Esok paginya, Dewi Sekar pergi ke kamar Jaka Someh, karena ingin mengajak Jaka Someh berjalan-jalan di sekitar padepokan. Namun Jaka Someh ternyata sudah tidak ada di dalam kamarnya, demikian juga dengan Arya Rajah. Kebetulan ada Sarmadi yang sedang lewat di tempat itu.
Dewi Sekar pun bertanya kepada Sarmadi
“Kang sarmadi, punten, apakah
akang tahu Kang Someh sekarang ada di mana?”
Sarmadi tersenyum ramah kepada
Dewi Sekar, Kemudian dia berkata kepada Dewi Sekar
“eh, Nyi Dewi...maaf akang
tidak tahu...tapi tadi pagi akang sempat melihat kang Someh dan Raden Arya berjalan
menuju dapur padepokan...coba saja Nyi Dewi cari di sana...barangkali mereka
berada di sana...”
“Oh...terima kasih ya kang,
atas informasinya...saya coba cari kang Someh dulu ya...mangga...kang...”.
Setelah mengucapkan terima kasih, Dewi Sekar segera berpamitan kepada sarmadi.
Dia pergi menuju arah dapur.
Dewi Sekar ternyata tidak
berhasil menemukan Jaka Someh sedang berada di dapur. Akhirnya dia memutuskan
untuk kembali ke kamarnya. Saat melewati aula tempat makan, Dewi Sekar melihat
ada Nyi Ageung sedang mengobrol dengan beberapa wanita lainnya. Mereka
mengobrol sambil tertawa-tawa. Dewi Sekar bermaksud untuk mendekati mereka,
namun dia tertegun ketika mendengar isi pembicaraan mereka.
“ha...ha...lucu pisan ya kang
someh teh...masa Nyi ageung di panggil ceuceu...memang dia tidak tahu kalau Nyi
ageung teh jandanya Raden Purbasora, seorang pangeran galuh yang sangat terkenal...aduh
ada juga lelaki polos seperti kang Someh...saya teh merasa gemes
kepadanya...hi...hi...”. Kata Seorang wanita yang berbadan semok. Nyi Ageung
hanya tersenyum mendengar ucapan wanita itu, kemudian dia berkata
“Hmmm....iya bener kata
santika, dia teh masih polos, tapisepertinya dia adalah lelaki yang baik...meskipun penampilannya sederhana tapi ada sesuatu
yang istimewa...entah apa...tapi saya bisa merasakan suatu aura di
wajahnya...”.
“hey...Nyi ageung ternyata
diam-diam ada hati kepada Kang Someh...hi...hi...awas lo Nyi Ageung...nanti jadi
kepincut...tapi Nyi Ageung bener juga sih...menurut saya, Kang Someh teh
seksi banget...woooy...saya sampai tidak kuat untuk membayangkannya...oh...ah...itu badannya kekar
sekali...”. Kata
temannya Santika.
“Hi...hi...saya teh iri sama
Nyi Dewi sekar...sudah bersuamikan lelaki seperti kang Someh, masih juga
bisa membuat lelaki lain terpesona...coba Nyi Ageung perhatikan...Raden Jaya
Permana saja seperti tergila-gila kepada Nyi Dewi Sekar...ah tapi kalau saya mah mending
milih Kang Someh...walau tidak setampan Raden Jaya Permana, tapi dia lebih
gagah dan seksi...hi...hi...saya pasti tidak akan menolak bila di
ajak anu..begituan sama Kang Someh.....hi..hi...”. Kata santika sambil berseloroh. Nyi Ageung dan
temannya pun ikut tertawa sambil berkata
“hi..hi..dasar santika
perempuan ganjeun...pikirannya kok jorok...di ajak anu...anu apa ayo...nanti saya laporkan kamu ke Nyi
Dewi Sekar hi...hi...”. Kata temannya
santika.
Dewi Sekar wajahnya menjadi
merah, hatinya merasa panas mendengar suaminya menjadi bahan fantasi mesum oleh
para wanita itu. Tiba-tiba muncul rasa cemburu. Tanpa pikir panjang lagi, dia pun segera pergi meninggalkan tempat
itu sambil menggerutu sendiri.
“Dasar perempuan-perempuan tidak tahu
malu...senang menggoda suami orang...seperti kurang kerjaan
saja...aduuh..ini lagi...kemana sih kang Someh...teh...”
Dewi Sekar pergi menuju
kamarnya. Sesampainya di sana dia melihat Jaka Someh sedang duduk di depan
kamarnya.
“Ih...kang Someh...kemana saja
sih...dari tadi di cari-cari...ternyata malah ada di sini...”. Dewi Sekar
menggerutu kepada Jaka Someh. Jaka Someh tersenyum mendengar ocehan istrinya.
“Ah nyai..tadi Akang bersama
Dik Arya bantu-bantu di dapur, kemudian akang pergi mencari kayu bakar karena
persediaan kayu bakar di dapur teh sudah mulai habis...nyai dari mana..? Datang...datang
koq marah...marah...begitu” Kata Jaka Someh sambil menjawel pipi istrinya dengan
lembut.
“Au..ah..Kang...tadi waktu di
dapur akang bertemu Nyi Ageung dan cewek-cewek semohay ya...pantas saja
semangat untuk bantu-bantu di dapur...”. Kata dewi Sekar cemberut.
“Ih nyai teh kenapa...koq
cemberut begitu...iya tadi akang ketemu Nyi Ageung dan beberapa wanita waktu di
aula dekat dapur...akang hanya sekedar saling sapa saja...tidak sempat ngobrol banyak...lagian akang juga sungkan
baru kenal dengan mereka...memangnya kenapa sih nyai...?”. Jaka someh berusaha
menjelaskan dirinya saat berada di dapur.
“Sudah lah kang tidak usah di
bahas lagi masalah itu...tidak penting...ngomong-ngomong Kang Someh sudah
sarapan...?” Kata dewi Sekar
“belum lah nyai...akang dari
tadi nugggu kamu...mau ngajak sarapan...”. Kata Jaka Someh.
“Ya sudah atuh Kang, kita
sarapan sekarang yuk...”. Ajak Dewi Sekar. “Iya nyai, ayoo...”. Mereka pun pergi ke aula
dapur untuk sarapan pagi.
*****
*****
Pada Malam hari, Raden Surya
Atmaja memanggil Dewi sekar untuk datang ke ruangannya.
“Nyai...Geulis...Rama mau minta
tolong sama kamu...”. Kata Raden surya atmaja.
“Iya rama, apa yang bisa saya
lakukan untuk rama, Sekar siap menerima titah rama...”. Dewi Sekar berkata
lembut kepada ayahnya.
“Begini nyai, Rama mau minta
tolong... agar suami kamu bisa membawakan pusaka kujang yang di tinggal di
padepokan kita....apakah dia sanggup untuk mengambilnya...?” Tanya Raden surya
Atmaja
Dewi Sekar terdiam mendengar
titah ayahnya.
“Sekar akan coba diskusikan
dahulu dengan kang Someh, Rama...tapi Insya Allah kita sanggup, Rama”. Dewi
Sekar menjawab permohonan ayahnya dengan sopan.
“Maksud Rama bukan dengan kamu,
tapi hanya si someh saja...yang harus membawakannya ke sini...kalau memang dia
lelaki sejati pastinya dia tidak akan menolak...permintaan rama”. Raden Surya
atmaja menegaskan ucapannya.
“Kenapa hanya Kang Someh saja
Rama, Sekar juga tidak keberatan untuk menemani Kang Someh pergi ke padepokan
kita yang ada di Sumedang Larang...biarlah....”. Belum selesai Dewi Sekar
berkata, Raden Surya Atmaja langsung memotongnya.
“...Tidak, nyai....kamu harus
tetap di sini...biar suami kamu saja...yang pergi ke sana...Rama ingin melihat
apakah dia adalah seorang lelaki sejati atau pengecut...”.
Dewi Sekar terdiam mendengar
ucapan ayahnya. Dalam hati dia bertanya-tanya tentang maksud sebenarnya dari
titah ayahnya seperti itu kepada Jaka Someh. Namun alasan Raden Surya Atmaja
yang ingin menguji nyali Jaka Someh cukup masuk akal.
“hmmm...baiklah Rama, Sekar
akan bicarakan hal tersebut kepada kang Someh...” Kata Dewi Sekar.
“Iya nyai, sekarang tolong kamu
panggil si Someh kemari...” Raden Surya Atmaja menyuruh Dewi Sekar untuk
memanggil Jaka Someh menghadap ayahnya.
“Baik, Rama....Sekar Permisi
dahulu...”. Dewi Sekar pamit untuk memanggil Jaka Someh.
Beberapa saat kemudian Dewi
Sekar kembali bersama Jaka Someh menghadap ayahnya. Jaka Someh berjalan sambil
membungkuk di hadapan Raden Surya Atmaja, bermaksud untuk memberi penghormatan
kepada mertuanya. Kemudian dia duduk di lantai menghadap Raden Surya Atmaja
yang duduk di atas kursi.
“Punten, Bapak...saya mohon maaf atas kelancangan saya, apakah ada sesuatu yang penting, sehingga tiba-tiba Bapak memanggil saya malam ini...?”. Jaka Someh berkata dalam bahasa yang sesopan mungkin kepada Raden Surya Atmaja.
“Punten, Bapak...saya mohon maaf atas kelancangan saya, apakah ada sesuatu yang penting, sehingga tiba-tiba Bapak memanggil saya malam ini...?”. Jaka Someh berkata dalam bahasa yang sesopan mungkin kepada Raden Surya Atmaja.
“Begini Someh, Bapak akan
memberi kamu tugas penting, yang harus kamu laksanakan segera...”. Kata Raden
Surya Atmaja
“Siap...Bapak, Tugas apa
gerangan yang Bapak akan titahkan ke saya...? Insya Allah saya akan berusaha
untuk melaksanakannya...”. Dengan sigap Jaka Someh merespon ucapan mertuanya.
“ Begini, kamu saya minta untuk
mengambil kujang Pusaka perguruan kita, yang Bapak tinggal di padepokan Pusaka
karuhun, tolong kamu bawakan pusaka tersebut ke sini...? bagaimana apakah kamu
sanggup?”. Kata Raden Surya Atmaja kepada Jaka Someh.
“Siap...Bapak, Insya Allah saya
akan melaksanakan perintah bapak tersebut, besok pagi saya akan berangkat
menuju Sumedang Larang...”. Jawab jaka someh.
“Bagus...bagus...Someh...tapi
kamu harus berangkat sendiri tanpa di temani siapapun juga...”. Raden Karta
mengangguk-anggukan kepalanya.
“Baik bapak, besok pagi saya
akan berangkat sendiri, saya nitip Nyi Dewi di sini...”. Jaka Someh mengiyakan
permintaan mertuanya.
“Iya...bagus kalau
begitu...sekarang kamu silahkan istirahat...biar besok pagi kamu siap untuk melakukan perjalanan...”.
Tidak lama kemudian Jaka Someh
kembali ke ruangannya, ditemani oleh Dewi Sekar.
“Hmmm, nyai tidak usah berfikir
jelek...Insya Allah akang akan berhati-hati, yang penting kamu di sini harus
jaga diri baik-baik...lagi pula
perjalanannya tidak lama hanya sekitar 4 atau 5 hari saja...”. Jaka
Someh berusaha menenangkan istrinya.
“ya sudah sekarang kamu juga
segera istirahat, akang antar ya ke pondok...” Lanjut Jaka Someh. Dewi Sekar
menganggukan kepala.
“Iya, Kang...”
Mereka pun berjalan ke arah
ruangan tempat istirahat Dewi Sekar.
Sebelum berpisah, Jaka Someh mencium kening istrinya dengan mesra.
Bersambung ke bagian 49
Kembali ke HOME : Daftar Isi