulung pun berniat memindahkan ibukota kerajaannya ke tempat yang sekiranya tidak diketahui oleh pasukan  kesultanan Cirebon. Keadaan ini ternyata dimanfaatkan oleh Eyang jaya perkasa untuk membalaskan dendam lamanya terhadap  kesultanan Cirebon yang dulu telah mengalahkan Kerajaan Padjajaran. Dia meminta ketiga saudaranya untuk menjaga Prabu Geusan ulung, sementara dia sendiri akan menghadapi pasukan dari kesultanan cirebon seorang diri. Eyang Jaya Perkasa kemudian menanam sebuah pohon Hanjuang, setelah dia berpesan kepada Prabu Geusan ulung dan ketiga saudaranya agar tetap tenang dan tidak usah takut terhadap serangan dari pasukan kesultanan cirebon, dia meminta  Prabu Geusan Ulung untuk tidak memindahkan ibukota kerajaannya kecuali kalau dia melihat pohon hanjuang yang telah dia tanam itu mati. Kalau Pohon Hanjuang tersebut masih hidup maka artinya Eyang jaya Perkasa masih hidup dan memenangkan peperangan, tapi sebaliknya kalau pohon hanjuang yang dia tanam tadi mati maka artinya dia pun telah gugur dalam peperangan, nah kalau Pohon hanjuang ini mati, maka Prabu geusan Ulung juga boleh memindahkan ibukota kerajaannya ke tempat lain. Setelah berperang seorang diri melawan pasukan kesultanan Cirebon, ternyata eyang jaya Perkasa memenangkan peperangan tersebut. Namun karena nafsunya untuk membantai pasukan cirebon begitu tinggi, dia pun terus mengejar sisa-sisa pasukan tentara cirebon yang sebenarnya sudah kocar kacir. Karena eyang jaya Perkasa lama tidak datang juga, maka Prabu Geusan Ulung pun menjadi panik, kemudian atas saran Embah Nangganan, Prabu geusan Ulung pun akhirnya memindahkan ibukota kerajaannya ke suatu tempat. Ketika Eyang jaya perkasa kembali ke Sumedang Larang ternyata ibukota kerajaannnya  tersebut telah kosong, Prabu Geusan ulung dan ketiga saudaranya telah meniggakan dirinya. Eyang Jaya Perkasa pun marah luar biasa, dan terus mencari mereka. Setelah menemukan mereka, dan melakukan diskusi maka dia bersumpah untuk tidak lagi menjadi abdi dari Prabu geusan Ulung yang dianggap telah menghianatinya. Eyang Jaya Perkasa pun membunuh Embah Nangganan dan melukai dua saudaranya yang lain, yaitu Embah Terong Peot dan Embah Kondang Hapa. Kemudin dia pun meghilang ke alam gaib. Sedangkan Embah Kondang hapa yang terluka ternyata bisa diselamatkan oleh Ki sapri, kakeknya ki Thiban.  Embah Kondang Hapa inilah yang kemudian menempati bukit itu dan menjadi Pendekar karuhun. Sedangkan embah Terong Peot tidak diketahui nasibnya seperti apa, apakah masih hidup atau sudah meninggal. Mengetahui cerita tersebut jaka Someh merasa kagum akan kehebatan Eyang Jaya Perkasa sekaligus menyayangkan sifat Eyang jaya Perkasa yang pendendam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...