Senin, 19 Maret 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 34. Istriku bagai Bidadari





Sampai hari menjelang siang, jaka Someh masih belum melihat Dewi Sekar. Dalam hati dia merasa khawatir takut kalau keberadaan dirinya telah membuat Dewi Sekar menjadi tidak nyaman. .
“Saya khawatir kalau Nyi Sekar merasa terganggu oleh keberadaan saya di sini....Apakah dia merasa sungkan terhadap saya...?Aduh, apakah saya segera pergi saja dari rumah ini...? toh dia juga sudah aman disini...iya lah kayaknya memang saya harus segera pamit...mungkin baiknya  nanti malam saya berbicara kepada Pak Karta...”.
 
Malam hari,  Jaka Someh menemui Raden Karta di sebuah ruangan. Dia terkejut ternyata ada Dewi Sekar sedang duduk bersama Raden Karta dan istrinya. Nampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius. Perasaannya menjadi kikuk ketika melihat Dewi Sekar ada di sana. Entah kenapa ada perasaan malu saat bertemu dengan Dewi Sekar. Jaka Someh memandang wajah Dewi Sekar. Dewi Sekar memalingkan mukanya ke arah lain, wajahnya merah merona. Bibirnya yang merah terlihat sedikit tersenyum.
“Eh kebetulan Jang Someh ke sini....ada yang ingin saya obrolkan dengan Jang Someh...sini jang...duduk di sini...ayo...”.
Tiba-tiba Raden Karta berkata dengan ramah kepada Jaka Someh, sambil mempersilahkannya untuk duduk di samping dirinya. Dengan langkah ragu Jaka Someh mendekati mereka. Dia pun duduk di samping Raden Karta dan berhadap-hadapan dengan Dewi Sekar yang sedang melihat ke arah lain.
“Maaf...Bapak...bapak teh ingin ngobrol dengan saya...?.mau ngobrol apa ya pak?apakah ada masalah...?” Tanya Jaka Someh dengan nada pelan. Hatinya tiba-tiba menjadi deg-degan.
“iya...jang..saya .pengen ngobrol sama kamu...tapi ujang santai saja....tidak ada masalah apa-apa koq...”. Kata Raden Karta.
“Eeh iya...ngomong-ngomong jang Someh sekarang usianya  berapa ya...?” lanjut Raden Karta.
Jaka someh merasa heran mengapa tiba-tiba Raden Karta menanyakan umurnya. Meskipun demikian dia pun tetap menjawab pertanyaan Raden karta
“eeh...saya lupa pak...eeh...berapa ya...owh...iya...kalau tidak salah sekitar 28 tahunan, pak....!
“eleh...eleh...ternyata sudah jadi bujang lapuk...” kata Raden Karta tertawa.
“iya...pak...usia saya teh sudah tua...he...he..sudah karatan.”
Kata Jaka Someh bercanda untuk menutupi rasa canggung dalam hatinya. 
“Hmmm Jang Someh...punten...apakah ujang teh tidak ada keinginan untuk segera meninggalkan masa bujang....begitu...? Lelaki seusia jang Someh umumnya sudah punya  dua atau tiga anak lho...”. Kata Raden Karta.
“Iya tentu saja saya juga mau...bapak...saya juga ingin hidup normal seperti manusia pada umumnya...tapi masalahnya perempuan mana yang bisa menerima saya dalam keadaan seperti ini...? “.  Kata jaka someh merendah.
“Koq ngomongnya begitu...belum juga di coba...nikah dulu... baru ujang bisa menyimpulkan seperti itu...”. Kata Raden Karta yang memprotes ucapan jaka Someh.
Jaka Someh menghela nafasnya. Ada keraguan dalam hatinya untuk mengungkapkan isi hatinya. Setelah terdiam beberapa saat, Jaka someh mulai menanggapi ucapan Raden Karta.
“ Sebenarnya saya sudah pernah menikah, pak....!” Kata Jaka Someh.
“Hah...”. Sontak Raden Karta kaget mendengar ucapan Jaka Someh
“Kang Someh sudah pernah menikah...?” Dewi Sekar ikut merasakan kaget.
Jaka Someh melirik ke arah Dewi Sekar, kemudian berkata lagi.
“Iya nyai...tapi pernikahan akang gagal...” Kata jaka someh dengan nada sedih.
“Heh...beneran itu teh jang Someh...?” Tanya Raden Karta yang masih belum percaya seratus persen pada ucapan Jaka Someh.
“Iya...Bapak...ini beneran...”. Kata jaka Someh mempertegas. 
“heh...bagaimana ceritanya Jang someh? Apakah tidak keberatan untuk menceritakannya kepada saya...”. Kata Raden Karta.
“Sebenarnya saya tidak ingin lagi mengungkit-ungkit masa lalu saya...tapi baiklah pak akan saya ceritakan....”
Jaka Someh terdiam beberapa saaat. Kemudian setelah menarik nafas panjang, dia mulai bercerita kepada Raden karta dan Dewi Sekar.
Jaka Someh bercerita mulai saat dia tinggal di lereng kaki gunung halimun dan diminta tolong oleh Pak Rohadi untuk menikahi putrinya yang telah hamil di luar nikah. Namun ternyata setelah menjalani kehidupan berumah tangga selama kurang lebih dua tahun, Nyi Asih ternyata justru memutuskan untuk kembali kepada mantan kekasihnya.
Jaka Someh menceritakan kisah hidupnya dengan runut dan jelas.
“Begitulah, bapak...nyai...akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan kampung kelahiran saya dan mengembara sampai akhirnya datang ke sini...”. Jaka Someh menutup ceritanya.
“Sabar ya kang Someh...saya ikut prihatin dengan akang...”Kata Dewi Sekar.
“Iya, jang...sabar...Insya Allah ujang akan dapat gantinya yang lebih baik...” 
Raden Karta juga ikut berempati kepada Jaka Someh.
“Tapi...ngomong...ngomong kamu teh tidak punya anak dengan mantan istri kamu jang...?” Kata Raden Karta penasaran.
“Anak kandung, maksudnya pak...?he..he..bapak mah bisa saja...ya tidak atuh pak...saya malu mengatakannya...he..he...saya belum pernah menyentuh Asih sama sekali juga...., tapi anak Nyi Asih sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri...”. Kata jaka Someh malu-malu.
“hah...maksudnya kamu belum pernah berhubungan layaknya suami istri dengan mantan istri kamu, jang?” tanya Raden Karta heran.
“Iya bapak. Saya jadi malu. Saya masih seratus persen perjaka tinting...”. Jaka Someh tersenyum sambil menundukan kepalanya karena malu.
Dewi Sekar dan Raden Karta tertawa mendengar ucapan Jaka Someh.
“Ha..ha...kamu teh bujang bodoh...jang someh...bagaimana bisa kamu tidak menjalin cinta dengan istri kamu sendiri...duh bodohnya...jangan-jangan kamu memang tidak pandai merayu wanita...”. Raden Karta tertawa mencandai Jaka Someh.
Jaka Someh hanya tersenyum sungging mendengar candaan Raden Karta.
“Iya..bapak...saya  kurang percaya diri terhadap perempuan...” Jelas Jaka Someh.
Raden Karta mengangguk-anggukan kepalanya.
Raden Karta kemudian melirik kepada Dewi Sekar, keponakannya. Dia berkata dengan suara yang pelan.
“Bagaimana nyai...kamu masih bisa menerima jang Someh seperti itu...?" tanya Raden Karta.
“Saya terserah kepada mamang saja, bagaimana baiknya...” 
Kata Dewi Sekar yang telah menyerahkan keputusan ke tangan pamannya. Kepalanya tertunduk, sambil tangannya memainkan ujung kain bajunya.
Jaka Someh merasa heran dengan percakapan mereka yang terkesan berbisik-bisik. Dia  belum menangkap maksud dari percakapan mereka.
“ Jang Someh, begini...” Raden Karta berbalik ke arah Jaka Someh.
“Iya, Bapak....” kata Jaka Someh.
“Begini Jang Someh, Bapak teh bermaksud untuk menjodohkan kamu dengan keponakan Saya,   yaitu Dewi Sekar....ehmm...bagaimana menurut pendapat Jang Someh...?”
Dengan suara yang cukup jelas, Raden Karta mengungkapkan keinginannya untuk menikahkan Jaka Someh dengan Dewi Sekar. Bagaikan mendengar petir di siang bolong, Jaka Someh merasa kaget.
Dia terdiam cukup lama....terhenyak mendengar ucapan Raden Karta.  
Kemudian tangan kananya mencubit betis kaki kanannya. Terasa sakit. Tapi, dia masih belum merasa  percaya 100 persen dengan perkataan Raden Karta. Dengan suara pelan dia bertanya lagi kepada Raden Karta untuk mempertegas kebenaran dari ucapan yang barusan di dengarnya.
“Punten...Bapak....maksud...Bapak...ehh...ehh...Bapak akan menjodohkan Saya dengan Nyi Sekar..., apakah betul...? “
“Iya, Jang Someh...Sebelumnya Bapak sudah membicarakan perkara ini dengan Nyi Sekar, tinggal giliran Jang Someh, kira-kira bersedia atau tidak....?”.
Raden Karta mempertegas kembali ucapannnya. Jaka Someh menatap ke arah Dewi Sekar. Mendapatkan tatapan jaka someh seperti itu, Dewi Sekar memalingkan mukanya ke arah lain. Wajahnya menjadi merah.
“Bapak...jujur hati saya sangat merasa senang...meskipun ini serasa mimpi bagi saya...Cuma saya bingung...”.
Kata Jaka Someh, kemudian dia kembali melanjutkan ucapannya
“Saya hanyalah seorang lelaki biasa dan tak punya kedudukan apa-apa...sedangkan Nyi Sekar, bagi Saya adalah bagaikan seorang dewi, bukan hanya memiliki wajah yang cantik jelita...namun juga memiliki pribadi yang baik dan dari keturunan yang baik, seorang ningrat...apakah keadaan saya ini tidak akan menyusahkannya nanti....saya takut ini hanya mimpi bagi Saya...Pak...Tapi...kalau Bapak bertanya kepada Saya apakah bersedia untuk menikahi Dewi Sekar, Tentu saja Saya akan menjawab mau...namun alangkah baiknya Bapak  berkenan untuk mempertimbangkannya kembali...”.
Jaka Someh menghentikan lagi ucapannya beberapa saat. Dia menghempaskan nafasnya. Terdiam beberapa saat. Jaka Someh berfikir keras. Kemudian kembali melanjutkan lagi ucapannya
 “Semoga Bapak berkenan dengan lamaran saya ini...mohon maaf apabila saya kurang sopan..” Tiba-tiba Jaka Someh menyatakan lamarannya. 
Meskipun dengan perasaan kikuk, Jaka Someh bersikap ksatria, menyatakan lamaran kepada Dewi Sekar di hadapan Raden karta.
Raden Karta mengangguk-anggukan kepala
“Iya, Jang Someh. Bapak berterima kasih...Insya Allah keputusan ini sudah kami bicarakan secara matang, jadi rasanya tidak tergesa-gesa”
Suasana hati jaka Someh menjadi sangat tegang. Rasa bahagia, bingung dan perasaan was-was bercampur aduk di dalam hatinya.  Setelah berbasa basi sebentar jaka Someh pun pamit kepada Raden Karta dan Dewi Sekar.
Malam itu dan malam berikutnya dia tidur di serambi mesjid yang ada di perkampungan. Jaka Someh berusaha mendekatkan dirinya kepada Sang Maha Pencipta, memohon petunjuk dan kebaikan untuk masa depannya. Dia memperbanyak sholat dan berdzikir serta beristikhoroh atas keinginannya untuk mempersunting Dewi Sekar.
Tiga hari kemudian Jaka Someh kembali mendatangi rumah Raden karta untuk membicarakan perihal lamaran kepada dewi Sekar. Keputusan Raden Karta dan Dewi Sekar ternyata tidak berubah,  Dewi Sekar masih tetap bersedia untuk menikah dengan Jaka Someh.
“Alhamdulillah....”. Jaka Someh secara spontan melakukan sujud syukur.
“Tapi...kang Someh....” tiba-tiba Dewi Sekar berkata kepada dewi Sekar. Hati Jaka Someh tiba-tiba menjadi deg-degan.
“Ada  apa...nyai...?”. Kata jaka Someh mendadak was-was.
“Kang...saya ada permintaan kepada akang...kalau boleh...setelah menikah nanti..untuk sementara waktu...apakah akang berkenan apabila tidak melakukan hubungan suami istri dahulu...karena saya masih ingin fokus kepada Rama dan adik saya...bagaimana kang...?”. Kata dewi Sekar.
Jaka Someh menghela nafasnya mendengar permintaan Dewi Sekar. Kemudian dia tersenyum
“Hmm...nyai...akang sudah merasa bahagia kamu bersedia menikah dengan akang...kalau masalah perkara itu...Insya Allah nyai tidak perlu khawatir...akang akan mengabulkan apa yang nyai minta...”.
Raden Karta juga  ikut tersenyum karena merasa senang telah berhasil menjodohkan jaka Someh dengan keponakannya. Tak lama kemudian datang istri Raden Karta membawakan hidangan ala kadarnya. Mereka pun mengobrol cukup lama sambil merencanakan acara akad nikahnya.
Besok malamnya, acara pernikahan Jaka Someh dengan Dewi Sekar di gelar secara sederhana. Meskipun sederhana namun menjadi meriah karena banyak warga yang ingin ikut menghadirinya. Yang menjadi walinya adalah Raden Karta sendiri sedangkan penghulunya adalah Ustadz Naim.
Hampir semua warga kampung ikut hadir di acara tersebut. Mereka  merasa senang karena Jaka Someh akan  menikah dengan dewi Sekar.
Meskipun baru sebentar mereka mengenal jaka Someh, namun warga kampung sudah merasa  menyaudara dengan jaka Someh. Hal itu mungkin karena sikap jaka Someh yang selalu ramah kepada mereka dan selalu ringan tangan untuk menolong. Mang Adang dan Ceu Entin pun ikut hadir di acara pernikahan Jaka Someh dengan Dewi Sekar. Bahkan Mang Adang termasuk salah satuyang menjadi  saksi dalam pernikahan tersebut.
Jaka Someh duduk dengan rapi bersama penghulu dan para saksi. Mereka menunggu sang calon penganten perempuan yang masih berdandan di dalam kamarnya.
“Kemana nih calon penganten perempuannya...kasihan Jang Someh sudah gelisah takut gak jadi nikah...he...he...” kata Ustadz Naim bercanda.
Para hadirin tertawa karena melihat muka Jaka Someh yang terlihat tegang. Jaka Someh hanya bisa mesem dengan candaan dari para hadirin.
Tidak lama kemudian Raden Karta keluar dari ruangannya sambil menggandeng Dewi Sekar. Jaka Someh melongo memandang ke arah wajah Dewi Sekar, dia terpesona melihat penampilan Dewi Sekar saat itu. Demikian juga para hadirin merasa takjub melihat kecantikan Dewi Sekar bagaikan dewi kahyangan yang turun ke bumi. Dewi Sekar mengenakan gaun sutra berwarna putih kehijauan yang dihiasai oleh manik-manik permata. Di keningnya terdapat hiasan dari batu permata yang berkilauan. Rambutnya di tutup dengan kerudung yang juga terbuat dari sutra yang indah.
“Nyaiii....”
Tanpa sadar jaka Someh bergumam.
Tiba-tiba Jaka Someh teringat kepada ustad Fikri yang dulu pernah menasehatinya agar tetap sabar saat sedang di khianati oleh istrinya, Asih.
Waktu itu Ustadz fikri pernah berkata
“..........kalau pun ternyata kita tidak mendapatkan istri yang baik yang sesuai harapan kita ketika hidup di dunia ini, kamu jangan kawatir karena Allah itu maha mensyukuri pada kebaikan hambaNya, bagi siapa saja yang telah beriman dan beramal sholeh, Allah pasti akan membalasnya dengan Kebaikan, yaitu berupa surga...dan di dalam surga itu terdapat bidadari yang cantik jelita yang akan menjadi istrinya ...jadi kamu teh harus tetep sabar ya jang... walah jang... kalau sudah punya istri bidadari mah kamu teh bakalan lupa atuh sama wanita-wanita yang ada di dunia ini...he...he...  ”. 
Ingat dengan nasehat tersebut Jaka someh tiba-tiba tersenyum sendiri, tanpa terasa dia bergumam pelan.
“Ya Allah, ternyata bener kata Ustadz Fikri...Engkau mengganti istri saya yang dahulu dengan istri yang sekarang ini,  Insya Allah semoga menjadi keberkahan...karena bagi Saya dia bagaikan seorang bidadari yang sedang turun ke dunia ini...Alhamdulillah...Gusti....”.
Tidak lama kemudian acara akad nikah pun segera dilangsungkan. Meskipun merasa sedikit grogi namun Jaka Someh terbilang lancar mengucapkan ijab kabulnya. Semua saksi dan para haadirin pun berteriak:
“Saaaahhhh.....”.
Jaka Someh dan Dewi Sekar kini telah resmi menjadi pasangan suami istri yang SAH secara syariat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...