Cerita Novel silat Ksatria Ilalang |
Hari itu Jaka Someh bersiap untuk
berangkat ke kota untuk menjual hasil panen cengkehnya. Semenjak pagi dia sudah
memasukan karung-karung yang berisikan cengkeh ke dalam gerobak sapinya.
Setelah selesai, dia pergi ke sumur yang ada di belakang rumah, untuk mandi.
Kemudian Jaka Someh sarapan dengan ditemani oleh pak Rohadi dan si jalu.
Sesekali Jaka Someh menyuapi si jalu. Sedangkan Asih masih sibuk di dalam
kamarnya untuk berdandan. Setelah selesai berdandan Asih keluar untuk menemui
Jaka Someh dan bapaknya. Wajahnya begitu berbunga-bunga. Jaka Someh melihat
perubahan istrinya yang sekarang nampak lebih ceria, namun dia tidak curiga
sedikitpun juga, kalau istrinya berbunga-bunga karena telah bertemu kembali
dengan kekasih lamanya. Asih pun ikut bergabung dengan Jaka Someh dan pak
Rohadi untuk sarapan.
Setelah sarapan Jaka Someh
berpamitan kepada pak Rohadi dan istrinya
“bapak... Nyai...saya pergi dulu ya....”
Asih cuma tertawa kecil, dalam hatinya dia senang dengan kepergian Jaka Someh, kemudian berkata kepada jaka someh
“ya kang...akang hati-hati di jalan ya...”
Jaka Someh tersenyum sambil berkata
“terima kasih Nyai...”
Jaka Someh memeluk dan mencium si Jalu sebagai tanda pamit kepada anak itu, tidak lupa dia juga menyalami Pak Rohadi dan Asih. Akhirnya, dengan tanpa banyak berkata lagi, Jaka someh segera menaiki gerobak sapi dan berangkat meninggalkan Pak Rohadi,Si jalu dan Nyi Asih.
“bapak... Nyai...saya pergi dulu ya....”
Asih cuma tertawa kecil, dalam hatinya dia senang dengan kepergian Jaka Someh, kemudian berkata kepada jaka someh
“ya kang...akang hati-hati di jalan ya...”
Jaka Someh tersenyum sambil berkata
“terima kasih Nyai...”
Jaka Someh memeluk dan mencium si Jalu sebagai tanda pamit kepada anak itu, tidak lupa dia juga menyalami Pak Rohadi dan Asih. Akhirnya, dengan tanpa banyak berkata lagi, Jaka someh segera menaiki gerobak sapi dan berangkat meninggalkan Pak Rohadi,Si jalu dan Nyi Asih.
Perjalanan Jaka Someh menuju
pelabuhan ratu memakan waktu sekitar 3 harian dengan menggunakan gerobak.
Meskipun jauh, namun Jaka Someh merasa senang bisa melakukan perjalanan ini.
Inilah pertama kalinya Jaka Someh melakukan perjalanan yang jauh dari
kampungnya. Dia merasa senang karena bisa menikmati keadaan alam dan masyarakat di wilayah yang dilewati.
Tanpa terasa sudah dua hari Jaka Someh berjalan dengan gerobaknya. Sekarang dia sudah berada di wilayah pantai selatan. Jaka Someh pun istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan pantai. Ombak pantai selatan terdengar bergemuruh, gelombangnya begitu besar dan menggulung dengan dasyatnya. Setelah puas dengan istirahatnya Jaka Someh pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kota pelabuhan ratu.
Tanpa terasa sudah dua hari Jaka Someh berjalan dengan gerobaknya. Sekarang dia sudah berada di wilayah pantai selatan. Jaka Someh pun istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan pantai. Ombak pantai selatan terdengar bergemuruh, gelombangnya begitu besar dan menggulung dengan dasyatnya. Setelah puas dengan istirahatnya Jaka Someh pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kota pelabuhan ratu.
Akhirnya Jaka Someh sampai di
pelabuhan ratu. Di sana banyak sekali orang yang berlalu lalang. Semuanya
nampak sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Di pelabuhan itu banyak orang
yang sedang melakukan bongkar muat dari perahu-perahu yang berukuran sedang. Di
bagian utara pelabuhan terdapat gudang-gudang dan toko-toko milik para tauke.
Jaka Someh menjalankan gerobaknya, berkeliling mencari toko babah
along. Setelah menemukan toko babah along dia berhenti dan masuk ke dalam
toko itu
“permisi ini tokonya babah along ya...”
Seorang tauke yang bermata sipit menemui Jaka Someh
“hayya...betul ini toko oe...loe orang siapa...mau ada perlu apa hah...”
kata tauke tersebut yang ternyata babah along.
“saya Jaka Someh bah...saya menantunya pak Rohadi dari kampung Cikaret” kata Jaka Someh “oe...oe... ternyata loe orang berasal dari kampung Cikaret hah...bagaimana kabar pak Rohadi hah?” akhirnya Jaka Someh pun mengobrol banyak dengan babah along sebelum melakukan transaksi jual beli.
Babah along ternyata seorang tauke yang ramah dan baik. Bahkan dia memberi sajian minuman kepada Jaka Someh sebagai suatu bentuk penghormatan kepada Jaka Someh yang telah datang dari jauh. Dari Babah Along, Jaka Someh tahu bahwa cengkeh-cengkeh itu nantinya akan di jual lagi oleh para kompeni ke negeri belanda. Cengkeh-cengkeh itu akan dikapalkan menuju belanda yang letaknya jauh dari tanah jawa. Setelah mengobrol ngalor kidul, akhirnya Jaka Someh pun menawarkan cengkehnya ke babah along
“bagaimana bah... babah akan membeli cengkehnya dengan harga berapa?” kata Jaka Someh. Babah along pun menjawab
“hayya... kalau oe kasih harga 5 kepeng per kilonya hah...itu sudah harga bagus lo..., loe orang bisa tanya-tanya di sekitar sini, pasti tidak ada harga yang lebih bagus dari oe... hah” kata babah along. Jaka Someh sebenarnya ingin langsung menjualnya ke babah along, namun karena rasa penasarannya yang tinggi dia pun menahan dahulu transaksinya
“ya sudah atuh bah...kalau begitu saya coba tanya-tanya dahulu saja atuh ke toko yang lain...tidak apa-apa khan bah...? “babah along tertawa
” hayya loe orang pandai berdagang juga hah...tidak pa-apa...loe orang silahkan tanya-tanya dahulu ke toko-toko selain punya oe...” kata babah along dengan ramahnya.
Jaka Someh sebenarnya sudah merasa cocok dengan babah along, namun rasa penasarannya terhadap harga-harga di toko lainnya, mencegah dia untuk langsung menjual cengkehnya ke Babah Along. Jaka Someh ingin mensurvey dahulu harga-harga yang ada di toko lainnya. Ketika dia bersiap untuk berangkat, tiba-tiba babah along berpesan kepada Jaka Someh
“hayya...loe orang harus hati-hati kalau bertanya-tanya nanti di sana hah... di pelabuhan sini banyak sekali premannya...mereka semua di bawah kekuasaan geng naga hitam...orang jahat ha...makanya oe ingatkan supaya loe orang jangan sampai buat masalah dengan mereka, loe bisa mati hah.”
Jaka Someh pun berterimakasih terhadap peringatan yang di berikan babah along kepadanya
“iya bah...terima kasih atas nasehatnya, saya juga tidak mau membuat masalah dengan orang lain atuh bah...saya di sini khan cuma mau dagang”.
Babah Along Cuma berkata “ya...ya...bagus...bagus...”
“permisi ini tokonya babah along ya...”
Seorang tauke yang bermata sipit menemui Jaka Someh
“hayya...betul ini toko oe...loe orang siapa...mau ada perlu apa hah...”
kata tauke tersebut yang ternyata babah along.
“saya Jaka Someh bah...saya menantunya pak Rohadi dari kampung Cikaret” kata Jaka Someh “oe...oe... ternyata loe orang berasal dari kampung Cikaret hah...bagaimana kabar pak Rohadi hah?” akhirnya Jaka Someh pun mengobrol banyak dengan babah along sebelum melakukan transaksi jual beli.
Babah along ternyata seorang tauke yang ramah dan baik. Bahkan dia memberi sajian minuman kepada Jaka Someh sebagai suatu bentuk penghormatan kepada Jaka Someh yang telah datang dari jauh. Dari Babah Along, Jaka Someh tahu bahwa cengkeh-cengkeh itu nantinya akan di jual lagi oleh para kompeni ke negeri belanda. Cengkeh-cengkeh itu akan dikapalkan menuju belanda yang letaknya jauh dari tanah jawa. Setelah mengobrol ngalor kidul, akhirnya Jaka Someh pun menawarkan cengkehnya ke babah along
“bagaimana bah... babah akan membeli cengkehnya dengan harga berapa?” kata Jaka Someh. Babah along pun menjawab
“hayya... kalau oe kasih harga 5 kepeng per kilonya hah...itu sudah harga bagus lo..., loe orang bisa tanya-tanya di sekitar sini, pasti tidak ada harga yang lebih bagus dari oe... hah” kata babah along. Jaka Someh sebenarnya ingin langsung menjualnya ke babah along, namun karena rasa penasarannya yang tinggi dia pun menahan dahulu transaksinya
“ya sudah atuh bah...kalau begitu saya coba tanya-tanya dahulu saja atuh ke toko yang lain...tidak apa-apa khan bah...? “babah along tertawa
” hayya loe orang pandai berdagang juga hah...tidak pa-apa...loe orang silahkan tanya-tanya dahulu ke toko-toko selain punya oe...” kata babah along dengan ramahnya.
Jaka Someh sebenarnya sudah merasa cocok dengan babah along, namun rasa penasarannya terhadap harga-harga di toko lainnya, mencegah dia untuk langsung menjual cengkehnya ke Babah Along. Jaka Someh ingin mensurvey dahulu harga-harga yang ada di toko lainnya. Ketika dia bersiap untuk berangkat, tiba-tiba babah along berpesan kepada Jaka Someh
“hayya...loe orang harus hati-hati kalau bertanya-tanya nanti di sana hah... di pelabuhan sini banyak sekali premannya...mereka semua di bawah kekuasaan geng naga hitam...orang jahat ha...makanya oe ingatkan supaya loe orang jangan sampai buat masalah dengan mereka, loe bisa mati hah.”
Jaka Someh pun berterimakasih terhadap peringatan yang di berikan babah along kepadanya
“iya bah...terima kasih atas nasehatnya, saya juga tidak mau membuat masalah dengan orang lain atuh bah...saya di sini khan cuma mau dagang”.
Babah Along Cuma berkata “ya...ya...bagus...bagus...”
Jaka Someh kemudian berangkat, berkeliling mengitari
area pelabuhan untuk menawarkan barang dagangannya.
Ternyata memang benar harga yang di
tawarkan babah along adalah harga yang paling bagus untuk Jaka Someh. Rata-rata
harga yang di tawarkan orang lain sangat murah dibanding harga dari babah along.
Jaka Someh masuk ke sebuah toko yang terletak di ujung pelabuhan, dilihatnya
seorang lelaki bertampang masam mendekati Jaka Someh. Kumisnya tebal
dan terkesan galak. Lelaki
itu bernama Ocin. Dia adalah salah satu anak buah babah Liong, seorang pemimpin kelompok preman Naga Hitam. Saat itu Ocin
sedang mendapatkan giliran menjaga toko tersebut.
Ocin berkata ketus kepada Jaka Someh
“Ada APA...?”
Jaka Someh tersenyum
kepada Ocin. Dengan ramah dia berkata
“Permisi mang, Maaf saya mau menawarkan cengkeh milik
saya, barangkali mamang butuh”
Ocin masih berkata
ketus kepada Jaka Someh
“Berapa harga yang mau kamu jual?”
Jaka Someh masih menjawab dengan sopan
“Maaf mang, harganya cuma 7 kepeng per kilo...
apakah mamang berminat?”
Mang Ocin berubah merah mukanya,
merasa kesal dengan harga yang di tawarkan Jaka Someh. Dengan nada emosi dia berkata keras
kepada Jaka Someh
“Yang bener saja kamu kalau
menawarkan barang...itu harga mahal sekali... begini saja, kamu saya kasih 3 kepeng per kilo...tidak
ada tawar-menawar lagi...kalau memang kamu mau selamat keluar dari sini...terima tawaran saya...! “.
Mang Ocin mengancam Jaka Someh.
Jaka Someh kaget mendapat ancaman dari
Mang Ocin. Meskipun demikian dia masih berusaha untuk tetap tenang.
“Maaf Mang, tidak bisa....ya sudah
kalau Mamang memang tidak berminat, tidak apa-apa, saya mohon permisi...”
Mang Ocin bukannya melunak justru
bertambah emosi
“Eh, Bangsat kamu...dasar
kampungan...berani meremehkan Ocin...mau cari perkara rupanya kamu...” Kata
Mang Ocin mengancam
Jaka Someh merasa
tersinggung dengan kata-kata kasar Ocin kepadanya, kemudian berkata kepada Ocin
“Sabar atuh mang, gak usah emosi
begitu...Tidak usah mengancam segala...Kalau mamang memang tidak cocok dengan
harga yang saya tawarkan ya sudah tidak usah beli, biar saya jual ke tempat
lain saja”.
Mang Ocin semakin bertambah emosi mendengar ucapan santai Jaka Someh, tak ada kesan takut kepadanya
“Haram jadah...kamu mau main-main
dengan Ocin...tertawa-tertiwi begitu... kamu tidak tahu dengan siapa
kamu berhadapan?
Saya Ocin, anggota preman Naga Hitam, penguasa pelabuhan
ini” kata mang ocin membanggakan diri.
Jaka Someh memang tidak tahu kalau
Mang Ocin adalah salah satu kepala preman Naga Hitam yang di pimpin oleh babah
Liong. Karena enggan melayani mang Ocin yang
sedang emosi, Jaka Someh bermaksud segera meninggalkan tempat itu sambil meminta maaf
“Maap atuh mang...saya tidak
bermaksud untuk bermain-main dengan mamang...saya kesini cuma mau dagang...mohon maaf saya permisi dulu...”
Mang Ocin menjadi semakin emosi, dia
memanggil beberapa teman-temanya untuk menghalangi Jaka Someh keluar dari tokonya,
“Oman, uben, kanta...! Coba kasih
pelajaran ini orang, biar tahu siapa yang berkuasa di wilayah sini”.
Oman, Uben dan kanta pun langsung
mencekal Jaka Someh. Jaka Someh berkata kepada mereka bertiga
“Wah ada apa ini...akang-akang...mohon
maap saya kesini bukan untuk mencari keributan...saya ke sini karena mau berdagang…”
Belum selesai Jaka Someh berbicara,
Oman langsung melancarkan pukulan lurus ke muka Jaka Someh. Jaka Someh yang
memang sudah berlatih silat dengan keras, tidak gentar menghadapi pukulan
Oman. Jaka Someh menggunakan tangkisan dalam untuk menghadapi pukulan lurus
lawannya,
sambil tangan yang
lain di gunakan untuk meninju perut Oman. Braak...pukulannya mengenai
perut Oman. Oman
kaget dan langsung menyondongkan kepalanya ke depan dengan sedikit membungkuk.
Tanpa membuang waktu, dengan kilat Jaka Someh menjambak rambut Oman langsung di
tarik ke bawah. Gedebruk...Oman tersungkur...langsung tak
sadarkan
diri. Uben, kanta dan Ocin merasa kaget melihat kehebatan Jaka Someh yang merobohkan si Oman
dalam tempo yang sangat singkat.
Mereka langsung bersiap mengeroyok
Jaka Someh.
Uben mencabut goloknya dari serangka
yang di selipkan di pinggang kirinya, kemudian membacokannya ke arah leher Jaka
Someh. Demikian juga dengan kanta yang posisinya
ada di sebelah kiri Jaka Someh,
langsung menusukan pisaunya ke arah perut Jaka Someh.
Belum sampai golok Uben mengenai leher Jaka Someh,
tiba-tiba Jaka Someh sudah mengubah posisi tubuhnya dengan melangkahkan kakinya
ke arah sisi kanan. Posisinya sekarang ada di belakang Uben. Dengan cepat Jaka Someh memukul punggung Uben.
Uben yang tidak menyangka dengan gerakan Jaka Someh merasa sangat terkejut. Namun semuanya sudah terlambat, Uben tersungkur ke depan sambil
memuntahkan darah segar dari mulutnya. Kepalanya menjadi pusing. Tak lama
kemudian dia pun ambruk tak sadarkan diri.
Gerakan Jaka Someh tidak berhenti
hanya di situ, sekarang posisinya berada di sebelah kiri Kanta. Pisau yang di
tusukan Kanta pun menjadi sia-sia, meleset.
Kanta yang melihat Jaka Someh sudah
berada di depan kirinya, tidak menyia-nyiakan waktu. Dia segera meyabetkan
pisaunya kembali ke arah Jaka Someh.
Belum sampai pisau itu mengenai
tubuh lawannya, Jaka Someh sudah menangkisnya, tepat di bagian siku tangan Kanta. Praak...pisau Kanta
terjatuh. Kanta terkejut sambil berteriak keras
“Aahhh....”
Kanta memegangi siku tangan kanannya
dengan tangan kiri. Kanta merasakan sakit yang luar biasa. Sendi siku tangan kananya ternyata patah. Kanta berteriak
dengan keras, menahan rasa sakit
“Waduuh...tobat...sakit...ampuun”
Kanta mundur dari arena perkelahian
sambil meringis kesakitan.
Mang Ocin yang melihat ke tiga temannya berhasil dikalahkan Jaka Someh
dengan mudah, menjadi
syok, wajahnya pucat karena takut. Tanpa malu dia berlutut meminta maaf kepada Jaka Someh
“Aduuh...kang saya minta maap...
tolong akang maapkan saya...saya janji tidak akan mengganggu akang lagi...”
Jaka Someh yang melihat Ocin
ketakutan, berkata tegas kepadanya
“Oke mang kali ini saya
maapkan...tapi mamang tidak boleh mengulangi perbuatan jahat lagi, baik ke saya
maupun ke orang lain...bagaimana apakah sanggup? “.
Mang ocin yang ketakutan langsung
menyanggupinya
“Iya kang...saya janji...saya tidak akan
ganggu akang lagi...”
Jaka Someh memaapkan Ocin dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Dia kembali ke toko babah Along, untuk menjual
cengkehnya.
Sedangkan
Ocin, setelah di tinggalkan Jaka Someh, langsung meminta tolong kepada anak
buahnya untuk mengangkat Oman dan uben yang tak sadarkan diri. Mereka dibaringkan di lantai di dalam
toko.
Hanya
selang beberapa saat, datang seorang pemuda sipit yang berbadan kekar. Pemuda itu adalah Akuan salah satu dari murid utama
babah Liong. Akuan memiliki ilmu silat yang tinggi. Sehingga
menjadi salah satu andalan dari babah
Liong.
Ketika
Akuan melihat Oman dan uben dalam kondisi tak sadarkan diri, dia bertanya kepada Ocin
“Ocin...ini
ada APA hah...? Kenapa
Oman dan uben pingsan?”
Ocin
yang merasa takut kepada Akuan segera
menceritakan peristiwa perkelahian mereka dengan Jaka Someh.
Akuan
yang pemarah, langsung tersulut emosi mendengar cerita Ocin. Dia tidak bisa
menerima apabila ada orang yang berani kepada
anggota Geng-nya, apalagi mengalahkannya.
“Kurang ajar...mencari mati itu orang...
dimana dia sekarang...”
Salah
satu teman Ocin,
yang melihat Jaka Someh masuk ke toko babah along langsung menjawab
“Sekarang dia ada di toko babah along, tuan...”
Akuan
segera mengumpulkan beberapa anak buahnya untuk mengejar Jaka Someh. Mereka pergi ke toko babah
along.
Para warga yang menyaksikan keributan di Toko Ocin menjadi panik. Mereka takut menjadi
korban keganasan Geng Naga Hitam. Mereka pun segera menjauh dari tempat itu.
Akuan
dan anggota gengnya sudah tiba
di toko babah along. Salah satu anggota
gengnya yang tadi ikut menyaksikan perkelahian Jaka Someh dengan anggota Geng-nya,
langsung menunjuk ke arah Jaka Someh yang sedang asyik mengobrol dengan babah
along.
“Itu
dia orangnya Tuan...” katanya.
Akuan segera
mendekati Jaka Someh, di ikuti oleh anak buahnya.
Jaka
Someh kaget melihat ada segerombolan orang yang grusak-grusuk mendekatinya.
Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Babah along juga ikut terkejut,
apalagi melihat akuan dan anak buahnya langsung mengacak-ngacak barang dagangan
miliknya. Beberapa kursi kayu
kena tendangan Akuan,
kursi itu pun patah.
Akuan
berkata kepada Jaka Someh sambil mengacungkan pedang nya
“Hey
kamu...mau jadi jagoan rupanya kamu...?”
Jaka
Someh yang masih agak bingung, berkata
“Ada
apa ini tuan...? Saya minta maap kalau telah berbuat salah pada Tuan...tapi
benar, saya tidak tahu apa kesalahan saya terhadap tuan...?”
Akuan
berkata sambil menunjuk-nunjuk Jaka Someh dengan pedangnya
“Kamu
telah berani mengganggu anak buah saya, si ocin, paham kamu? “.
Jaka
Someh mencoba menenangkan Akuan yang emosi
“Tenang
dulu Tuan...ini cuma kesalahpahaman saja...saya minta maap...dengan kejadian tadi...saya...”
Belum
selesai Jaka Someh melanjutkan ucapannya, akuan langsung menyabetkan pedangnya
dari arah atas ke bawah secara menyilang, menyasar bagian leher Jaka Someh.
Gerakannya begitu cepat dan dasyat.
Jaka
Someh merasa terkejut. Dengan reflex dia mundur satu langkah
sambil egos.
Pedang
akuan tidak mengenai sasarannya.
Karena serangan pertamanya gagal, Akuan segera kembali menyerang bagian
perut Jaka Someh.
Jaka
Someh masih bisa menghindari serangan tersebut dengan cara melangkah ke arah sisi kanan Akuan. Posisnya sekarang sudah ada di samping belakang kanan
Akuan. Tanpa membuang waktu Jaka Someh menyikut punggung Akuan. Akuan kaget
dengan gerakan Jaka Someh yang masih bisa menghindarinya bahkan mampu menyerang
balik dirinya. Namun akuan adalah salah satu pendekar andalan babah along. Dia
adalah salah satu murid utama babah along yang sudah dibekali dengan segudang
kepandaian beladiri.
Akuan
pun langsung berjalan maju ke depan untuk menghindari sikutan Jaka Someh yang
ada di belakang punggungnya. Dia berhasil menghindari
serangan balasan tersebut. Akuan kemudian berbalik dan menghadap ke arah Jaka Someh. Akuan bersiap dengan
memasang kuda-kudanya, bermaksud
menggunakan jurus andalanya.
Akuan
sudah tidak lagi meremehkan Jaka Someh. Anak buahnya sendiri tidak ada yang membantu,
mereka terkesima melihat pertarungan antara Jaka Someh dan akuan yang sama-sama
berilmu tinggi.
Babah
along yang tampak cemas, kawatir terjadi apa-apa dengan Jaka Someh. Dia juga kawatir dengan barang dagangannya yang akan menjadi rusak.
Melihat
raut muka babah along yang gelisah,
Jaka Someh berjalan keluar dari toko.
Dia tidak ingin perkelahiannya akan merusak
barang dagangan babah along. Warga-warga yang sedang ada di sekitar itu juga ikut berkerumun
menyaksikan pertarungan Jaka Someh dengan akuan meskipun dari jarak yang agak
jauh.
Jaka Someh dan akuan sama-sama
berdiri saling berhadapan. Jaka Someh mengambil sikap pasif, dia tidak mau
menyerang duluan, dia hanya menunggu serangan dari akuan. Tak lama kemudian Akuan
yang sudah tidak sabar untuk membunuh Jaka Someh langsung melakukan serangan
lagi kepada Jaka Someh, kali ini dia tidak main-main. Dia bertekad untuk
mengalahkan Jaka Someh.
Akuan menusukan pedangnya ke arah ulu hati Jaka Someh. Yang di respon
oleh Jaka Someh dengan merubah posisi tubuhnya. Jaka Someh hanya sedikit melangkahkan kakinya untuk menghindari serangan akuan.
Karena tusukan pedangnya gagal,
akuan langsung membalikan lagi pedangnya dengan mengejar bagian tubuh Jaka Someh
yang terlihat terbuka.
Namun dia merasa kesulitan karena Jaka Someh tidak
memberi celah sedikitpun untuk membiarkan
anggota tubuhnya dapat di serang.
Akhirnya ketika Akuan berkesempatan
dapat meloncat ke sisi kiri Jaka Someh, tangan kirinya langsung mencakar leher
belakang Jaka Someh, sedangkan pedangnya disabetkan ke arah perut Jaka Someh.
Orang lain yang di serang dengan jurus
Akuan seperti itu mungkin akan panik, tapi tidak dengan Jaka Someh.
Jaka Someh merendahkan kepalanya
untuk menghindari serangan tangan kiri lawannya, sambil terus merundukan
seluruh tubuhnya dan masuk ke sela-sela kuda-kudanya akuan yang lebar. Jaka
someh melewati selangkangan bawah akuan. Akuan kaget dengan teknik yang
dilakukan Jaka Someh seperti itu. Dia tidak menyangka kalau Jaka Someh dapat menerobos bagian
bawah kuda-kudanya bahkan sekarang Jaka Someh sudah berada di belakangnya.
Ketika akuan mulai menyadari bahwa lawannya
sudah ada di belakang, Jaka Someh sudah duluan mendorong punggung Akuan.
Meskipun dorongannya nampak pelan tak bertenaga, namun lawannya berhasil tersungkur ke
depan, terjerembab jatuh ke tanah. Akuan kaget bukan kepalang, dia berusaha untuk bangun kembali. Sekarang dia
merasa panik. Karena
kondisi panik Akuan berusaaha meyabetkan pedangnya secara sembarangan. Kondisi itu pun
dimanfaatkan baik oleh Jaka someh. Jaka Someh berhasil memukul bagian persendian tangan kanan
akuan yang memegang pedang, akuan kaget mendapat pukulan tersebut, sakitnya
serasa di pukul dengan palu besar yang kuat dan keras.
Pegangan pedangnya pun menjadi
mengendur dan lepas. Hal itu pun tidak di sia-siakan oleh Jaka Someh. Jaka Someh langsung
merebut pedang akuan sebelum jatuh ke tanah, sambil kakinya menendang pelan ke
bagian kemaluan akuan, akuan spontan meletakan kedua tangannya untuk menahan
tendangannya Jaka Someh yang mengarah ke bagian vital tubuhnya tersebut. Sekali
lagi akuan di buat kaget, ketika dia sedang repot menahan tendangan Jaka dengan
kedua tangannya, tiba-tiba pedangnya sudah di rebut Jaka Someh dan tertancap tepat di bagian jantungnya.
Hanya beberapa saat Akuan mengalami sekarat, darah Segar tersembur deras dari
luka di dada kirinya. Tidak lama kemudian jatuh
tersungkur.
Dia tewas sambil kedua tangannya
memegang pedangnya, yang tertancap di tubuhnya.
Jaka Someh mundur dan menghadap ke
anak buah Akuan. Mereka tampak ketakutan melihat Jaka someh. Jaka Someh berkata
dengan kepada mereka. Wajahnya terlihat sedih.
“Akang-akang semua, tolong jenazahnya Tuan ini segera
di urus..mohon sampaikan permintaan maap saya kepada keluarganya...saya tidak ada kesengajaan untuk
membunuh beliau...Saya merasa menyesal dengan kejadian ini...”
Anak buah akuan dengan sigap
menggotong tubuh akuan yang sudah meninggal, untuk di bawa ke markas mereka.
Bersambung Ke Bagian 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar