Jumat, 30 Maret 2018

Cerita Novel Silat "Sang Pendekar" Bab 35. Sang Pengantin Baru





Beberapa hari setelah menikah, Dewi Sekar dan Jaka someh kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari Ayah dan adik Dewi Sekar yang katanya berada di Gunung Tampomas. Pagi-pagi buta, mereka sudah berangkat menuju arah gunung Tampomas dengan menggunakan gerobak sapi kesayangan.
Selama dalam perjalanan, mereka dimanjakan oleh pemandangan bukit-bukit hijau dan suara kicauan burung-burung yang merdu. Namun tak lama, setelah melewati suatu bukit, mereka kembali memasuki sebuah perkampungan yang nampak kusam tak terawat. Sawah dan perkebunan yang dulu hijau sekarang terlihat kering dan tidak terawat. 
Penduduknya nampak lusuh dengan wajah-wajah yang tidak bersahabat. Rona ketakutan terpancar di wajah mereka.Takut apabila kampungnya kembali di jarah oleh gerombolan para penjahat yang sadis.Sedangkan mereka tak ada kemampuan untuk melawan. Akhirnya hanya kepasrahan saja yang memaksa mereka untuk bertahan hidup di kampung sendiri. Karena lari pun menjadi percuma apabila kejahatan telah merajalela di manapun juga. 
Bukan kampung mereka saja yang sekarang sedang mengalami kesusahan tapi hampir seluruh kampung kampung yang ada di tanah Pasundan telah dikuasai oleh para penjahat.
Jaka Someh menangkap aura takut para penduduk tersebut. Ada rasa iba dalam hatinya untuk menolong mereka supaya terbebas dari belenggu kejahatan yang sudah menyengsarakan masyarakat luas. Karena itulah, dia pun berniat untuk bergabung dengan para pendekar aliran putih yang sekarang sedang berkumpul di Gunung Tampomas. Namun niatnya tersebut hanya dia simpan dalam hati tanpa dia utarakan kepada istrinya. Jaka Someh khawatir Dewi Sekar akan mentertawakan niatnya itu.
Dewi Sekar sendiri memang belum tahu banyak tentang Jaka Someh. Baginya, suaminya itu hanyalah sebatas seorang lelaki sederhana yang mandiri dan baik, senang bertani, senang menolong, mengerti ilmu pengobatan dan juga memiliki jiwa yang tulus dan penuh kasih sayang.  
Dewi Sekar memang tidak tahu bahwa suaminya itu sebenarnya adalah seorang pendekar pilih tanding yang telah menggegerkan dunia persilatan di tanah Pasundan.
Menjelang sore gerobak sapi yang dikendarai Jaka Someh telah melewati suatu padang rumput yang berbatasan dengan hutan lebat. Desa terakhir yang telah dilewati berjarak sekitar 20 km. Sudah seharian dia mengendarai gerobak sapinya tanpa istirahat. 
Di Padang rumput yang nampak hijau itu, jaka someh memutuskan untuk beristirahat. Apalagi dilihatnya di sebelah kanannya terdapat aliran sungai jernih yang dipenuhi bebatuan. Sumber mata air sungai itu berasal dari atas gunung yang nampak menjulang dihadapannya. Jaka Someh berkata kepada Dewi Sekar
“Nyai, bagaimana kalau kita istirahat dulu di sini..? Biar sapinya bisa istirahat sambil makan rumput, akang juga pengen mandi dulu di sungai itu... malam nanti Insya Allah kita akan melanjutkan perjalanan...
Dewi Sekar menganggukan kepalanya tanda menyetujui usul suaminya, bahkan dia berkata kepada Jaka Someh
“Saya juga mau mandi juga...ah...kang...gerah...rasanya...” 

Jaka Someh senang Dewi Sekar setuju untuk beristirahat dahulu
“Oh ya sudah kalau begitu, Nyai silahkan mandi duluan saja...biar sekarang akang cari rumput dulu untuk cadangan pakan sapi...”
Dewi Sekar segera pergi ke arah sungai, sementara Jaka Someh pergi ke tanah lapang yang banyak di tumbuhi oleh rerumputan. Selesai mandi dan berpakaian, Dewi Sekar tiba-tiba berteriak kepada Jaka Someh
“Kang...lihat ada banyak ikan...tuh... sini kang cepat….cepat…”
Jaka Someh segera menghampiri Dewi Sekar sambil menanyakan ikan yang di tunjuk istrinya
Mana nyai...? Mana ikannya? Koq tidak kelihatan...Biar akang tangkap....
Dewi Sekar menunjuk ke arah sungai. Mata Jaka Someh pun mengarah ke tempat yang di tunjuk oleh Dewi Sekar. Namun dia tidak bisa melihat ikan yang di tunjuk oleh Dewi Sekar. Karena penasaran dia pun segera mencondongkan badannya ke arah sungai. Jaka Someh begitu serius mencari ikan yang di tunjuk oleh Dewi Sekar.
Tanpa terasa badan nya menjadi sangat condong ke arah air. Tiba-tiba saja Dewi Sekar mendorong jaka Someh dari arah belakang. Byuur....
Jaka Someh  tercebur ke sungai itu. Dewi Sekar tertawa melihat Jaka Someh telah tercebur ke dalam air sungai  
“Hi...hi...selamat mandi ya kang...Sekalian mandinya bareng ikan-ikan...
Dewi Sekar tertawa terpingkal-pingkal melihat jaka Someh yang masih nampak syok karena tercebur ke dalam sungai.
Setelah sadar bahwa dirinya sedang di kerjain oleh  istrinya sendiri yang ternyata punya sifat iseng, Jaka someh tertawa, menertawakan dirinya yang terkena tipuan Dewi Sekar, dia pun membalas Dewi Sekar  dengan menciprat-cipratkan air sungai ke arah istrinya. Dewi Sekar pun segera berlari menjauhi sungai tersebut sambil tertawa terbahak-bahak. 
Sambil mandi, Jaka someh berusaha mencari ikan di sungai itu. Setelah bersabar cukup lama, akhirnya dia pun melihat seekor ikan yang berukuran cukup besar. Dengan sedikit konsentrasi Jaka someh menangkap ikan tersebut dengan tangannya. Ikan itu pun tertangkap. Jaka Someh kemudian menyimpan ikan itu di pinggir sungai, dan kembali melanjutkan mandinya sampai merasa puas.
Setelah mandi, Jaka Someh kemudian memasak nasi dan ikan bakar yang telah di baluri bumbu bawang, cabe dan tomat. Setelah matang, mereka makan bersama dengan lahapnya sambil mengobrol dan sesekali bercanda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Hidden Master of Silat: Chapter 3. The Beginning of a Determination

  The sun was almost at its peak, and the heat was intense. Only a few clouds dotted the sky over Kampung Cikaret 1 , while a gentle mount...