Minggu, 18 Maret 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 33. Mimpi Yang Aneh



Matahari sudah bersinar cukup terik menyinari bumi. Dewi Sekar baru terbangun dari tidurnya. Dia segera bergegas menuju tempat pemandian. Baru saja dia melangkahkan kakinya beberapa meter keluar dari kamar, tiba-tiba terdengar suara Jaka Someh  menyapanya dari arah belakang 
“ Nyai...baru bangun....?”
Dewi Sekar menoleh ke arah Jaka Someh. Ada perasaan malu menyelimutinya. Dia malu karena ketahuan baru bangun dan masih belum mandi.  Wajahnya jadi memerah. Dia tertunduk malu, dan hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Jaka Someh
“iiyaa...kang...”.
Dewi Sekar langsung pergi dengan cepatnya meninggalkan Jaka Soimeh yang masih berdiri diam sambil memandanginya. Dewi Sekar merasa malu kalau Jaka Someh nantinya memiliki kesan buruk kepadanya. Sebagai seorang wanita pemalas yang suka bangun siang. Padahal baru kali itu dia mengalami bangun sampai terlambat.  Biasanya  sebelum  subuh Dewi Sekar sudah bangun untuk berlatih ilmu silatnya.
Jaka Someh merasa heran dengan sikap Dewi Sekar seperti itu. Namun dia memilih untuk tidak memikirkannya lebih jauh.
Selesai mandi, Dewi Sekar langsung menuju kamarnya. Hari itu dia lebih banyak mengurung diri di dalam kamarnya. Hanya sesekali dia mengintip ke arah luar dari celah jendela kamarnya. Tiba-tiba dia melihat ada Jaka Someh sedang mengobrol dengan seorang lelaki di luar rumah. Rupanya lelaki itu meminta tolong kepada Jaka Someh untuk mengobati anaknya yang sedang sakit. Memang semenjak Jaka Someh berhasil menyembuhkan penyakit suami Ceu Entin, namanya jadi dikenal oleh seluruh warga kampung. Banyak warga yang meminta tolong kepadanya untuk berobat. Dewi Sekar memperhatikan Jaka Someh secara diam-diam dari bilik jendela kamarnya. Dengan suara yang pelan dia bergumam kepada dirinya sendiri.
“Kang Someh...orangnya baik...suka menolong...penuh perhatian dan tulus...meskipun berpenampilan sederhana tapi saya merasa nyaman dengannya...wajahnya tidak terlalu ganteng...namun  ada sesuatu yang istimewa di dalam dirinya...entahlah...kharismanya sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata...Dia juga seorang yang alim...dan sangat penyabar...saya sebenarnya butuh orang seperti dia untuk membimbing saya dalam agama...aduh apakah saya mulai suka kepadanya, ya? Sebagai lelaki...sepertinya dia memang seorang lelaki sejati...bukan saja punya sifat penyayang...tapi orangnya sangat perhatian...sayangnya dia memang bukan seorang pendekar...padahal kalau melihat dari postur tubuhnya...tubuhnya terlihat kekar dan berotot...apakah Rama bisa menerima keadaan kang Someh...seperti itu...Rama sepertinya sangat berambisi di dalam dunia persilatan...kayaknya kurang menghargai kalau orang itu tidak bisa silat..”.
Dewi Sekar menghela nafasnya. Hari itu dia lebih banyak mengurung dirinya di dalam kamar. Jaka Someh sendiri merasa heran dengan sikap Dewi Sekar kepadanya. Akhir-akhir ini Dewi Sekar seakan-akan berusaha untuk menghindar darinya.  Dalam hati Jaka someh bertanya-tanya
“Nyi Sekar teh kenapa ya...? apakah dia tidak mau lagi bertemu dengan saya begitu....saya khawatir...jangan-jangan keberadaan saya di sini justru membuat hatinya menjadi tidak nyaman...duh...apakah saya pamit saja begitu ya dari sini...toh dia juga sudah aman dan selamat....”. Jaka Someh bergumam pelan. Hatinya pun menjadi sangat gelisah.
Malam semakin larut, Dewi Sekar masih belum bisa merasakan tidur nyenyak. Pikirannya selalu saja dipenuhi oleh bayangan Jaka Someh. Dia merasa heran dengan keadaanya tersebut, di atas pembaringan dia terlihat begitu gelisah. Berkali-kali dia merubah posisi tidurnya.
 Dalam hati dia bertanya-tanya,
“duh ada apa dengan saya...?”
Kemudian dia termenung  cukup lama
“apakah saya mulai suka kepada kang Someh? Kenapa saya teh inget terus kepadanya.....”
Malam terus bertambah larut, namun Dewi sekar masih belum mampu memejamkan matanya. Keadaan di luar sudah sangat sepi, hanya terdengar suara jangkrik yang mengkerik-kerik beberapa kali.
Menjelang dini hari, Dewi Sekar akhirnya tertidur.  Dalam tidur dia bermimpi berada di suatu tempat yang asing, di dalam sebuah hutan yang lebat. Suasananya sangat remang- remang. Awalnya Dewi Sekar  berdiri diam sambil memandangi alam sekitar. Hanya ada pohon-pohon perdu liar yang mengelilingi hutan itu. Kemudian dia mulai berjalan untuk mencari jalan keluar dari hutan tersebut. Lama dia berjalan. Dia terus berjalan, namun masih belum mampu menemukan jalan untuk keluar dari hutan itu. Dewi Sekar merasa sangat lelah, dan sadar bahwa sekarang dia sedang tersesat di dalam hutan. Tiba-tiba dilihatnya ada beberapa ular yang berusaha mendekatinya. 
Dewi Sekar merasa sangat ketakutan. Dia pun berlari dan terus berlari, untuk menjauh dari ular-ular itu. Tapi ular-ular itu ikut mengejarnya. Dewi Sekar berusaha untuk mencari jalan untuk keluar dari hutan itu. Namun masih belum bisa menemukan jalannya. Dia hampir berputus asa, kemudian terduduk karena kelelahan. Dewi Sekar melihat ada Makhluk yang mengerikan mendekatinya. Bahkan ular-ular yang mengejarnya pun sudah berhasil mendekatinya. 
Rasa takut dan bingung sudah menguasai dirinya. Hampir saja dia pasrah, tiba-tiba dia mendengar suara orang yang sedang mebaca Alquran. Suaranya sangat merdu. Mendadak makhluk-makhluk buas dan ular-ular  itu lari menjauh. Mereka berteriak keras karena tubuh mereka tiba-tiba terbakar hangus oleh api. Dewi Sekar mencoba untuk bangkit kembali dan mencari asal dari suara itu. 
Tiba-tiba dia melihat ada cahaya dari sudut kanan hutan. Dewi Sekar  berusaha mendatangainya. Cahaya itu pun semakin terang dan  jelas. Hatinya merasa sangat senang karena telah menemukan jalan untuk keluar dari hutan itu. Di seberang hutan itu  ternyata ada padang rumput yang nampak hijau dan asri. Di sana Dewi Sekar melihat seorang lelaki sedang duduk sambil membaca Al Quran. Bacaanya  tartil dan merdu. Dewi Sekar bergetar hatinya ketika mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran. Dia pun mendekati orang itu. Dewi Sekar terkejut ketika melihat orang itu ternyata adalah Jaka Someh,
“Kang Someh...?’.
Jaka Someh menoleh ke arahnya dan tersenyum. Dewi Sekar tertegun melihat senyuman jaka Someh dalam mimpinya. Jaka Someh terlihat tampan dan berwibawa. Baru saja dia akan memanggil lagi nama Jaka Someh, tiba-tiba Dewi Sekar sudah terbangun dari mimpinya. Dilihatnya hari sudah menjelang subuh.
Dewi Sekar duduk di samping ranjangnya, memikirkan  kejadian  mimpi yang baru saja dialaminya tadi.
“Saya koq bisa bermimpi aneh seperti ini, apa maksud dan arti  mimpi tadi ya...?”.
Dewi Sekar bergumam pelan. Tiba-tiba dia mendengar suara langkah-langkah kaki di luar rumah. Dewi Sekar merasa penasaran kemudian mengintip dari celah jendelanya. Dia melihat Jaka Someh sedang berjalan dengan pakaian yang rapih menuju arah mesjid kampung untuk menunaikan ibadah sholat subuh.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...