Cerita Novel Silat Ksatria Ilalang |
Sudah hampir dua tahun Jaka Someh
belajar kepada ki Thiban, dia juga sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai dunia
pengobatan herbal. Dari Ki Thiban juga dia mengetahui tentang asal usul
pendekar karuhun. Konon katanya dahulu ada 4 pendekar sakti yang melindungi
Prabu Geusan Ulung Raja dari Sumedang Larang. Ke empat pendekar tersebut
berasal dari Kerajaan Padjajaran yang kemudian pindah karena kerajaan
Padjajaran telah dikalahkan oleh kesultanan Cirebon.
Ke empat pendekar tersebut
bernama Eyang Jaya Perkasa, Embah Nangganan, Embah kondang Hapa, dan Embah
Terong Peot, mereka pun menjadi pengawal setia bagi Prabu Geusan Ulung. Suatu
ketika Prabu Geusan Ulung berselisih dengan Panembahan ratu yaitu Sultan dari
cirebon. Sebenarnya mereka masih ada hubungan keluarga namun karena geusan
ulung dianggap telah merebut istri sahnya Panembahan Ratu, maka terjadilah
konflik. Prabu Geusan Ulung sendiri sebenarnya tidak berniat untuk merebut
istri dari Panembahan ratu yang bernama nyi mas Harisbaya. Nyi mas harisbaya
sendirilah yang ikut dengan Prabu geusan ulung. Padahal geusan Ulung sendiri
sudah menolaknya, namun karena Nyi Mas Harisbaya mengancam akan bunuh diri
apabila Prabu Geusan Ulung menolaknya, maka dengan terpaksa Prabu Geusan ulung
menerima Nyi Mas harisbaya. Perang pun akhirnya tak bisa dihindari karena ini
menyangkut kehormatan diri dan nama baik panembahan ratu yang sudah tercoreng
oleh Prabu geusan Ulung yang dianggap telah merebut istrinya. Prabu Geusan
Ulung pun berniat memindahkan ibukota kerajaannya ke tempat yang sekiranya
tidak diketahui oleh pasukan kesultanan
Cirebon. Keadaan ini ternyata dimanfaatkan oleh Eyang jaya perkasa untuk
membalaskan dendam lamanya terhadap
kesultanan Cirebon yang dulu telah mengalahkan Kerajaan Padjajaran. Dia
meminta ketiga saudaranya untuk menjaga Prabu Geusan ulung, sementara dia
sendiri akan menghadapi pasukan dari kesultanan cirebon seorang diri. Eyang
Jaya Perkasa kemudian menanam sebuah pohon Hanjuang, setelah dia berpesan
kepada Prabu Geusan ulung dan ketiga saudaranya agar tetap tenang dan tidak
usah takut terhadap serangan dari pasukan kesultanan cirebon, dia meminta Prabu Geusan Ulung untuk tidak memindahkan
ibukota kerajaannya kecuali kalau dia melihat pohon hanjuang yang telah dia
tanam itu mati. Kalau Pohon Hanjuang tersebut masih hidup maka artinya Eyang
jaya Perkasa masih hidup dan memenangkan peperangan, tapi sebaliknya kalau
pohon hanjuang yang dia tanam tadi mati maka artinya dia pun telah gugur dalam
peperangan, nah kalau Pohon hanjuang ini mati, maka Prabu geusan Ulung juga
boleh memindahkan ibukota kerajaannya ke tempat lain. Setelah berperang seorang
diri melawan pasukan kesultanan Cirebon, ternyata eyang jaya Perkasa
memenangkan peperangan tersebut. Namun karena nafsunya untuk membantai pasukan
cirebon begitu tinggi, dia pun terus mengejar sisa-sisa pasukan tentara cirebon
yang sebenarnya sudah kocar kacir. Karena eyang jaya Perkasa lama tidak datang
juga, maka Prabu Geusan Ulung pun menjadi panik, kemudian atas saran Embah
Nangganan, Prabu geusan Ulung pun akhirnya memindahkan ibukota kerajaannya ke
suatu tempat. Ketika Eyang jaya perkasa kembali ke Sumedang Larang ternyata
ibukota kerajaannnya tersebut telah
kosong, Prabu Geusan ulung dan ketiga saudaranya telah meniggakan dirinya.
Eyang Jaya Perkasa pun marah luar biasa, dan terus mencari mereka. Setelah
menemukan mereka, dan melakukan diskusi maka dia bersumpah untuk tidak lagi
menjadi abdi dari Prabu geusan Ulung yang dianggap telah menghianatinya. Eyang
Jaya Perkasa pun membunuh Embah Nangganan dan melukai dua saudaranya yang lain,
yaitu Embah Terong Peot dan Embah Kondang Hapa. Kemudin dia pun meghilang ke
alam gaib. Sedangkan Embah Kondang hapa yang terluka ternyata bisa diselamatkan
oleh Ki sapri, kakeknya ki Thiban. Embah
Kondang Hapa inilah yang kemudian menempati bukit itu dan menjadi Pendekar
karuhun. Sedangkan embah Terong Peot tidak diketahui nasibnya seperti apa,
apakah masih hidup atau sudah meninggal. Mengetahui cerita tersebut jaka Someh
merasa kagum akan kehebatan Eyang Jaya Perkasa sekaligus menyayangkan sifat
Eyang jaya Perkasa yang pendendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar