Selasa, 20 Februari 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 12. Perselisihan Dengan Para Preman


Cerita Novel silat Ksatria Ilalang


Hari itu Jaka Someh bersiap untuk berangkat ke kota untuk menjual hasil panen cengkehnya. Semenjak pagi dia sudah memasukan karung-karung yang berisikan cengkeh ke dalam gerobak sapinya. Setelah selesai, dia pergi ke sumur yang ada di belakang rumah, untuk mandi. Kemudian Jaka Someh sarapan dengan ditemani oleh pak Rohadi dan si jalu. Sesekali Jaka Someh menyuapi si jalu. Sedangkan Asih masih sibuk di dalam kamarnya untuk berdandan. Setelah selesai berdandan Asih keluar untuk menemui Jaka Someh dan bapaknya. Wajahnya begitu berbunga-bunga. Jaka Someh melihat perubahan istrinya yang sekarang nampak lebih ceria, namun dia tidak curiga sedikitpun juga, kalau istrinya berbunga-bunga karena telah bertemu kembali dengan kekasih lamanya. Asih pun ikut bergabung dengan Jaka Someh dan pak Rohadi untuk sarapan.
Setelah sarapan Jaka Someh berpamitan kepada pak Rohadi dan istrinya 
“bapak... Nyai...saya pergi dulu ya....” 
Asih cuma tertawa kecil, dalam hatinya dia senang dengan kepergian Jaka Someh, kemudian berkata kepada jaka someh 
“ya kang...akang hati-hati di jalan ya...” 
Jaka Someh tersenyum sambil berkata 
“terima kasih Nyai...” 
Jaka Someh memeluk dan mencium si Jalu sebagai tanda pamit kepada anak itu, tidak lupa dia juga menyalami Pak Rohadi dan Asih. Akhirnya, dengan tanpa banyak berkata lagi, Jaka someh segera menaiki gerobak sapi dan berangkat meninggalkan Pak Rohadi,Si jalu dan Nyi Asih.
Perjalanan Jaka Someh menuju pelabuhan ratu memakan waktu sekitar 3 harian dengan menggunakan gerobak. Meskipun jauh, namun Jaka Someh merasa senang bisa melakukan perjalanan ini. Inilah pertama kalinya Jaka Someh melakukan perjalanan yang jauh dari kampungnya. Dia merasa senang karena bisa menikmati keadaan alam dan masyarakat di  wilayah yang dilewati. 
Tanpa terasa sudah dua hari Jaka Someh berjalan dengan gerobaknya. Sekarang dia sudah berada di wilayah pantai selatan. Jaka Someh pun istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan pantai. Ombak pantai selatan terdengar bergemuruh, gelombangnya begitu besar dan menggulung dengan dasyatnya. Setelah puas dengan istirahatnya Jaka Someh pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju kota pelabuhan ratu.
Akhirnya Jaka Someh sampai di pelabuhan ratu. Di sana banyak sekali orang yang berlalu lalang. Semuanya nampak sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Di pelabuhan itu banyak orang yang sedang melakukan bongkar muat dari perahu-perahu yang berukuran sedang. Di bagian utara pelabuhan terdapat gudang-gudang dan toko-toko milik para tauke. Jaka Someh menjalankan gerobaknya, berkeliling mencari toko babah along. Setelah menemukan toko babah along dia berhenti dan masuk ke dalam toko itu  
 “permisi ini tokonya babah along ya...” 
Seorang tauke yang bermata sipit menemui Jaka Someh 
“hayya...betul ini toko oe...loe orang siapa...mau ada perlu apa hah...” 
kata tauke tersebut yang ternyata babah along. 
“saya Jaka Someh bah...saya  menantunya pak Rohadi dari kampung Cikaret” kata Jaka Someh “oe...oe... ternyata loe orang berasal dari kampung Cikaret hah...bagaimana kabar pak Rohadi hah?” akhirnya Jaka Someh pun mengobrol banyak dengan babah along sebelum melakukan transaksi jual beli. 
Babah along ternyata seorang tauke yang ramah dan baik. Bahkan dia memberi sajian minuman kepada Jaka Someh sebagai suatu bentuk penghormatan kepada Jaka Someh yang telah datang dari jauh. Dari Babah Along, Jaka Someh tahu bahwa cengkeh-cengkeh itu nantinya akan di jual lagi oleh para kompeni ke negeri belanda. Cengkeh-cengkeh itu akan dikapalkan menuju belanda yang letaknya jauh dari tanah jawa. Setelah mengobrol ngalor kidul, akhirnya Jaka Someh pun menawarkan cengkehnya ke babah along 
“bagaimana bah... babah akan membeli cengkehnya dengan harga berapa?” kata Jaka Someh. Babah along pun menjawab 
“hayya... kalau oe kasih harga 5 kepeng per kilonya hah...itu sudah harga bagus lo..., loe orang bisa tanya-tanya di sekitar sini, pasti tidak ada harga yang lebih bagus dari oe... hah” kata babah along. Jaka Someh sebenarnya ingin langsung menjualnya ke babah along, namun karena rasa penasarannya yang tinggi dia pun menahan dahulu transaksinya
 “ya sudah atuh bah...kalau begitu saya coba tanya-tanya dahulu saja atuh ke toko yang lain...tidak apa-apa khan bah...? “babah along tertawa
” hayya loe orang pandai berdagang juga hah...tidak pa-apa...loe orang silahkan tanya-tanya dahulu ke toko-toko selain punya oe...” kata babah along dengan ramahnya. 
Jaka Someh sebenarnya sudah merasa cocok dengan babah along, namun rasa penasarannya terhadap harga-harga di toko lainnya, mencegah dia untuk langsung menjual cengkehnya ke Babah Along.  Jaka Someh ingin mensurvey dahulu harga-harga yang ada di toko lainnya. Ketika dia bersiap untuk berangkat, tiba-tiba babah along berpesan kepada Jaka Someh 
“hayya...loe orang harus hati-hati kalau bertanya-tanya nanti di sana hah... di pelabuhan sini banyak sekali premannya...mereka semua di bawah kekuasaan geng naga hitam...orang jahat ha...makanya oe ingatkan supaya loe orang jangan sampai buat masalah dengan mereka, loe bisa mati hah.”  
Jaka Someh pun berterimakasih terhadap peringatan yang di berikan babah along kepadanya 
“iya bah...terima kasih atas nasehatnya, saya juga tidak mau membuat masalah dengan orang lain atuh bah...saya di sini khan cuma mau dagang”
Babah Along Cuma berkata “ya...ya...bagus...bagus...”
Jaka Someh kemudian berangkat, berkeliling mengitari area pelabuhan untuk menawarkan barang dagangannya.
Ternyata memang benar harga yang di tawarkan babah along adalah harga yang paling bagus untuk Jaka Someh. Rata-rata harga yang di tawarkan orang lain sangat murah dibanding harga dari babah along.
Jaka Someh masuk ke sebuah toko yang terletak di ujung pelabuhan, dilihatnya seorang lelaki bertampang masam mendekati Jaka Someh. Kumisnya tebal dan terkesan galak. Lelaki itu bernama Ocin. Dia adalah salah satu anak buah babah Liong, seorang pemimpin kelompok preman Naga Hitam. Saat itu Ocin sedang mendapatkan giliran menjaga toko tersebut.
Ocin berkata ketus kepada Jaka Someh
 “Ada APA...?”
Jaka Someh tersenyum kepada Ocin. Dengan ramah dia berkata
“Permisi mang, Maaf saya mau menawarkan cengkeh milik saya, barangkali mamang butuh” 
Ocin masih berkata ketus kepada Jaka Someh
“Berapa harga yang mau kamu jual?”
Jaka Someh masih menjawab dengan sopan
Maaf mang, harganya cuma 7 kepeng per kilo... apakah mamang berminat?”
Mang Ocin berubah merah mukanya, merasa kesal dengan harga yang di tawarkan Jaka Someh. Dengan nada emosi dia berkata keras kepada Jaka Someh
“Yang bener saja kamu kalau menawarkan barang...itu harga mahal sekali... begini saja, kamu saya kasih 3 kepeng per kilo...tidak ada tawar-menawar lagi...kalau memang kamu mau selamat keluar dari sini...terima tawaran saya...! “.
Mang Ocin mengancam Jaka Someh.
Jaka Someh kaget mendapat ancaman dari Mang Ocin. Meskipun demikian dia masih berusaha untuk tetap tenang.
“Maaf Mang, tidak bisa....ya sudah kalau Mamang memang tidak berminat, tidak apa-apa, saya mohon permisi...”
Mang Ocin bukannya melunak justru bertambah emosi
“Eh, Bangsat kamu...dasar kampungan...berani meremehkan Ocin...mau cari perkara rupanya kamu...” Kata Mang Ocin mengancam
Jaka Someh merasa tersinggung dengan kata-kata kasar Ocin kepadanya, kemudian berkata kepada Ocin
“Sabar atuh mang, gak usah emosi begitu...Tidak usah mengancam segala...Kalau mamang memang tidak cocok dengan harga yang saya tawarkan ya sudah tidak usah beli, biar saya jual ke tempat lain saja”.
Mang Ocin semakin bertambah emosi mendengar ucapan santai Jaka Someh, tak ada kesan takut kepadanya
Haram jadah...kamu mau main-main dengan Ocin...tertawa-tertiwi begitu... kamu tidak tahu dengan siapa kamu berhadapan? Saya Ocin, anggota preman Naga Hitam, penguasa  pelabuhan ini”  kata mang ocin membanggakan diri.
Jaka Someh memang tidak tahu kalau Mang Ocin adalah salah satu kepala preman Naga Hitam yang di pimpin oleh babah Liong. Karena enggan melayani mang Ocin yang sedang emosi, Jaka Someh bermaksud segera meninggalkan tempat itu sambil meminta maaf
“Maap atuh mang...saya tidak bermaksud untuk bermain-main dengan mamang...saya kesini cuma mau dagang...mohon maaf saya permisi dulu...”
Mang Ocin menjadi semakin emosi, dia memanggil beberapa teman-temanya untuk menghalangi Jaka Someh keluar dari tokonya,  
“Oman, uben, kanta...! Coba kasih pelajaran ini orang, biar tahu siapa yang berkuasa di wilayah sini”.
Oman, Uben dan kanta pun langsung mencekal Jaka Someh. Jaka Someh berkata kepada mereka bertiga
“Wah ada apa ini...akang-akang...mohon maap saya kesini bukan untuk mencari keributan...saya ke sini karena mau berdagang…”
Belum selesai Jaka Someh berbicara, Oman langsung melancarkan pukulan lurus ke muka Jaka Someh. Jaka Someh yang memang sudah berlatih silat dengan keras, tidak gentar menghadapi pukulan Oman. Jaka Someh menggunakan tangkisan dalam untuk menghadapi pukulan lurus lawannya, sambil tangan yang lain di gunakan untuk meninju perut Oman. Braak...pukulannya mengenai perut Oman. Oman kaget dan langsung menyondongkan kepalanya ke depan dengan sedikit membungkuk. Tanpa membuang waktu, dengan kilat Jaka Someh menjambak rambut Oman langsung di tarik ke bawah. Gedebruk...Oman tersungkur...langsung tak sadarkan diri. Uben, kanta dan Ocin merasa kaget melihat kehebatan Jaka Someh yang merobohkan si Oman dalam tempo yang sangat singkat.
Mereka langsung bersiap mengeroyok Jaka Someh.
Uben mencabut goloknya dari serangka yang di selipkan di pinggang kirinya, kemudian membacokannya ke arah leher Jaka Someh.  Demikian juga dengan kanta yang posisinya ada di sebelah kiri Jaka Someh, langsung menusukan pisaunya ke arah perut Jaka Someh.
Belum sampai golok Uben mengenai leher Jaka Someh, tiba-tiba Jaka Someh sudah mengubah posisi tubuhnya dengan melangkahkan kakinya ke arah sisi kanan. Posisinya sekarang ada di belakang Uben.  Dengan cepat Jaka Someh memukul punggung Uben. Uben yang tidak menyangka dengan gerakan Jaka Someh merasa sangat terkejut. Namun semuanya sudah terlambat, Uben tersungkur ke depan sambil memuntahkan darah segar dari mulutnya. Kepalanya menjadi pusing. Tak lama kemudian dia pun ambruk tak sadarkan diri.
Gerakan Jaka Someh tidak berhenti hanya di situ, sekarang posisinya berada di sebelah kiri Kanta. Pisau yang di tusukan Kanta pun menjadi sia-sia, meleset.
Kanta yang melihat Jaka Someh sudah berada di depan kirinya, tidak menyia-nyiakan waktu. Dia segera meyabetkan pisaunya kembali ke arah Jaka Someh.
Belum sampai pisau itu mengenai tubuh lawannya, Jaka Someh sudah menangkisnya, tepat di bagian siku tangan Kanta. Praak...pisau Kanta terjatuh. Kanta terkejut sambil berteriak keras

“Aahhh....”
Kanta memegangi siku tangan kanannya dengan tangan kiri. Kanta merasakan sakit yang luar biasa.  Sendi siku tangan kananya ternyata patah. Kanta berteriak dengan keras, menahan rasa sakit
“Waduuh...tobat...sakit...ampuun”
Kanta mundur dari arena perkelahian sambil meringis kesakitan.
Mang Ocin yang melihat ke tiga temannya berhasil dikalahkan Jaka Someh dengan mudah, menjadi syok, wajahnya pucat karena takut. Tanpa malu dia berlutut meminta maaf kepada Jaka Someh
“Aduuh...kang saya minta maap... tolong akang maapkan saya...saya janji tidak akan mengganggu akang lagi...”
Jaka Someh yang melihat Ocin ketakutan, berkata tegas kepadanya
“Oke mang kali ini saya maapkan...tapi mamang tidak boleh mengulangi perbuatan jahat lagi, baik ke saya maupun ke orang lain...bagaimana apakah sanggup? “.
Mang ocin yang ketakutan langsung menyanggupinya
 “Iya kang...saya janji...saya tidak akan ganggu akang lagi...”
Jaka Someh memaapkan Ocin dan segera pergi meninggalkan tempat itu. Dia kembali ke toko babah Along, untuk menjual cengkehnya.
Sedangkan Ocin, setelah di tinggalkan Jaka Someh, langsung meminta tolong kepada anak buahnya untuk mengangkat Oman dan uben yang tak sadarkan diri.  Mereka dibaringkan di lantai  di dalam toko.
Hanya selang beberapa saat, datang seorang pemuda sipit yang berbadan kekar. Pemuda itu adalah Akuan salah satu dari murid utama babah Liong.  Akuan memiliki ilmu silat yang tinggi. Sehingga menjadi salah satu andalan dari babah Liong.
Ketika Akuan melihat Oman dan uben dalam kondisi tak sadarkan diri, dia bertanya kepada Ocin
 “Ocin...ini ada APA hah...? Kenapa Oman dan uben pingsan?”
Ocin yang merasa takut kepada Akuan segera menceritakan peristiwa perkelahian mereka dengan Jaka Someh.
Akuan yang pemarah, langsung tersulut emosi mendengar cerita Ocin. Dia tidak bisa menerima apabila ada orang yang berani kepada anggota Geng-nya, apalagi mengalahkannya.
 “Kurang ajar...mencari mati itu orang... dimana dia sekarang...”
Salah satu teman Ocin, yang melihat Jaka Someh masuk ke toko babah along langsung menjawab
 “Sekarang dia ada di toko babah along, tuan...”
Akuan segera mengumpulkan beberapa anak buahnya untuk mengejar Jaka Someh. Mereka pergi ke toko babah along.
Para warga yang menyaksikan keributan di Toko Ocin menjadi panik. Mereka takut menjadi korban keganasan Geng Naga Hitam. Mereka pun segera menjauh dari tempat itu.
Akuan dan anggota gengnya sudah tiba di toko babah along.  Salah satu anggota gengnya yang tadi ikut menyaksikan perkelahian Jaka Someh dengan anggota Geng-nya, langsung menunjuk ke arah Jaka Someh yang sedang asyik mengobrol dengan babah along.
“Itu dia orangnya Tuan...” katanya.
 Akuan segera mendekati Jaka Someh, di ikuti oleh anak buahnya.
Jaka Someh kaget melihat ada segerombolan orang yang grusak-grusuk mendekatinya. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Babah along juga ikut terkejut, apalagi melihat akuan dan anak buahnya langsung mengacak-ngacak barang dagangan miliknya. Beberapa kursi kayu kena tendangan Akuan, kursi itu pun patah.
Akuan berkata kepada Jaka Someh sambil mengacungkan pedang nya
“Hey kamu...mau jadi jagoan rupanya kamu...?”
Jaka Someh yang masih agak bingung, berkata
“Ada apa ini tuan...? Saya minta maap kalau telah berbuat salah pada Tuan...tapi benar, saya tidak tahu apa kesalahan saya terhadap tuan...?”
Akuan berkata sambil menunjuk-nunjuk Jaka Someh dengan pedangnya
“Kamu telah berani mengganggu anak buah saya, si ocin, paham kamu? “.
Jaka Someh mencoba menenangkan Akuan yang emosi
“Tenang dulu Tuan...ini cuma kesalahpahaman saja...saya minta maap...dengan kejadian tadi...saya...”
Belum selesai Jaka Someh melanjutkan ucapannya, akuan langsung menyabetkan pedangnya dari arah atas ke bawah secara menyilang, menyasar bagian leher Jaka Someh. Gerakannya begitu cepat dan dasyat.
Jaka Someh merasa terkejut. Dengan reflex dia mundur satu langkah sambil egos.
Pedang akuan tidak mengenai sasarannya.
Karena serangan pertamanya gagal, Akuan segera kembali menyerang bagian perut Jaka Someh.
Jaka Someh masih bisa menghindari serangan tersebut dengan cara melangkah ke arah sisi kanan Akuan. Posisnya sekarang sudah ada di samping belakang kanan Akuan. Tanpa membuang waktu Jaka Someh menyikut punggung Akuan. Akuan kaget dengan gerakan Jaka Someh yang masih bisa menghindarinya bahkan mampu menyerang balik dirinya. Namun akuan adalah salah satu pendekar andalan babah along. Dia adalah salah satu murid utama babah along yang sudah dibekali dengan segudang kepandaian beladiri.
Akuan pun langsung berjalan maju ke depan untuk menghindari sikutan Jaka Someh yang ada di belakang punggungnya. Dia berhasil menghindari serangan balasan tersebut. Akuan kemudian berbalik dan menghadap ke arah Jaka Someh. Akuan bersiap dengan memasang kuda-kudanya, bermaksud menggunakan jurus andalanya.
Akuan sudah tidak lagi meremehkan Jaka Someh. Anak buahnya sendiri tidak ada yang membantu, mereka terkesima melihat pertarungan antara Jaka Someh dan akuan yang sama-sama berilmu tinggi. 
Babah along yang tampak cemas, kawatir terjadi apa-apa dengan Jaka Someh. Dia juga kawatir dengan barang dagangannya yang akan menjadi rusak.
Melihat raut muka babah along yang gelisah, Jaka Someh berjalan keluar dari toko. Dia tidak ingin perkelahiannya akan merusak barang dagangan babah along. Warga-warga yang sedang ada di sekitar itu juga ikut berkerumun menyaksikan pertarungan Jaka Someh dengan akuan meskipun dari jarak yang agak jauh.
Jaka Someh dan akuan sama-sama berdiri saling berhadapan. Jaka Someh mengambil sikap pasif, dia tidak mau menyerang duluan, dia hanya menunggu serangan dari akuan. Tak lama kemudian Akuan yang sudah tidak sabar untuk membunuh Jaka Someh langsung melakukan serangan lagi kepada Jaka Someh, kali ini dia tidak main-main. Dia bertekad untuk mengalahkan Jaka Someh.
Akuan menusukan pedangnya ke arah ulu hati Jaka Someh. Yang di respon oleh Jaka Someh dengan merubah posisi tubuhnya. Jaka Someh hanya sedikit melangkahkan kakinya untuk menghindari serangan akuan.
Karena tusukan pedangnya gagal, akuan langsung membalikan lagi pedangnya dengan mengejar bagian tubuh Jaka Someh yang terlihat terbuka.
Namun dia merasa kesulitan karena Jaka Someh tidak memberi celah sedikitpun untuk membiarkan anggota tubuhnya dapat di serang.
Akhirnya ketika Akuan berkesempatan dapat meloncat ke sisi kiri Jaka Someh, tangan kirinya langsung mencakar leher belakang Jaka Someh, sedangkan pedangnya disabetkan ke arah perut Jaka Someh.
Orang lain yang di serang dengan jurus Akuan seperti itu mungkin akan panik, tapi tidak dengan Jaka Someh.
Jaka Someh merendahkan kepalanya untuk menghindari serangan tangan kiri lawannya, sambil terus merundukan seluruh tubuhnya dan masuk ke sela-sela kuda-kudanya akuan yang lebar. Jaka someh melewati selangkangan bawah akuan. Akuan kaget dengan teknik yang dilakukan Jaka Someh seperti itu. Dia tidak menyangka kalau Jaka Someh dapat menerobos bagian bawah kuda-kudanya bahkan sekarang Jaka Someh sudah berada di belakangnya.
Ketika akuan mulai menyadari bahwa lawannya sudah ada di belakang, Jaka Someh sudah duluan mendorong punggung Akuan. Meskipun dorongannya nampak pelan tak bertenaga, namun lawannya berhasil tersungkur ke depan, terjerembab jatuh ke tanah. Akuan kaget bukan kepalang, dia berusaha untuk bangun kembali. Sekarang dia merasa panik. Karena kondisi panik Akuan berusaaha meyabetkan pedangnya secara sembarangan. Kondisi itu pun dimanfaatkan baik oleh Jaka someh. Jaka Someh berhasil memukul bagian persendian tangan kanan akuan yang memegang pedang, akuan kaget mendapat pukulan tersebut, sakitnya serasa di pukul dengan palu besar yang kuat dan keras. 
Pegangan pedangnya pun menjadi mengendur dan lepas. Hal itu pun tidak di sia-siakan oleh Jaka Someh. Jaka Someh langsung merebut pedang akuan sebelum jatuh ke tanah, sambil kakinya menendang pelan ke bagian kemaluan akuan, akuan spontan meletakan kedua tangannya untuk menahan tendangannya Jaka Someh yang mengarah ke bagian vital tubuhnya tersebut. Sekali lagi akuan di buat kaget, ketika dia sedang repot menahan tendangan Jaka dengan kedua tangannya, tiba-tiba pedangnya sudah di rebut Jaka Someh dan tertancap tepat di bagian jantungnya. Hanya beberapa saat Akuan mengalami sekarat, darah Segar tersembur deras dari luka di dada kirinya. Tidak lama kemudian jatuh tersungkur. Dia tewas sambil kedua tangannya memegang pedangnya, yang tertancap di tubuhnya.
Jaka Someh mundur dan menghadap ke anak buah Akuan. Mereka tampak ketakutan melihat Jaka someh. Jaka Someh berkata dengan kepada mereka. Wajahnya terlihat sedih.


“Akang-akang semua, tolong jenazahnya Tuan ini segera di urus..mohon sampaikan permintaan maap saya kepada keluarganya...saya tidak ada kesengajaan untuk membunuh beliau...Saya merasa menyesal dengan kejadian ini...” 

Anak buah akuan dengan sigap menggotong tubuh akuan yang sudah meninggal, untuk di bawa ke markas mereka.

Bersambung Ke Bagian 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...